Tak hanya berbobot 305 gram, ukuran tubuh proporsional, ekor lawi rapi dan menjulang sejajar dengan kepala menjadi poin utama penilaian. Kunci kemenangan lain, ayam berumur 1,3 tahun itu autogaya. “Gaya atas dan bawah bagus. Tanpa dipancing, ayam itu sudah membusungkan dada,” kata Hengki Tanjung, juri asal Jakarta Timur.
Di babak pemilihan pejantan terbaik, Jetset mengandaskan harapan Intan Pulomas, jawara di kelas jantan dewasa B dan Mirah Delima, peraih juara I di kelas muda. Keduanya jagoan Intan Serama Farm (ISF), Pulomas, Jakarta Timur. Rawit milik Edi Sebayang asal Jakarta Barat, kampiun di kelas remaja pun tak berkutik. Jetset berhasil mengumpulkan poin 132,5, terpaut 4 angka dengan Mirah Delima yang hanya mendapat nilai 128,5. Sementara Intan Perkasa hanya memperoleh 122,5; Rawit, 118,5.
Mental juara Jetset dibuktikan di Yogyakarta. Dua kontes yang digelar Persatuan Pelestari Ayam Serama Indonesia (P2ASI) DPD Yogyakarta pada akhir April 2005 dan awal Mei 2005 juga jadi bukti keandalan, ia merebut kampiun di kelas jantan dewasa. Predikat serama terbaik pun disandangnya.
Lawan berat
Bertanding di kelas serama jantan dewasa A, penampilan Jetset memikat. Tak heran bila sejak awal ia sudah diprediksi bakal juara. Saingan berat datang dari Satria dan Tingkir, andalan Nuryassin, pemilik Faradina Farm asal Bintaro, Tangerang. Sayang, keduanya dinilai juri kurang bergaya di meja. Dengan nilai 72,82, Satria puas di urutan ke-2, disusul Tingkir yang memperoleh angka 72,33. Jetset, unggulan Halley WS melenggang ke babak pemilihan jantan terbaik dengan nilai 77,33.
Cat’s Eyes jagoan ISF yang diprediksi bakal menandingi keperkasaan Jetset di kelas itu pun ternyata tidak tampil prima. Jawara di kelas dewasa jantan kontes Indonesia Satu, Ancol, Jakarta Utara, Maret 2005 hanya sesekali bergaya di meja sehingga masuk nominasi 10 besar. Di kelas itu, Black Oval dan Blue Safi re, serama lain milik ISF juga gagal mengukir prestasi terbaik.
Serama andalan ISF justru merajai kelas jantan dewasa B. Lihat saja penampilan Intan Pulomas ketika dinilai di meja. Dada besar dan menonjol, kepala tertarik ke belakang hingga menyentuh lawi. Penonton yang berdiri di pagar pembatas pun terkesima melihat penampilannya. Ayam berbulu cokelat itu akhirnya meraih juara I, disusul Intan Perkasa.
Pertandingan di kelas remaja yang diikuti 19 peserta juga tampak berjalan sengit. Rawit, milik Edi Sebayang mendapat rival berat Tiger, jagoan Tonny Sutrisno. Acil, milik Heru dan Parikesit, unggulan Kusnanto tampil apik. Tak ayal, mereka bersaing ketat dalam mengumpulkan nilai. Tahta jawara akhirnya dipersembahkan pada Rawit yang mendapat poin 61, 83, disusul Tiger (56,177), Acil (54,147), dan Parikesit (53,831).
Di kontes itu, serama andalan Mega Bird Farm (MBF) Bogor, Jawa Barat yang dikomandoi Megananda Daryono masih bisa unjuk gigi. Buktinya, Sri Penang merebut juara ke-7 kelas jantan dewasa A. Di kelas jantan dewasa B, Sri Naga menduduki peringkat ke-5. Sayang, 5 ayam lain gagal karena kurang tampil prima.
Mutu bagus
Pertandingan berjalan seru di kelas anakan (umur 3—5 bulan). Sebanyak 10 peserta turut menyemarakkan lomba. Penampilan mereka lucu karena bulu belum tumbuh sempurna. Apalagi mental belum terbentuk sehingga ayam acap diam di meja. Ada juga ayam yang atraktif sehingga harus dipegang. Tampil sebagai jawara, Cakra Junior milik Faradina Farm. “Bukti ternakan lokal sudah bagus,” kata Rudiasfi e Sjofi nal, ketua panitia.
Kontes serama memperebutkan piala Trubus dan P2ASI pada awal Mei 2005 itu berlangsung meriah. Peserta datang dari Jakarta, juga Yogyakarta, Palembang, dan Surabaya. Kontes serupa yang digelar di Yogyakarta seminggu sebelum dan sesudah Trubus Cup pun berjalan sukses. Yoyok Indriyanto, peserta asal Yogyakarta merasa bangga ketika Premix mendapat nominasi 10 besar di Trubus Cup. Prestasi sebelumnya, juara ke-2 dan ke-4 kelas dewasa di Yogyakarta.
Kedatangan serama milik Edi Sutiyoso asal Surabaya ke kontes akbar itu pun tak siasia. Buktinya, Freti dan Joshua menduduki posisi ke-4, masing-masing di kelas betina dan anakan. Sebagai pendatang baru, Suharsono asal Magelang, Jawa Tengah pun bangga melihat prestasi Rio yang menyabet juara I di kelas remaja. “Sudah banyak ayam bagus di Indonesia. Perkembangannya cepat sekali. Animo hobiis meminati serama makin meningkat,” kata Jerry Hermawan Lo, ketua P2ASI pusat. (Nyuwan SB/Peliput: Hanni Sofi a)