Trubus.id-Serangan penyakit tanaman masih menjadi momok bagi petani. Panen bisa gagal bila patogen tak terkendali. Namun, ada solusi ramah lingkungan yang tengah dilirik dunia riset: bakteri aktinomiset.
“Uji laboratorium menunjukkan bahwa efektivitas penghambatan mikroorganisme penyebab penyakit tanaman oleh aktinomiset bisa mencapai 76 persen,” ujar Guru Besar Proteksi Tanaman IPB University, Prof Abdjad Asih Nawangsih, dalam konferensi pers praorasi ilmiah guru besar IPB University, 19 September 2025.
Aktinomiset, khususnya genus Streptomyces, masuk dalam kelompok agen pengendali hayati (biological control agents). Kelompok ini akrab disebut biopestisida karena bekerja menekan patogen tanaman dengan memanfaatkan mikroorganisme. Selain aktinomiset, sejumlah bakteri lain juga digunakan, seperti Bacillus subtilis, B. amyloliquefaciens, Lactobacillus plantarum, Pantoea agglomerans, Pseudomonas fluorescens, hingga Agrobacterium radiobacter.
Melansir pada laman IPB University, Prof Abdjad menuturkan, aktinomiset bukan hanya menghambat patogen melalui antibiosis. Bakteri itu juga mampu merangsang ketahanan tanaman lewat biosintesis senyawa bioaktif. Produksi enzim—antara lain selulase, kitinase, dan glukanase—serta sintesis siderofor dan fitohormon menjadikan aktinomiset sebagai kandidat kuat pengendali penyakit ramah lingkungan.
Tren global mendukung arah tersebut. Pasar biopestisida dunia pada 2024 tercatat sebesar USD 8,73 miliar. Angka itu diproyeksikan melonjak hingga USD 28,61 miliar pada 2032 dengan pertumbuhan tahunan 16 persen.
Bagaimana dengan Indonesia? Beberapa produk biopestisida sudah beredar di pasaran. Namun, Prof Abdjad menilai edukasi dan kepercayaan petani terhadap efektivitas biopestisida masih menjadi tantangan besar.
“Kesadaran akan pentingnya pertanian berkelanjutan memang meningkat. Tinggal bagaimana kita meyakinkan petani bahwa biopestisida bisa diandalkan,” kata Prof Abdjad.