Trubus.id—Cendawan Colletotrichum capsic biang kerok penyakit patek alias antraknosa. Kehadiran makhluk liliput di lahan cabai itu menyebabkan kematian jaringan tanaman. Dampaknya menurunkan hasil panen hingga 75%, bahkan di kebun Munirhadi 100%.
Menurut dosen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Sebelas Maret, Susilo Hambeg Poromarto, penyakit itu berkembang cepat saat kelembapan tinggi, lebih dari 80% dan suhu 32°C.
Penyakit cabai lain yakni layu fusarium. Menurut Hambeg layu fusarium juga berkembang lebih cepat saat cuaca mendukung, seperti saat musim hujan seperti saat ini. Kelembapan tinggi dengan suhu tidak terlalu dingin seperti di Indonesia sangat kondusif untuk Fusarium oxysporum berkembang biak.
Cendawan membuat koloni di dalam tanah dan menyedot nutrisi tanaman melalui akar. Dampaknya pasokan nutrisi terganggu sehingga lama-kelamaan tanaman mati.
Menurut Hambeg, cara menghindari layu fusarium dan antraknosa sejak pemilihan benih yang bebas penyakit dan menggunakan varietas tahan penyakit.
Selain itu jarak tanaman juga mempengaruhi penyebaran penyakit. Jarak tanam terlalu rapat mempercepat proses penularan penyakit. Idealnya petani menanam Capsicum annuum berjarak 60 cm x 70 cm.
Namun, jika terkena layu fusarium pengendalian penyakit harus dilakukan secepat mungkin agar tidak meluas. Menurut Hambeg penggunaan pestisida dengan dosis dan waktu yang tepat cukup efektif untuk mengontrol layu fusarium dan antranosa.
“Jika dalam satu luasan masih kurang dari 25% tanaman yang terkena layu fusarium maka penggunaan fungisida sitemik masih efektif dilakukan,” ujar doktor Ilmu Tanaman alumnus North Dakota State University itu.