Friday, January 17, 2025

Vannamei Mengelak Maut

Rekomendasi
- Advertisement -

Meningkatkan daya hidup udang vannamei akibat penyakit vibriosis.

Khalid Amjad harap-harap cemas ketika petambak lain di daerahnya, Kabupaten Malang, Jawa Timur, menghadapi serangan vibriosis. Akibat serangan penyakit itu tingkat kematian mencapai 85%. Ia meriset ketahanan udang vannamei terhadap penyakit vibriosis. Khalid memanfaatkan 12 akuarium di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Populasi udang mencapai 25 ekor per akuarium.

Dari kiri Khalid Amjad, Dr. Ating Yuniarti SPi MAqua, Shilvia Astriyanti dan M Miftahul Bayyan.

Di akuarium berisi udang berukuran 0,5 gram itulah Khalid menginduksi bakteri penyebab pennyakit vibriosis. Hasilnya peningkatan sintasan atau survival rate mencapai 30%. Pada awal riset, populasi bakteri penyebab vibriosis mencapai 105. Namun, sebeluan kemudian populasi bakteri anjlok, hanya 10³. Khalid sukses “mengelak” dari seragan vibriosis karena menerapkan teknik Sofa Ebi.

Media jagung

Sofa Ebi—singkatan dari spore forming bacteria as environmentally control of vibriosis—teknologi temuan Shilvia Astriyanti dan M Miftahul Bayyan dari Universitas Brawijaya. Mereka mahasiswa bimbingan Dr. Ating Yuniarti SPi. MAqua dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Khalid membuat probiotik berbentuk spora sebagai pengendali biologi penyakit vibriosis.

Probiotik itu berasal dari spesies Bacillus sp strain UB4—berubah menjadi spora. Khalid mencampurkan spora itu dengan tepung jagung. Pembudidaya ikan dan udang itu semula mengenal antibiotik, bukan probiotik. Menurut Dr. Ating sejak lama antibiotik menjadi pengendali penyakit pada ikan dan udang akibat bakteri. “Sekitar 75% petani ikan dan udang menggunakan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang berlebih menyebabkan terjadinya resistensi,” ujar Ating.

Pemberian Sofa Ebi meningkatkan sintasan atau survival rate udang vannamei sehingga peternak dapat memanen.

Itulah sebabnya muncul alternatif untuk mengontrol penyakit pada ikan dan udang, yaitu penggunaan probiotik atau bakteri baik yang aktif disaluran pencernaan dengan tujuan melawan bakteri jahat. Bacillus sp agen probiotik itu. Khalid bersama rekannya Shilvia Astriyanti dan M Miftahul Bayyan mengetahui probiotik itu dari dosen pembimbingnya Dr. Ating Yuniarti. Mengapa Bacillus sp?

Menurut Dr. Ating Yuniarti penggunaan Bacillus sp sangat ideal pada sistem akuakultur karena bakteri itu sering ditemui secara alami di sedimen. Bakteri itu juga dapat menjadi pakan tambahan yang mampu dicerna oleh ikan. “Spora Bacillus sp juga memberikan kelebihan dibandingkan dengan sel vegetatifnya karena spora lebih tahan terhadap temperatur ekstrem, radiasi, dan bahan-bahan toksik,” ujar Ating.

Khalid memanfaatkan Bacillus sp UB4 yang sebelumnya sudah diteliti Ating Yuniarti. Kemudian Khalid dan rekan mencari bahan pembawa spora atau spora carrier untuk memaksimalkan kemampuan bertahan hidup Bacillus sp. Pada penelitian itu mereka menggunakan spore carrier dari berbagai bahan lokal yang mudah didapat seperti tepung tapioka, ubi jalar, dan jagung.

Mereka memanen bakteri yang sudah berubah bentuk menjadi spora lalu mencampur dengan tepung-tepung itu. “Kemudian hasil campuran itu kami simpan dan kami teliti mana dari ke-3 tepung itu yang terbaik untuk spora carrier Bacillus sp,” ujar Miftahul Bayyan. Hasil pada Bacillus sp UB4 didapatkan bahwa spore carrier terbaik adalah jagung. Menurut Ating kemampuan hidup Bacillus sp UB4 di media jagung naik 40% dibandingkan dengan bahan lain.

Sintasan naik

Khalid menguji Sofa Ebi itu pada udang vannamei. Perlakuan itu pada range 105-107 spora per gram pakan. Pria kelahiran 9 Mei 1996 itu memberikan 1 gram pakan yang telah dicampur dengan spora Bacillus itu. Volume pakan 1—2 gram per akuarium berpopulasi 25 ekor. Frekuensi pemberian pakan plus Sofa Ebi itu dua kali sehari pada pagi dan sore. Selama sebulan pemeliharaan, pemberian sofa-ebi 106 spora per gram, mampu meningkatkan kekebalan tubuh vannamei.

Penyakit vibriosis mengancam udang vannamei. Tingkat kematian akibat vibriosis 85%.

Meski penyakit itu menyerang, udang-udang di tambak Khalid tetap selamat. Uji itu sejalan dengan riset Ating. Uji tantang pada Vibrio harveyi—salah satu penyebab penyakit vibriosis—menunjukkan adanya peningkatan kelulusan hidup atau Survival Rate (SR) 30% dengan aplikasi sofa-ebi dibandingkan dengan kontrol. “Tren peningkatan SR dimungkinkan dengan makin menurunnya jumlah Vibrio pada media pemeliharaan udang dengan aplikasi Sofa-Ebi,” ujar Ating

Selain itu pakan plus probiotik juga mampu meningkatkan laju pertumbuhan atau Specific Growth Rate (SGR) Litopenaeus vannamei sebesar 30% dibandingkan kontrol tanpa pemberian probiotik. “Meningkatnya laju pertumbuhan udang dengan supplementasi Sofa-Ebi dimungkinkan dengan adanya peningkatan daya cerna pakan pada udang vannamei,” ujar Ating.

Sejak di pembenihan hingga udang dewasa rentan serangan penyakit vibriosis.

Pada umur 30 hari udang vannamei di akuarium Khalid berbobot 1,5—2 gram per ekor. Menurut Khalid rasio konversi pakan (FCR) probiotik dosis 10 pangkat 5 CFU per gram pakan mencapai 1,87. Artinya untuk menghasilkan 1 kg udang Khalid memerlukan 1,87 kg pakan. Pada perlakuan kedua dengan dosis 10 pangkat 6 CFU per gram pakan, FCR 1,6. Perlakuan ketiga dosis probiotik 10 pangkat 7 CFU per gram pakan, angka FCR 1,66. Sementara kontrol FCRnya 1,96.

FCR itu relatif standar. Bandingkan dengan FCR budidaya udang vannamei sistem konvensional rata-rata1,6—1,9. Sayang, mereka berlum menghitung biaya produksi probiotik. Menurut Ating biaya itu relatif rendah jika dibandingkan dengan peluang peternak mendapatkan laba karena penggunaan probiotik. “Potensi Bacillus sp sangat banyak. Sayang kalau tidak digali dan dimanfaatkan,” ujar Bayyan.

Temuan Ating dan rekan itu solusi untuk mengatasi penyakit vbriosis yang selama ini sulit dikendalikan. Penyakit itu datang dengan gejala memerahnya tubuh, melanosis pada kulit, nekrosis pada ekor, memerahnya kaki renang dan kaki jalan. Itulah penyakit vibriosis pada udang. Serangan penyakit itu menyebabkan kematian hingga 85%. Menurut Sarjito serangan vibriosis merupakan permasalahan serius bagi udang di tambak intensif.

Bersama rekan-rekannya dari Jurusan perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang, Sarjito meneliti bakteri apa saja penyebab vibriosis. Ia mengambil sampel udang sakit dari pertambakan intensif di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Hasilnya, Sarjito dan rekan menemukan beragam bakteri penyebab penyakit itu di antaranya Vibrio vulnificus, Vibrio mimicus, Vibrio damsella, Vibrio parahaemolytics, dan Vibrio fluvialis.

Binahong Antivibriosis

Selain penggunaan probiotik, cara lain menghadapi penyakit vibriosis pada udang dengan daun binahong. Sarjito bersama rekan dari Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, memanfaatkan ekstrak serbuk daun binahong dari Ambarawa, Jawa Tengah, untuk mengendalikan penyakit itu melalui penelitian secara in vitro. Ekstrak daun binahong ia campur kedalam pakan dengan beragam komposisi perlakuan.

Daun binahong terbukti mampu mengendalikan penyakit vibriosis pada udang vannamei.

Perlakuan pertama sebagai kontrol yaitu 0 gram esktrak serbuk daun binahong per kg pakan. Perlakuan kedua, 30 g ekstrak per kg pakan. Perlakuan ketiga, 60 g ekstrak per kg pakan. Perlakuan keempat, 90 g ekstrak per kg pakan. Sarjito mencampur ekstrak dan pakan dalam bentuk pellet lalu ia lapisi dengan putih telur. Kemudian pakan itu ia keringkan dengan suhu ruang.

Hasilnya, tingkat kelulushidupan perlakuan kedua tertinggi di antara perlakuan lain yaitu 90%, perlakuan ketiga 73,33%, dan perlakuan keempat 56,67%. Bandingkan dengan perlakuan pertama atau kontrol hanya 6,67%. Dalam penelitian itu Sarjito menyebutkan beberapa senyawa dalam daun binahong seperti saponin, flavonoid, dan alkaloid berfungsi sebagai antimikrob, antivirus, dan sebagai immunostimulan. (Bondan Setyawan)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Rumah Kaca Nepenthes Kebun Raya Cibodas

Trubus.id–Pembukaan rumah kaca Nepenthes di Kebun Raya Cibodas menjadi salah satu langkah penting dalam upaya konservasi tanaman endemik di...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img