Sunday, October 12, 2025

Varietas Unggul Jadi Solusi Turunkan Dampak Perubahan Iklim pada Padi

Rekomendasi
- Advertisement -

Perubahan iklim menyebabkan kesulitan memprediksi musim hujan dan kemarau. Kondisi ini berdampak pada meningkatnya serangan hama penyakit serta turunnya hasil panen padi.

Dr. Suprihanto, S.P., M.Si., menjelaskan bahwa perubahan iklim juga berkaitan erat dengan faktor lain. Kesuburan tanah rendah dan intensitas hama tinggi turut memperparah penurunan produksi.

“Dampaknya terjadi kesenjangan antara potensi hasil panen dibandingkan dengan hasil panen aktual,” ujarnya.

Ia mencontohkan, potensi panen sawah irigasi mencapai 9,5 ton per hektare, sementara sawah tadah hujan 9,3 ton per hektare. Namun hasil aktual masing-masing hanya 6 ton dan 4,7 ton per hektare.

Artinya terdapat kesenjangan 3,5 ton per hektare pada sawah irigasi dan 4,6 ton per hektare pada sawah tadah hujan. Selisih ini menunjukkan besarnya dampak perubahan iklim terhadap produktivitas padi.

Menurut Suprihanto, salah satu solusi menghadapi kondisi tersebut adalah penggunaan varietas unggul baru (VUB) yang adaptif terhadap agroekosistem. Agroekosistem meliputi lahan sawah, lahan kering, maupun rawa.

Ia mencontohkan, saat menghadapi curah hujan tinggi (La Niña), petani bisa memilih VUB yang toleran banjir atau rendaman. Varietas tersebut antara lain Inpari 29 Rendaman dan Inpari 30 Ciherang Sub 1.

Kedua varietas unggul itu memiliki umur panen 110–111 hari setelah semai dengan potensi hasil 9,5–9,6 ton per hektare. Keunggulannya terletak pada ketahanan terhadap genangan air.

Sementara itu, untuk menghadapi kekeringan (El Niño), petani dapat menggunakan Inpago 8 dan Inpago 9. Kedua varietas ini dikenal toleran terhadap kekeringan.

Inpago 8 memiliki potensi hasil 8,1 ton per hektare dengan umur panen 119 hari setelah semai. Sedangkan Inpago 9 berpotensi 8,4 ton per hektare dengan umur panen 109 hari setelah semai.

“Selain itu, kedua varietas ini juga toleran terhadap penyakit blas atau bercak daun akibat cendawan Pyricularia grisea serta wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens),” jelas Suprihanto.

Artikel Terbaru

Teknologi Satelit dan AI Didorong untuk Perkuat Ketahanan Pangan Nasional

Di tengah kemajuan teknologi digital, sektor pertanian Indonesia turut bergerak menuju modernisasi. Upaya penguatan ketahanan pangan kini tak lagi...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img