
Gaya hidup baru mengonsumsi air infusan atau infused water tengah melanda masyarakat perkotaan. Faedahnya mencegah bahaya dehidrasi dan sumber nutrisi alami.
Jika harus memilih salah satu, sehat atau kaya, masyarakat Latin memilih yang pertama sebagaimana tercermin dalam peribahasa Bona valetudo melior est quam maximae divitiae. Kondisi badan yang sehat lebih berharga daripada kekayaan yang berlimpah-limpah. Selebritas Farah Farhanah Quinn meraih kesehatan antara lain dengan konsumsi rutin infused water atau air infusan. Pembawa acara pada program kuliner di televisi itu terkadang menyempatkan diri untuk membuat air infusan—sebutan untuk minuman berupa air putih berisi irisan atau potongan buah, sayuran, atau herbal.
“Yang paling saya suka adalah irisan buah lemon dan raspberi,” ujar alumnus Institut Kuliner Pennsylvania, Amerika Serikat, itu. Minuman itu biasanya ia minum saat usai berolahraga. Menurut perempuan kelahiran Bandung 8 April 1980 itu untuk membuat air infusan sangat gampang dan sederhana. Cukup masukkan irisan buah ke dalam sebotol air matang dingin lalu simpan dalam lemari pendingin.

Setelah disimpan selama 3—5 jam, minuman siap konsumsi. Menurut Farah Quinn manfaat utama air infusan untuk mencegah dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh. Selain itu tubuh juga memperoleh asupan antioksidan yang berasal dari buah-buahan. “Tapi infused water bukan air ajaib. Jadi kita tetap harus menjaga kesehatan dengan menjaga pola makan, olahraga, dan berpikir positif,” kata juru masak itu.
Populer
Dua tahun terakhir air infusan begitu populer di tanahair. Di perjalanan sering kali kita jumpai beberapa orang menenteng sebotol air dengan irisan buah sebagai bekal ke tempat kerja dan saat berolah raga. Begitu juga Prof Dr Ir Ahmad Sulaeman MS yang tak pernah luput membawa sebotol air infusan dalam tasnya. “Saya mulai rutin mengonsumsi air infusan setahun lalu,” ujar guru besar Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.

Ahmad Sulaeman paling suka mengonsumsi air infusan berbahan campuran buah jeruk keprok dan daun poko Mentha arvensis. Bagi Ahmad faedah air infusan yang ia rasakan bukan hanya sekadar melepas dahaga setelah lelah beraktivitas. “Tekanan darah saya juga ikut turun setelah rutin minum air infusan,” ujar pria 52 tahun kelahiran Sukabumi, Jawa Barat, itu. Ahmad memang sudah lama menderita hipertensi. Itulah sebabnya di ruang kerjanya ia menyimpan tensimeter atau alat pengukur tekanan darah untuk mengontrol tekanan darah.
Jika sedang kambuh tekanan darah sistolik Ahmad bisa mencapai 180 mmHg. “Setiap sehabis rapat saya biasanya merasa pusing. Setelah minum air infusan menjadi segar kembali,” ujar anggota dewan guru besar Institut Pertanian Bogor itu. Tekanan darah pun turun menjadi 140—150 mmHg. Gaya hidup mengonsumsi air infusan itu tengah melanda masyarakat perkotaan.

Dwi Rini Sovia Firdaus gemar membuat dan mengonsumsi air infusan. Bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga ketiga anaknya yang beranjak remaja. Bahan baku favorit Rini Firdaus adalah lemon. “Enaknya (air infusan) diminum pas haus. Biasanya ketika haus hanya minum air tanpa rasa. Nah, ketika minum infused water ada sensasi lemon yang nikmat,” ujar alumnus The Hague University, Belanda, itu yang tetap langsing dan bugar pada usia 44 tahun.
Ketua jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Sa’diyah El Adawiyah, juga rutin mengonsumsi air infusan sejak setahun terakhir. Menjelang tidur, ia meracik air infusan dan memasukkan ke dalam kulkas. Keesokan hari ketika hendak ke kampus, alumnus Departemen Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Institut Pertanian Bogor itu membawa botol berisi air infusan. Saat rehat mengajar, ia menikmati air infusan itu.
Cegah dehidrasi
Menurut Ir Trini Sudiarti MSi, dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, air infus adalah salah satu inovasi untuk mendorong masyarakat lebih banyak mengonsumsi air putih sehingga terhindar efek buruk dehidrasi. “Jadi air infusan bukan minuman untuk pengobatan, tapi hanya salah satu cara menambah citarasa dan efek menyegarkan pada air minum sehingga kita ingin minum lebih banyak,” ujar Trini.

Alumnus program Pascasarjana Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Institut Pertanian Bogor (IPB) itu menuturkan tingkat kesadaran masyarakat di tanahair untuk meminum banyak air masih rendah. Itu terbukti pada hasil penelitian The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) yang menyebutkan bahwa 46,1% dari 1.200 responden di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan mengalami dehidrasi ringan.
Dari jumlah itu 49,5% di antaranya remaja dan 42,5% dewasa. Penyebab tingginya penderita dehidrasi di kalangan remaja adalah rendahnya pengetahuan tentang fungsi air bagi tubuh. “Mereka lebih suka mengonsumsi kopi, teh, dan minuman ringan, seperti minuman berkarbonasi atau minuman dalam kemasan lainnya,” ujar Trini. Ia mengatakan jumlah kebutuhan air putih setiap orang disesuaikan dengan jumlah kalori yang dikonsumsi.
“Setiap 1 kalori yang dikonsumsi, maka jumlah air minum yang harus dipenuhi sebanyak 1 cc,” kata perempuan kelahiran Boyolali, Jawa Tengah, itu. Jika seorang pria dewasa membutuhkan 2.000 kalori, maka harus mengonsumsi 2.000 cc atau 2 liter air per hari. Jika kurang, maka berdampak buruk (lihat ilustrasi: “Dampak Dehidrasi”). “Oleh karena itu dianjurkan untuk minum air dalam jumlah yang cukup, minimal 8 gelas sehari, sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang dari Kementerian Kesehatan,” ujar Trini.
Manfaat
Bagaimana kandungan nutrisi air infusan? Menurut Trini air infusan kemungkinan mengandung nutrisi yang berasal dari buah atau sayuran bahan bakunya. “Salah satunya vitamin B kompleks dan C yang dapat larut dalam air,” kata Trini. Vitamin B kompleks berperan memproduksi energi, menjaga kesehatan fungsi saraf, pencernaan, rambut dan kuku, serta menurunkan kadar kolesterol jahat atau low density lipoprotein (LDL). Sementara vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan meningkatkan kekebalan tubuh.

Air infusan juga mengandung serat yang berasal dari kandungan serat pada buah yang dapat larut dalam air. “Tapi jumlahnya tidak sebanyak jika kita mengonsumsi langsung buah segar,” tutur Trini. Pada buah segar utuh terdapat pula serat yang tidak dapat larut dalam air seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Oleh sebab itu, ia menyarankan agar sisa buah yang direndam tetap dikonsumsi walau rasanya sudah tidak enak.
Meski pembuatan air infusan sangat sederhana, tapi banyak hal yang harus diperhatikan dalam proses pembuatannya agar tidak berdampak buruk bagi tubuh. Menurut Trini, yang paling utama adalah kualitas air minum. “Sebaiknya air tetap direbus dahulu untuk mematikan kuman,” katanya. Sebab, dalam beberapa penelitian pada merek air mineral tertentu masih dijumpai bakteri Escherichia coli yang membahayakan pencernaan (baca: “Rambu Ramu Air Sehat” halaman 60).
Tren mengonsumsi air infusan saat ini menjadi peluang usaha menjanjikan bagi Deanissa Padmarini di Jakarta. Pada pameran Festival Bunga dan Buah Nusantara 2014 di kampus IPB, terjual 50 toples air infusan siap minum. Ia mengemas air infusan dalam toples kaca isi 400 ml. Harga setoples air infusan itu Rp25.000. Di luar pameran, Deanissa melayani pesanan para pelanggan. “Saya memproduksi air infusan berdasarkan pesanan karena tidak tahan lama, maksimal 48 jam,” katanya.
Dokter dan juga herbalis di Tangerang Selatan, Provinsi Banten, dr Prapti Utami, mengingatkan pasien gangguan ginjal sebaiknya berhati-hati mengonsumsi air infusan yang menggunakan buah berkalium tinggi, seperti apel, jeruk, dan anggur. “Kalium dapat memperberat kerja ginjal dan detak jantung,” kata Prapti. Sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter sebelum rutin mengonsumsi air infusan. (Imam Wiguna/Peliput: Bondan Setyawan & Sardi Duryatmo)