Pehobi baru bermunculan sehingga tren akuaskap terus bertumbuh setiap tahun. Pengusaha menggarap pasar ekspor.

Trubus — Bisnis akuaskap—teknik dan seni penataan tanaman air serta ikan hias dalam akuarium—kini memasuki babak baru. Para pemain mulai memasok pasar mancanegara. Lihat saja Doddy Ali Wijaya yang rutin mengekspor hardscape alias batu atau kayu sebagai ornamen akuaskap ke Tiongkok sejak 2017. Saat itu pengusaha di Jakarta Selatan itu hanya mengirimkan sekitar 5.000 hardscape. Kini pada 2020 ia mengirimkan lebih dari 7.000 hardscape.

Negara tujuan ekspor tidak hanya Tiongkok, tapi juga Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa. Doddy tidak mengerjakan sendiri pesanan itu. Pemilik PT AquaRiset Natura Jaya itu melibatkan para perancang hardscape lainnya yang mau bekerja sama seperti Ahmad Soleh yang sohor dengan panggilan Shogaii. Semua pembayaran transparan. Tidak semata-mata mencari laba.
Ekspor tanaman
Doddy Ali Wijaya menuturkan, “Saya lebih cenderung berpikir seberapa banyak orang yang bisa kami ajak mengerjakan pesanan ekspor itu,” kata pria yang menekuni akuaskap sejak 2009 itu. Jika Doddy mengurusi ekspor hardscape, Umar Faruq berbeda. Ia rutin mengekspor tanaman hias akuatik terutama bucephalandra sejak 2016. Faruq menjual lebih dari 100.000 bucephalandra seharga Rp3.000—Rp7.000 per batang setiap tahun.

karena perawatan relatif mudah dan murah.
Negara tujuan ekspor Amerika Serikat. Manajer AgroPeni, produsen tanaman akuatik pengisi akuaskap di Jakarta Selatan, itu tidak melulu menjual tanaman asli Indonesia. Ia juga menjual tanaman lain seperti cabomba dan echinodorus. Abdul Sahal pun rutin mengirimkan bucephalandra untuk konsumen mancanegara sejak 2011. Boleh dibilang Sahal yang kali pertama memasarkan bucephalandra di Indonesia.
Kini ia mengirimakan sekitar 1.000 batang tanaman itu per bulan. Harganya sekitar US$1— US$1,5 setara Rp15.000—Rp22.500 (kurs US$=Rp15.000) per batang. Namun, ia berencana menghentikan penjualannya pada 2020 lantaran tengah berfokus merenovasi rumah. Jadi, pasar akuaskap tidak terbatas dalam negeri. Para pehobi pun bisa menjual produk mereka ke pasar mancanegara.

Umar Faruq, menjual lebih dari 100.000 bucephalandra
ke mancanegara setiap tahun.
Di pasar domestik, bisnis akuaskap juga menggeliat. Tengku Dany Darmawan mengerjakan 3—4 akuaskap berukuran sedang seharga Rp2,6 juta—Rp2,8 juta per akuaskap saban bulan. Perancang akuaskap di Kota Pekanbaru, Provinsi, Riau, itu mendapatkan omzet minimal Rp7,8 juta—Rp10,4 juta. Setelah dikurangi ongkos produksi, ia mengantongi keuntungan bersih Rp4,5 juta—Rp6 juta per bulan. Jumlah itu relatif besar sebagai usaha sampingan. Bandingkan dengan upah minimum kota (UMK) di sana yang hanya Rp2,9 juta. Itu hanya penghasilan dari jasa desain akuaskap. Belum pendapatan dari penjualan perlengkapan akuaskap seperti batu, kayu, dan ikan hias. Harap mafhum Danny juga menyediakan aneka komponen akuaskap sejak 2019.
Ornamen akuaskap

Pemilik galeri Zona Aquascape itu mempromosikan karyanya melalui media sosial.Tidak semua pehobi baru mengandalkan jasa pembuatan akuaskap sebagai bisnis utama seperti Dany. Nun di Kota Depok, Jawa Barat, Ahmad Soleh, fokus membuat hardscape, kombinasi batu dan kayu yang dibentuk mirip tema tertentu (pohon atau hutan) untuk menghias akuaskap. Shogaii—panggilan akrab Ahmad Soleh—pun memproduksi bonsai, susunan kayu menyerupai pohon besar yang berukuran kecil, sejak 2016. “Saya memilih membuat hardscape dan bonsai karena permintaan keduanya banyak,” kata pemilik toko virtual Aqua Nature Art itu.
Shogaii menjual 75 unit hardscape dan bonsai seharga Rp80.000—Rp100.000 untuk akuarium berukuran 15 cm dan 20 cm per bulan. Itu belum termasuk pesanan sekitar 100 hardscape per bulan untuk ekspor. “Pemesan menyediakan semua bahan. Kami menerima jasa pembuatan hardscape itu,” kata anak pertama dari 3 bersaudara itu. Ia juga menerima jasa desain akuaskap. Selain itu ia menyediakan kayu dan batu sebagai dekorasi akuarium. Total jenderal omzet Shogaii dari berbisnis akuaskap sekitar Rp20 juta setiap bulan.

Penghasilan yang relatif bagus salah satu faktor yang pemicu bermunculannya para pehobi baru akuaskap di Indonesia. “Penambahan pehobi baru akuaskap di tanah air mencapai lebih dari 100% per tahun,” kata pebisnis akuaskap sejak 2009 di Jakarta Selatan, Doddy Ali Wijaya. Dany hanyalah salah satu pehobi baru akuaskap asal Pekanbaru di Indonesia.
Tren meningkat
Menurut Doddy tren akuaskap pun tengah berkembang di Tasikmalaya, Jawa Barat, Batang (Jawa Tengah), Blitar (Jawa Timur), dan Kupang (Nusa Tenggara Timur). Artinya akuaskap menggeliat di kota-kota kecil. Padahal, mayoritas pehobi akuaskap hanya ada di kota-kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya serta Malang, Jawa Timur, pada 2011. Kehadiran pehobi baru menjaga tren akuaskap di Indonesia.
Mereka memerlukan peralatan dan perlengkapan untuk membikin akuaskap. Doddy mengatakan, toko akuaskap baru bermunculan sejak 2014. Adanya pehobi dan toko akuaskap baru indikator bertumbuhnya tren seni dekorasi dalam akuarium itu. Meski toko baru akuaskap bermunculan, toko yang lebih dahulu hadir pun tetap bertahan. Bahkan, penjulan toko yang lebih senior bertambah.

“Kami menjual sekitar 8 pesanan akuaskap per bulan pada 2017. Kini penjualan akuaskap beragam ukuran mencapai 15 unit per bulan,” kata pengelola AquaJaya Lentengagung, Monica Oktaviangka. Pesanan akuaskap terbaru datang dari kantor wakil presiden Republik Indonesia pada Februari 2020. Kini di kantor itu terdapat 2 akuaskap yang masing-masing berukuran panjang 2 m dan 1 m.
Monica dan tim AquaJaya juga memasang 3 akuaskap sepanjang 1 m di kediaman Wakil Presiden Republik Indonesia, Ma’ruf Amin. Ia menuturkan akuaskap yang paling laku yakni yang berukuran kecil sepanjang 30 cm. Alasannya makin besar akuarium kian rumit perawatan. “Semua kalangan menyukai akuarium berukuran kecil karena perawatan relatif lebih mudah dan murah. Cocok untuk mahasiswa dan pekerja kantoran,” kata Monica.
Toko Aquajaya yang berdiri sejak 2009 itu kini memiliki 3 cabang di kota lain yakni Bekasi, Jawa Barat serta Surabaya dan Malang (Jawa Timur). Tren penjualan di ketiga cabang itu pun cenderung meningkat. Doddy mengatakan, tren akuaskap pada masa depan masih bagus. “Semua orang bisa memelihara ikan hias dalam akuaskap. Apalagi kebanyakan rumah saat ini berukuran relatif kecil,” kata juri kontes akuaskap nasional dan internasional itu.
Bisnis bertumbuh

Penghuni kos dan apartemen serta mahasiswa pun berhasrat memiliki klangenan. Akuaskap pilihan tepat karena harganya terjangkau.Bisnis Dany yang boleh dibilang pendatang baru di dunia akuaskap pun terus bertumbuh. Semula ia hanya menerima 1—2 pesanan akuaskap. Kini ada 3—4 pesanan akuaskap per bulan.
Sebetulnya ia masih bisa memaksimalkan penjualan. Konsumen saat ini individu. Ia belum menyasar kantor pemerintahan atau swasta di Pekanbaru. Ia bakal meningkatkan promosi setelah memiliki toko di tempat strategis pada akhir 2020. “Saya juga berencana memiliki usaha penyewaan akuaskap dan pembelian secara kredit,” kata alumnus Jurusan Biologi, Universitas Riau, itu.
Shogaii pun setali tiga uang dengan Dany. Sebetulnya permintaan hardscape dan bonsai mencapai 120—130 unit per bulan. Namun, ia hanya sanggup mengerjakan 50—100 unit per bulan. Kelebihan pesanan itu dikerjakan bulan berikutnya. Intinya peluang bisnis dalam dunia akuaskap menjanjikan. Monica memiliki pelanggan setia dari Papua yang rutin membeli perlengakapan akuaskap hingga kini. “Banyak pehobi di daerah yang memerlukan peralatan, hardscape, tanaman, dan ikan hias. Namun, terkendala jarak,” kata Monica. (Riefza Vebriansyah)