Cacat menjadikan kopi lanang mahal dan berkelas.
Harga biji kopi arabika sangrai paling banter Rp100.000 per kg. Harga kopi lanang lebih mahal 3 kali lipat, Rp300.000. Harga itu memang sebanding dengan rasanya. “Citarasa dan aroma kopi lanang lebih kuat dibanding kopi biasa,” ujar Dr Ir Surip Mawardi, SU, periset dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember, Jawa Timur.
Menurut Adi Taroepratjeka, tester kopi dari Bandung, Jawa Barat, kopi lanang pantas menjadi kopi mahal lantaran memiliki citarasa khas yang tidak dimiliki kopi lain. “Citarasanya kuat karena biji lebih padat,” kata Adi. Hikmat Prima, mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran sepakat. Kopi lanang memiliki citarasa kuat dan mampu menjaga kebugaran ketika belajar pada malam hari.

Penyerbukan gagal
Dalam bahasa jawa, lanang berarti lelaki. Kopi lanang disebut demikian karena berbiji tunggal, bulat tidak terbelah, dan lebih kecil daripada kopi biasa. Kopi lanang bisa muncul di kopi robusta maupun arabika. Menurut Dr Ir Retno Hulupi SU, peneliti di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember, kopi lanang merupakan biji abnormal. “Lazimnya biji kopi memiliki 2 tabung ovarium. Namun, penyerbukan tidak sempurna menjadikan salah satu tabung hampa. Akibatnya hanya satu tabung yang menempati ruangan dalam buah,” ujar Retno.

Tabung itulah yang berkembang menjadi biji kopi lanang. Penyebab penyerbukan gagal beragam, salah satunya kerusakan putik alias rumah bakal biji akibat terpaan angin atau gangguan serangga. Penyebab lain, faktor fisiologis tanaman. Contohnya, gangguan aliran hara atau fotosintat ketika pembuahan karena pohon mengalami stres. “Bisa juga karena faktor genetika. Namun, kemungkinannya sangat kecil, kurang dari 5%,” tutur periset yang pernah mendapatkan piagam penghargaan penemuan varietas unggul kopi arabika dari Gabungan Perusahaan Perkebunan Jawa Timur itu.
Karena hanya satu keping biji yang berkembang, kadar kafein dalam kopi lanang lebih tinggi. Surip menjelaskan, hal itu diduga karena nutrisi yang mestinya diserap oleh dua keping biji, hanya diserap oleh satu keping biji. Itu pula penyebab biji kopi lanang lebih bernas. Hasil riset Dr Murdoch Ritchie dari Universitas Yale, Amerika Serikat, kafein memperlebar pembuluh darah dan meningkatkan detak jantung. Itu mempercepat gerakan cairan dan kotoran padat dalam tubuh.

Semakin banyak seseorang mengonsumsi kafein, semakin cepat aliran darah. Oksigen yang dibawa darah menghilangkan kantuk dan meningkatkan kemampuan otak untuk melakukan analisis dan perhitungan. Kopi lanang lazim dijual dalam bentuk roasted atau telah disangrai. Bentuk roasted mempertahankan citarasa dan aroma kopi. Kalau dibuat bubuk kopi, perbedaan dengan kopi biasa sama sekali tidak tampak. Kopi Malabar Indonesia, salah satu produsen kopi lanang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, membanderol green bean (biji kopi belum sangrai) Rp90.000 per kg. Satu kilogram biji sangrai berasal dari 1,3 kg biji utuh segar.

Pohon tua
Menurut Surip, produksi kopi lanang terbatas. “Total produksi buah kopi lanang hanya 5-10%, tergantung berbagai hal seperti jenis kopi, umur tanaman, atau kehadiran serangga penyerbuk,” ujar Surip. Pada 2013, perkebunan Kopi Malabar Indonesia hanya mampu memproduksi 50 kg kopi lanang. Menurut Agung Budiyono, bagian produksi Kopi Malabar Indonesia, penyortiran 100 kg green bean hanya menghasilkan sekilogram kopi lanang.
Agung tidak bisa menentukan target produksi. Sebab, “Produksi tidak menentu sehingga hasilnya tidak dapat diprediksi”, tutur pria kelahiran 30 tahun silam itu. Maklum, mereka belum menguasai teknologi pembuatan kopi lanang. PT Perkebunan Nusantara XII Malangsari, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, justru mengembangkan kavling kebun khusus untuk memproduksi kopi lanang. Caranya, pekerja kebun mengurangi jumlah serangga penyerbuk sehingga bunga kopi stres dan menghasilkan buah dengan biji yang tidak normal.
Pohon tua berumur lebih dari 10 tahun juga berpeluang menghasilkan biji kopi lanang. Musababnya, bunga di pohon tua sering tidak mendapatkan penyerbukan sempurna, sehingga berpeluang menghasilkan biji kopi lanang. (Muhamad Khais Prayoga, Asisten pemulia tanaman di Lembaga Swadaya Pemuliaan Tanaman)