Trubus.id — Serangan apthouvirus menjadi penyebab terjadinya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak ruminansia. Penyakit itu tidak mematikan, tetapi tingkat penularannya sangat cepat. Ada beberapa solusi untuk mengatasi PMK pada ternak.
drh. Endang Tri Rahayu, M.P., dosen di Program Studi Peternakan, Universitas Sebelas Maret, menyarankan pencegahan PMK dengan menjaga kebersihan kandang, tempat makan dan minum, serta badan ternak.
“Pembersihan bisa menggunakan disinfektan,” kata Endang.
Lebih lanjut, ia mengatakan, manusia bisa menjadi perantara penularan penyakit mulut dan kuku ke ternak lain. Penularan terjadi ketika tidak membersihkan diri setelah kontak dengan ternak positif penyakit mulut dan kuku (PMK). Kadang-kadang virus menempel di baju, sepatu, atau peralatan lain.
“Setelah kontak dengan ternak, sebaiknya berganti pakaian,” ujar Endang.
Menurut Endang, pencegahan lain dengan vaksinasi aphthae epizootica (AE) atau PMK. Vaksinasi itu untuk mengatasi wabah penyakit mulut dan kuku saat pertama kali terdeteksi di Indonesia pada 1887.
Bahkan, saat Indonesia dinyatakan bebas PMK pada 1990-an pemberian vaksinasi pada ternak tetap dilakukan. Namun, volume pemberiannya berkurang. Endang mengatakan, vaksinasi mencegah penularan penyakit mulut dan kuku hingga 80–90%.
Vaksinasi untuk ternak yang sehat supaya penyakit tidak masuk. Sementara itu, vaksinasi untuk ternak yang terinfeksi penyakit dilakukan setelah sembuh. Masa penyembuhan sapi 21 hari, di luar masa inkubasi 14 hari. Saat ternak sudah tidak punya gejala PMK, bisa dinyatakan sehat dan dapat segera diberikan vaksinasi.
Menurut Endang, setiap penyakit akibat virus belum ditemukan obatnya. Oleh karena itu, upaya yang bisa dilakukan dengan mengarantina ternak dan mengobati secara simtomatik atau pengobatan untuk menurunkan rasa sakit akibat luka yang diderita sapi.
Caranya, dengan mengobati setiap gejala penyakit pada ternak seperti penyembuhan luka mulut, kuku, dan menurunkan demam. Peternak dapat mengobati luka di mulut dengan mengoleskan sulfanilamide. Sementara itu, pemberian vitamin B kompleks dapat merangsang nafsu makan ternak. Kandungan vitamin akan memperbaiki metabolisme tubuh ternak.
Penyembuhan luka di kuku dengan chloramphenicol. Lalu, untuk menurunkan demam peternak menggunakan analdon ternak berdosis 500–1.000 mg per sapi. Peternak bisa mendapatkan obat-obat itu di apotek atau di toko-toko pakan ternak.
Masa penyembuhan luka 7–14 hari, bergantung pada tingkat luka. Menurut Endang, penyakit mulut dan kuku harus secepatnya ditangani karena berdampak pada ekonomi. Ternak yang terinfeksi mengalami penyusutan bobot tubuh hingga 20% karena nafsu makannya hilang.
Artinya, jika bobot sapi 400 kg, penyusutannya 40–80 kg. Sementara itu, pada sapi perah akan mengalami penyusutan produksi susu. Jika semula produksi susu 15 liter, akibat serangan penyakit mulut dan kuku produksi susu hanya 5 liter