Trubus.id— Tumpangsari kelapa pandan wangi dan itik kian mendatangkan keuntungan. Jasman Silitonga, S.E., dan Gunawan Kosasih memeroleh omzet ganda dari tumpangsari itu. Pekebun di Kecamatan Pantaicermin, Kabupaten Serdangberdagai, Provinsi Sumatra Utara, itu menanam kelapa pandan wangi di lahan seluas 6 hektare (ha).
Hasil panen 30.000 buah kelapa pandan wangi per ha per tahun. Jumlah lebih tinggi dibandingkan dengan produksi pandan wangi di Indonesia yang hanya 27.000/ha/tahun. Total jenderal terdapat sekitar 1.200 kelapa pandan wangi berumur lebih dari 4 tahun di kebun Jasman dan Gunawan.
Hasil panen 150—200 buah per tanaman per tahun dengan harga jual Rp10.000—Rp12.000 per buah. Keruan saja omzet dari perniagaan kelapa pandan wangi minimal Rp150 juta saban bulan. Tambahan omzet datang dari itik. Jasman dan Gunawan mengumbar 100.000 itik petelur di kebun kelapa seluas 6 ha.
“Kebetulan kebun kelapa yang kami kelola ada sistem kanal sehingga cocok untuk habitat itik dengan sistem umbaran,” kata Jasman.
Budidaya itik itu menghasilkan 10.000 telur setiap bulan seharga Rp2.000 per butir. Artinya ada tambahan omzet hingga Rp20 juta per bulan dari perniagaan telur. “Adapula panen tambahan selang 2 bulan dari itik pedaging,” kata Jasman.
Keuntungan tumpangsari kelapa pandan wangi lain yakni akses sumber pupuk yang dekat sehingga biaya produksi lebih ekonomis. Sisa budidaya itik seperti cangkang telur dan kotoran bisa diolah menjadi pupuk untuk kelapa pandan wangi.
Beberapa limbah lain seperti buah kelapa kosong dan sekam menjadi bahan baku pupuk. Pemanfaatan limbah-limbah organik itu signifikan terhadap hasil budidaya. “Tanaman berbunga 16—30 bulan setelah tanam. Lazimnya minimal 30 bulan setelah tanam,” kata Gunawan.