Trubus.id—Salah satu tanaman yang menjadi sumber pemanis alami yakni stevia. Suku pribumi Indian Guarani di Paraguay dan Brasil menggunakan daun stevia (Stevia rebaudiana) sebagai pemanis alami sejak 1.500 tahun lalu. Mereka menambahkan daun stevia dalam minuman seperti terere. Berikut tujuh hal unik stevia.
Tanaman Stevia
- Suku Guarani mengenal stevia dengan sebutan Ka’a He’e, yang berarti ramuan manis. Herba itu sebagai komponen utama di upacara yang mengantarkan anak laki-laki dan perempuan Guarani menuju kedewasaan.
- Ilmuwan di Eropa, Dr. Moises Santiago Bertoni, berhasil mengidentifikasi taksonomi stevia. Dari 240 jenis stevia di dunia, Stevia rebaudiana yang banyak diteliti dan dibudidayakan.
- Rasa manis alami yang kuat pada stevia berasal dari senyawa steviosida dan rebaudiosida. Ilmuwan Prancis, Bridel dan Lavielle, yang kali pertama mengisolasi kedua senyawa itu pada 1931.
- Stevia masuk ke Indonesia sekitar 1977. Penanaman pertama tanaman anggota famili Asteraceae itu di Tawangmangu, Provinsi Jawa Tengah. Pada medio 1980, penanaman stevia berkembang di berbagai daerah seperti Bogor, Cianjur, Sukabumi, dan Garut—semua di Provinsi Jawa Barat.
- Pada Desember 2008, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration, FDA) menetapkan stevia sebagai salah satu pemanis alami nonkalori. FDA memberikan sertifikat Generally Recognized as Safe (GRAS). Stevia 200—300 kali lebih manis dibandingkan dengan gula tebu.
- Jepang menggunaan stevia sebagai pemanis aneka olahan minuman seperti kopi, yoghurt, es krim, dan permen. Stevia cocok dipadukan dengan teh hijau, jeruk, stroberi, apel, pir, vanila, dan cokelat. Stevia bubuk juga bisa ditaburkan di atas granola dan sereal.
- Daun stevia memiliki rasa yang sedikit getir dan pahit. Penyebabnya tanin—senyawa polifenol—yang memiliki berat molekul lebih dari 1.000 dan dapat membentuk kompleks dengan protein.***