Trubus.id — Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak merugikan peternak ruminansia. PMK disebabkan oleh serangan apthouvirus. Penyakit ini tidak langsung mematikan, tetapi tingkat penularannya sangat cepat dan bisa berakibat kematian. Oleh karena itu, edukasi mengenai penanganan PMK pada hewan ternak ini penting diketahui dan disosialisasikan.
Trubus Bina Swadaya (TBS) pada webinar Bincang-Bincang Wisma Hijau seri 71, mengusung tema Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku Berbasis Masyarakat. Salah seorang narasumber yang dihadirkan adalah drh. Agung Suseno, dari Koperasi Peternak Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan di Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Agung mengatakan ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menangani kasus PMK. Pertama pencegahan. Kedua, pengendalian ternak yang sudah terpapar PMK.
Ia mengaku terus melakukan sosialisasi kepada para peternak terkait pencegahan PMK. Salah satunya, disiplin dalam penyemprotan disinfektan di kandang dan kepada setiap orang yang akan masuk ke kandang.
“Peternak yang hendak masuk kandang harus disemprot, mulai kepala sampai ujung kaki. Sebab, dikhawatirkan peternak itu membawa bibit virus yang bisa menular ke sapi mereka,” katanya.
Lebih lanjut, dalam sosialisasi, ia menyarankan agar peternak memberikan empon-empon seperti temulawak dan kunyit untuk sapi peliharaannya. Tujuannya, untuk meningkatkan daya tahan tubuh sapi. Pada prinsipnya sapi atau ternak dengan daya tahan bagus akan terhindar dari penyakit. Meskipun terinfeksi penyakit, sapi dengan daya tahan tubuh yang baik akan lebih cepat dalam proses penyembuhan.
Selain itu, vaksinasi ternak juga menjadi langkah pencegahan PMK. Menurut Agung vaksinasi merupakan salah satu cara efektif mencegah penyebaran PMK. Meskipun sudah divaksin tetap ada kemungkinan terpapar PMK. Namun, persentasenya kecil dibanding ternak yang belum divaksin.
“Jika ternak sudah divaksin, namun masih terkena PMK, maka masa penyembuhannya pun tetap lebih cepat dibandingkan dengan yang belum divaksin,” tuturnya.
Sayangnya, beberapa peternak masih ada yang menolak ternaknya untuk divaksin, dengan beragam alasan. Padahal, manfaat vaksin sudah disosialisasikan dengan jelas.
Langkah selanjutnya adalah pengendalian ternak terpapar PMK. Menurut Agung meskipun PMK belum ada obatnya, peternak bisa memberikan obat-obatan yang dapat menurunkan tingkat sakit yang diakibatkan serangan virus PMK.
“Hanya sapi itu sendiri yang bisa mengobati dirinya, dengan cara memproduksi antibodi,” jelasnya.
Menurutnya, jika sapi dapat memproduksi antibodi secara optimal setelah terinfeksi PMK, sapi itu akan segera sembuh dengan sendirinya. Sayangnya, tidak semua sapi bisa memproduksi antibodi dengan cepat dan optimal.
Oleh karena itu, perlu pemberian obat pada sapi yang sakit. Di mana fungsi pemberian obat-obat itu sebagai penghilang rasa sakit, penurun panas, dan untuk memperbaiki metabolisme tubuh sapi agar cepat memproduksi antibodi untuk melawan virus PMK. Hasilnya, sapi akan bisa sembuh lebih cepat.