Monday, March 3, 2025

Yang Langka dari Kota Kretek

Rekomendasi

Setiba di Jakarta ia belum puas. Setiap 10 hari – selama musim di penghujung tahun – pesanan 8 kg gaer diterima di rumahnya di bilangan Tanahabang, Jakarta Pusat. ‘Lidah terasa pahit bila sehari tak mencicipi gaer,’ katanya lagi.

 

Cerita kenalan baru Trubus itu tak serta – merta membuat kami percaya. Namun, tanpa diduga 3 hari kemudian sebuah kabar datang dari Eddy Soesanto, pemilik Tebuwulung Tanaman Buah, di Cijantung, Jakarta Timur. ‘Saya baru pulang dari Kudus. Di sana ada mangga lokal yang terkenal. Pas dicicip lezatnya luar biasa,’ kata alumnus Akademi Seni Rupa Yogyakarta itu.

Beruntung Eddy masih mempunyai 4 buah tersisa. Keesokan harinya ia mengirimkan gaer – dan mangga-mangga lokal Kudus, Jepara, dan Semarang – ke kantor Trubus. Bobot sekilo berjumlah 3 buah. Begitu dikupas yang telah matang aroma khas gaer mulai menguar. Rasanya manis dan wangi, tetapi agak berserat.

Buah yang baru matang 80% pun dicoba cita rasanya. Rasa manis agak bertepung lengket di lidah. Menurut Eddy, gaer yang belum terlalu matang memang disukai oleh warga Kudus dan sekitarnya. ‘Cocok buat mereka yang menyukai mangga mengkal tapi manis,’ katanya. Itu berbeda dengan arumanis yang manis ketika matang tapi asam saat masih muda. Gaer yang belum matang 80% rasanya mirip khioe sawoi – mangga asal Thailand – yang berasa manis walau kematangan baru 65 – 70%.

Kian langka

Walau gaer sangat populer di Kota Kretek bukan berarti ia mudah didapat di pasaran. ‘Terkadang pedagang hanya tahu nama, tapi nggak tahu buahnya. Malahan mangga lain dilabeli gaer,’ kata Widodo. Karena itu baik Widodo maupun Eddy tak mau gegabah percaya pada pedagang. Keduanya mendapatkan gaer dari beberapa sahabat yang dipercaya.

Menurut Eddy, gaer semakin tersingkir sejak pemerintah menggelar mangganisasi pada pertengahan 1990-an. Ketika itu hampir di setiap wilayah di seluruh Indonesia – termasuk Kudus – dianjurkan menaman arumanis dengan pemberian bibit gratis. ‘Dulu di setiap kampung ada sekitar 20 pohon gaer. Saat ini paling tinggal sebatang,’ katanya.

Penelusuran Trubus di berbagai literatur dan dunia maya tak ada yang menyebutkan mangga gaer termasuk mangga asli Kudus. Ia pun tidak tercatat sebagai salah satu dari 18 varietas harapan mangga yang dikoleksi oleh Kebun Plasmanuftah Cukur gondang, Pasuruan, Jawa Timur.

Kata gayer hanya disebut – mungkin yang dimaksud gaer – sebagai salah satu mangga yang dikoleksi di sana. Walau begitu ia berasal dari Waturayi, Kudus. Dr Muhammad Reza Tirtawinata, pakar buah-buahan di Bogor mengaku tak pernah mendengar mangga gaer sebelumnya. ‘Saya baru mendengar dari Anda. Namun, di Indonesia memang banyak mangga lokal yang lezat. Itu kekayaan kita,’ katanya.

Krasak

Sebetulnya mangga istimewa dari Kudus tak hanya gaer. Nun di bagian utara yang berbatasan dengan Jepara ada mangga krasak. Penampilan luar sangat cantik. Hijau dengan semburat oranye di bagian pangkal hingga tengah buah. Daging buah kombinasi kuning dengan oranye dan merah, seperti mangga-mangga berwarna yang disukai masyarakat Eropa. Saat matang 80% rasa masam masih dominan. Namun, begitu matang rasa asam manis nan lembut segera menyergap lidah.

Menurut Eddy, di Kudus dan Jepara banyak sekali varian mangga krasak karena pohon berasal dari biji. Namun, ada 2 kelompok yang menonjol: krasak oranye dan krasak merah. Yang berwarna oranye disebut juga krasak kelas 2 karena 80% buah ujungnya rusak. Yang merah disebut krasak kelas 1 karena hanya 10% yang pantatnya rusak. Bobot rata-rata keduanya hampir sama, sekilo berisi 3 – 4 buah.

Walau penampilannya menarik, masyarakat setempat menganggap krasak mangga kampung. Maklum, mereka kurang menyukai citarasa mangga yang manis sedikit asam. ‘Indonesia kebalikan dengan orang Eropa. Mangga berwarna kurang dihargai karena kalah dengan arumanis,’ kata Musthofa Salim, eksportir buah di Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Penasaran dengan krasak dan gaer? Datanglah ke Kudus dan Jepara setiap penghujung tahun. Batang-batang mangga nan langka masih setia memunculkan buah. (Destika Cahyana/Peliput: Vina Fitriani)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Daya Tarik Padi Jarwo

Hamparan sawah untuk budidaya padi jajar legowo menjadi daya tarik wisatawan. Trubus.id-“Mulyaharja ini surga tersisa di Kota Bogor.” Muhammad Khoerudin...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img