Demam berdarah yang belum ada obatnya bisa diatasi dengan daun pepaya. Daun betik juga dikenal sebagai antimalaria.
Suhu tubuh Diandra Dewi meninggi, mencapai 38oC selama tiga hari dan tak kunjung turun. Dewi terlihat lunglai dan kulitnya tampak kemerahan seperti ruam pada penderita demam berdarah dengue (DBD). Bukannya membawa sang buah hati ke dokter, Sukma Kriswanti-keduanya bukan nama sebenarnya-justru mengambil dua lembar daun pepaya tidak terlalu tua tidak terlalu muda.
Sukma belajar dari pengalaman dua tahun silam. Ketika itu Dewi juga mengalami gejala sama. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan trombosit di bawah ambang normal. Dokter pemeriksa di sebuah rumahsakit di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Provinsi Banten, mendiagnosis Dewi menderita DBD. Sang putri sempat menjalani rawat inap dan mendapatkan cairan infus. Sekembali ke rumah karena trombosit Dewi sudah naik kembali, seorang tetangga menyarankan untuk mengonsumsi daun pepaya. Air perasan daun pepaya disebutkan membantu memulihkan gejala DBD.
Kali ini tanpa memeriksakan Dewi ke dokter Sukma pun megambil daun pepaya, menumbuk sampai hancur, menambahkan air, dan memeras. Lalu meminumkan air perasan dua kali sehari. Dewi juga banyak minum. Sepekan mengonsumsi air perasan daun pepaya, bocah berusia 5 tahun itu kembali bugar.
Cairan hilang
Menurut dokter spesialis anak dari Universitas Airlangga, Prof Dr dr H Soegeng Soegijanto, SpA(K), DTM & H, virus dengue penyebab DBD masuk ke tubuh manusia dan menyerang sumsum tulang belakang. Akibatnya, fungsi produksi trombosit terhambat sehingga jumlahnya terus berkurang. Virus juga merusak langsung trombosit darah. Trombosit berperan dalam proses pembekuan darah. Jika kadar trombosit berkurang, mudah terjadi pendarahan, bahkan kematian.
Virus DBD juga menyerang monosit-salah satu tipe sel darah putih yang berperan membangun sistem kekebalan tubuh. Virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti itu berkembang dan mengeluarkan zat racun yang merusak sel endotel-sel kapiler pembuluh darah. Akibatnya, pembuluh darah menjadi rapuh, mudah bocor, dan cairan dalam pembuluh darah mudah keluar ke jaringan ikat di sekitarnya sehingga pembuluh darah kekurangan cairan. Jika sudah begitu pasien merasa lemas dan pusing.
Menurut Soegeng, hingga saat ini belum ada obat spesifik untuk mengobati demam berdarah. Pengobatan pasien DBD yang belum terlalu parah biasanya hanya pemberian cairan ringer laktat melalui infus untuk mencegah kekurangan cairan akibat demam dan muntah. Darah penderita DBD juga banyak kekurangan cairan. Cairan kaya elektrolit baik untuk memperkuat sel sehingga organ-organ tubuh lebih kuat dan bisa menjalankan fungsinya secara normal.
Pada kondisi normal itulah sumsum tulang belakang kembali memproduksi trombosit. Peningkatan kadar trombosit pada pasien DBD sebetulnya terjadi secara alami. Artinya, sumsum tulang belakang secara alami memproduksi trombosit jika kadar dalam tubuh kurang. Nah, DBD dapat mematikan jika pemulihan kondisi tubuh pasien seperti penambahan cairan tubuh terlambat dilakukan. Kondisi penderita DBD biasanya mulai membaik pada hari ke-6. Ketika itu antibodi pasien kembali normal sehingga kadar trombosit pun mulai meningkat.
Menurut herbalis di Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Lukas Tersono Adi, daun pepaya memang mampu membantu mengatasi DBD. Lukas meresepkan daun pepaya untuk pasien DBD dengan cara rebus sehelai daun berukuran besar (bobot 60 g) yang tidak terlalu tua tapi juga tidak terlalu muda dalam 2 gelas air hingga tersisa 1 gelas. Setelah dingin, minum air rebusan dua kali sehari pada pagi dan malam hari.
“Namun, pengetahuan orang terhadap khasiat daun pepaya masih sedikit,” katanya. Itulah pula sebabnya penelitian tentang khasiat daun Carica papaya itu untuk demam berdarah di tanahair masih terbatas.
“Selama ini daun pepaya memang lebih sohor untuk membantu menyembuhkan malaria,” kata Lukas. Itulah yang dialami Yusti Paraya di Pangkalanbun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah.
Pada 2004 Yusti terkena malaria. Ia memang tinggal di kawasan endemik malaria. Hampir seluruh anggota keluarganya pernah mengalami penyakit yang ditularkan nyamuk anopheles itu. Demam tinggi dan pegal linu di sekujur tubuh akibat infeksi parasit itu membuat ibu 3 anak itu sampai sulit untuk bangun. Ia lalu berobat ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan diberi resep obat antimalaria. Namun, derita tak kunjung kunjung mereda. Guru Matematika di sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Pangkalanbun itu lalu mengonsumsi resep dari ibu tercinta yakni air rebusan daun pepaya.
Yusti merebus dua helai daun pepaya dalam 3 gelas air hingga tersisa satu gelas, lalu meminumnya dua kali sehari pada pagi dan sore. Keesokan hari Yusti merasa tubuh lebih hangat dan keringat mengalir deras. Dua hari berikutnya demam dan rasa pegal di sekujur tubuh sirna. “Saya merasa lebih bugar,” ujarnya. Kini setiap kali penyakit malaria kambuh bila daya tahan tubuh anjlok itu, ia atasi dengan mengonsumsi air rebusan daun pepaya.
Terbukti anti DBD
Bukti ilmiah tentang khasiat daun pepaya untuk DBD datang dari Pakistan. Salah satunya dilakukan Nisar Ahmad dan rekan-rekan dari Fakultas Ilmu Biologi Universitas Quaid-i-Azam di Islamabad, Pakistan. Penelitian dilakukan terhadap seorang pria berusia 45 tahun yang dibawa ke unit gawat darurat di sebuah klinik Abottabad Medical Complex karena menderita demam tinggi hingga 40oC. Pria yang berprofesi sebagai sopir truk sebuah pabrik semen itu juga mengeluh sesak napas, muntah-muntah, terdapat ruam merah di permukaan kulit, pegal-linu, dan tekanan darah tinggi.
Dokter dari klinik lalu memeriksa darah si pasien. Pada hari pertama perawatan jumlah trombosit pasien mencapai 176.000 per mikroliter. Jumlah trombosit normal 150.000-450.000 per mikroliter. Dokter memberikan antibiotik dan antimalaria. Namun, pemberian kedua obat itu tidak membuahkan hasil. Pada hari kedua jumlah trombosit pasien terus menurun. Pada hari kelima trombosit hanya tersisa 55.000 per mikroliter. Jika penurunan trombosit itu dibiarkan dan mencapai angka kurang dari 20.000 per mikroliter, maka bisa menyebabkan kematian.
Para peneliti lalu memberikan ekstrak air daun pepaya. Mereka mencacah lalu memasukkan daun ke dalam blender. Setelah hancur, peras hingga mendapatkan 25 ml air. Nisar memberikan air perasan itu kepada pasien dua kali sehari.
Pada hari pertama pascaperlakuan, jumlah trombosit pasien meningkat menjadi 73.000 per mikroliter. Pada hari berikutnya jumlah keping darah terus meningkat menjadi 120.000 per mikroliter. Pada hari kelima jumlah trombosit kembali meningkat dan berada pada ambang normal yakni 168.000 per mikroliter. Melihat hasil itu Nasir menyimpulkan bahwa daun pepaya berpotensi membantu menyembuhkan DBD.
Belum diketahui pasti duduk perkara daun pepaya mengatasi virus DBD. Hasil penelitian sebelumnya menyebutkan senyawa aktif daun pepaya seperti chymopapain dan papain memiliki faedah luas sebagai antimikroba, anticacing, antimalaria, anticendawan, antiamuba, pelindung hati alias hepatoprotektor, dan pendongkrak kekebalan tubuh atau imunomodulator. Nisar menduga daun pepaya meningkatkan sistem kekebalan tubuh pasien.
Menurut peneliti di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Dr Ir Nurliani Bermawie, daun pepaya mengandung berbagai enzim seperti papain, karpain, pseudokarpain, nikotin, kontinin, miosmin, dan glikosida karposid. Manfaat empiris daun pepaya merangsang sekresi empedu, obat sakit perut, mengatasi demam malaria, obat penyakit cacing, dan membantu proses pencernaan. Nurliani menduga papain pada daun betik-sebutan lain pepaya-memiliki efek terapi pada penderita inflamasi atau pembengkakan organ hati yang ditemukan pada penderita demam berdarah. (Imam Wiguna)
######################################################################
Teks Foto :
- Daun pepaya lebih sohor untuk mengatasi malaria. Padahal, daun pepaya juga ampuh mengatasi demam berdarah
- Daun pepaya dapat dikonsumsi dalam bentuk air perasan atau air rebusan
- “Daun pepaya untuk pasien DBD, rebus daun yang tidak terlalu tua atau muda dalam 2 gelas air hingga tersisa 1 gelas. Minum 2 kali sehari,” kata Lukas Tersono Adi. Riset ilmiahnya dilakukan oleh Nisar Ahmad dan rekan-rekan dari Fakultas Biologi Universitas Quaid-i-Azam di Islamabad, Pakistan.
- Sanitasi yang buruk memicu berkembangnya nyamuk Aedes aegypti yang menjadi vektor virus DBD
- “Menurut peneliti Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Dr Ir Nurliani Bermawie, daun pepaya mengandung berbagai enzim seperti papain, karpain, pseudokarpain, nikotin, kontinin, miosmin, dan glikosida karposid. Nurliani menduga papain pada daun pepaya memiliki efek terapi pembengkakan organ hati pada penderita demam berdarah.”
##########################################################################
Cegah Nyamuk Hinggap
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahun terdapat 50-juta-100-juta kasus infeksi virus penyebab demam berdarah dengue (DBD) di seluruh dunia. Sebanyak 500.000 kasus di antaranya pasien mesti menjalani rawat inap untuk memperoleh perawatan intensif. Petaka itu akibat ulah seekor nyamuk Aedes aegypti, vektor virus penyakit mematikan itu. Hingga kini belum ada vaksin khusus untuk menumpas virus DBD. Oleh karena itu mencegah lebih baik daripada mengobati.
Diah Komalasari dari Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, meriset cara untuk mencegah serangan nyamuk DBD dengan membalurkan ekstrak daun pepaya ke seluruh permukaan tangan. Dalam penelitian itu Diah mencoba membalurkan ekstrak daun pepaya dalam berbagai konsentrasi yakni 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, dan kontrol (tidak diberi ekstrak daun papaya).
Hasilnya, tangan yang dibalur ekstrak daun sirsak dengan konsentrasi 50% mampu mencegah 99% nyamuk Aedes aegypti hinggap di permukaan tangan. Menurut Diah kandungan alkaloid karpain, glukosida karpain, sedikit damar, dan enzim proteolitik papain pada daun pepaya berperan sebagai repellent alias pengusir nyamuk. Cara ini cocok antara lain untuk penduduk di daerah berpotensi tinggi terjangkit DBD. (Imam Wiguna)