Trubus.id-Tren berkebun anggur semakin berkembang di Indonesia. Rata-rata berkebun anggur dilakukan di skala rumahan. Pehobi mulai menghiasi halaman rumah dan balkon dengan beragam variasi bibit anggur. Tujuannya sederhana, pekebun menemukan sensasi nikmat ketika memetik buah hasil tanam sendiri.
Selain itu tanaman angur juga bermanfaat sebagai peneduh. Halaman rumah atau balkon tanpa atap terasa lebih teduh dengan rambatan tanaman anggur yang menaungi. Menurut Ketua Umum Asosiasi Penggiat Anggur Indonesia, Tosan Aji, iklim tropis di tanah air memiliki manfaat lebih untuk berkebun anggur.
Panen buah anggur dapat dilakukan sepanjang tahun dengan adanya iklim tropis. Bandingkan apabila tinggal di negara empat musim. Sentra subtropis tidak memungkinkan panen buah anggur pada saat musim dingin. Kecuali budi daya itu dilakukan di dalam greenhouse dengan memanfaatkan rekayasa lingkungan.
“Tren menanam anggur terus tumbuh di tanah air,” ujar Tosan. Semula budi daya anggur memang terbatas dilakukan di rumah atau bisa disebut dengan skala rumahan. Namun, lambat laun banyak pehobi yang naik kelas. Artinya berkebun anggur sudah tidak sekadar hobi saja. Tetapi aspek nilai bisnis menjadi salah satu pertimbangan juga.
Sebagai contoh pembukaan konsep agrowisata petik anggur mulai berkembang. Otomatis pekebun mendapatkan nilai keuntungan dari tiket masuk agrowisata dan penjualan anggur. Pekebun tidak perlu repot melakukan proses pascapanen dan pendistribusian. Musababnya itu semua langsung dikerjakan oleh konsumen itu sendiri. Secara tidak langsung berarti menghemat biaya oprasional produksi.
Selain itu pekebun juga memperoleh manfaat lain. Tidak jarang pengunjung yang berdatangan di agrowisata anggur juga ingin memiliki tanaman itu sendiri di rumah. Otomatis peluang penjualan bibit anggur sangat terbuka. Maka dari itu sering dijumpai penjualan bibit anggur di beberapa tempat agrowisata. Apalagi jika proses budi daya tanaman anggur di agrowisata itu berhasil.
Artinya mampu menciptakan tanaman berbuah lebat dan bercita rasa enak. Tingkat kepercayaan konsumen untuk memiliki tanaman dengan bibit yang sama akan meningkat. Sebenarnya tanaman anggur juga tidak hanya bisa dimanfaatkan dari nilai buahnya saja. Beberapa inovasi olahan yang terbuat dari daun tanaman anggur juga berkembang. Misalnya keripik daun anggur. Adanya ragam inovasi mampu meningkatkan daya tarik konsumen.
Hilirisasi
Produk hilirisasi anggur memang semakin beragam. Selain olahan dan konsep agrowisata tanaman anggur juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan yang lain. Salah satunya, menjadikan anggur sebagai tanaman seni. Salah satu pekebun anggur di Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, Dodi Kusmana, menerapkan bisnis bonsai anggur.
Sebenarnya yang dilakukan oleh Dodi itu menjual nilai seni. Dodi menjual bonsai tanaman anggur dengan harga jual yang beragam. Namun, rata-rata harga setiap bonsai anggur cukup fantastis. Bisa mencapai jutaan rupiah per pot. Meskipun harga cukup fantastis pehobi tetap rela merogoh koceh lebih dalam untuk memperoleh tanaman itu.
Ada juga pehobi lain yang melakukan budi daya anggur. Pekebun anggur di kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, Saleh Suryadi, melakukan budi daya anggur di halaman rumah. Ia menanam berbagai jenis bibit anggur. Mulai dari chocolate, beauty, laura, dan favor.
Saleh menanam anggur pada lahan berukuran 50 m2. Ia memanen 20 sampai dengan 40 kg anggur. Hal itu merupakan salah satu terobosan baru di komoditas anggur. Tren anggur memang semakin berkembang. Salah satunya ditandai juga dari keaktifan komunitas. Beberapa komunitas seperti Komunitas Anggur Tangerang Selatan (KAT) sering mengadakan pertemuan antaranggota.
Beberapa aktifitas seperti bertukar informasi mengenai cara budi daya kerap dilakukan. Agenda perlombaan dalam bentuk adu elok tanaman anggur dalam pot beberapa kali pernah dilaksanakan. Pegiat anggur juga aktif menggandeng pemerintahan. Tujuannya untuk keberlanjutan jangka panjang. Hal itu membuahkan beberapa varietas baru diresmikan. Semakin banyak varietas semakin banyak pula pilihan untuk pekebun.