Saturday, September 20, 2025

Herbal Celup: Cara Praktis Konsumsi Herbal

Rekomendasi
- Advertisement -

Dua olahan rimpang yang menyehatkan dan praktis, yakni herbal celup dan minuman siap saji.

Ditta Puspitasari menyeruput secangkir minuman kekuningan dan beraroma khas, perpaduan kunyit dan jahe. Wajah perempuan 40 tahun itu berbinar. Ditta tak perlu memarut atau memeras rimpang untuk memperoleh minuman herbal itu. Warga Cimanggu, Kota Bogor, Jawa Barat, itu cukup mengambil kantung kecil—ukuran dan bentuk mirip teh celup. Ia meletakkannya di sebuah cangkir bersih dan menyeduah dengan air panas.

“Dengan herbal celup ini menghemat waktu dan tenaga saya,” kata Ditta. Harap mafhum, “Saya tidak perlu parut-parut dan peras-peras sendiri, tinggal seduh langsung bisa diminum,” ujar Ditta. Menurut Ditta konsumsi herbal celup itu cara mudah memperoleh manfaat kesehatan dan sangat praktis. Herbal celup itu merupakan hasil penelitian dan kreasi Dr. apt. Novi Fajar Utami, M.Farm. dari Departemen Farmasi Universitas Pakuan.

Herbal celup hasil penelitian dan kreasi Dr. apt. Novi Fajar Utami, M.Farm. dari Departemen Farmasi Universitas Pakuan. Foto: Novi Fajar Utami

Siap konsumsi

Novi Fajar Utami juga berkreasi dengan bahan baku lain seperti rimpang kencur (Kaempferia galanga) dan lengkuas (Alpinia galanga) menjadi herbal celup yang praktis dan higienis. Herbal celup itu juga tahan lama hingga 6—12 bulan. Oleh karena itu, olahan herbal celup salah satu solusi ketika panen melimpah dan atau saat harga jual rimpang di tingkat petani anjlok.  Selain itu Novi dan tim juga mengolah aneka rimpang menjadi minuman siap saji yang menyehatkan.

Mereka memanfaatkan teknologi farmasi untuk pembuatan simplisia dan ekstraksi. Pengolahan simplisia merupakan proses mengubah bahan tanaman segar menjadi bahan kering bertujuan memperpanjang umur simpan tanpa mengurangi kualitas sehingga kontinuitas produksi terjamin. Teknologi farmasi itu meliputi pencucian dan sortasi basah untuk membersihkan rimpang dari kotoran. Perajangan dengan cara memotong serong, ukuran 0,6—1 cm. Pengeringan dengan oven atau pengeringan dengan sinar matahari yang terkendali.

Periset memanfaatkan teknologi farmasi untuk pembuatan simplisia dan ekstraksi. Foto: Novi Fajar Utami

Sortasi kering untuk memastikan mutu simplisia yang baik. Penghalusan (grinder atau pulverizer) untuk menghasilkan simplisia kering berbentuk serbuk. Tahap terakhir berupa formulasi, hasil ekstrak dikeringkan melalui spray drying atau freeze drying dalam bentuk serbuk instan. Tim lalu memformulasikan bahan itu menjadi minuman herbal instan atau teh celup. Kemudian ekstraksi merupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran.

Ekstraksi dengan memanfaatkan perbedaan kelarutan atau sifat fisik/kimia lainnya antarkomponen itu menggunakan pelarut atau zat lain sebagai medium pemisah. Proses itu bertujuan mengambil atau mengisolasi senyawa yang diinginkan atau ekstrak dari bahan baku aslinya. Proses itu  menghasilkan hasil ekstrak yang dapat bermanfaat bagi kesehatan. Keempat tanaman rimpang segar itu bahan baku aneka minuman herbal yang kaya antioksidan dan mendukung daya tahan tubuh,  membantu detoksifikasi, melancarkan pencernaan, dan meredakan stres.

Lebih modern

Novi dan tim terdiri atas Diana Amaliasari, Roni Jayawinangun, dan sejumlah mahasiswa Universitas Pakuan berbagi pengetahuan pengolahan herbal itu di Kebun Merdesa. Mereka melakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) program dana hibah Kementerian Pendidikan Tinggi  Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek) 2025 salah satu kewajiban dosen untuk peningkatan keterlampilan komunitas, yakni pengelola Kebun Merdesa. Kebun di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, itu mengelola lahan 1 hektare.  Pengelola kebun membudidayakan beragam komoditas antara lain beragam tanaman empon-empon, jagung, dan ubi jalar.

Kegiatan itu berlangsung pada 28 Agustus 2025 di Kebun Merdesa. Sebanyak 20 orang mengikuti pelatihan yang berdurasi 5 jam sejak pukul 08:30. Mereka antusias mengikuti pelatihan karena merupakan hal baru. Selama ini mereka menjual rimpang segar sehingga nilai tambah sangat rendah. Jika mengolah pun sangat sederhana seperti perebusan rimpang. Pengetahuan dan keterampilan baru itu diharapkan mampu menaikkan nilai tambah beragam rimpang.

Tim PkM juga memberikan materi pengemasan produk dan pemasaran melalui media sosial. “Kegiatan ini sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan terutama dalam pembuatan desain kemasan dan mengelola media sosial,” kata Sri Aida usai mengikuti pelatihan itu. Dua olahan, herbal celup dan minuman siap saji, merupakan produk alami yang modern. Pengolahan itu sekaligus relevan untuk generasi milineal yang dapat menikmati kesehatan dengan cara kekinian. Menurut tim PkM upaya itu juga cocok untuk gaya hidup aktif. Sebelumnya masyarakat melihat minuman olahan rimpang sebagai “jamu” yang terkesan “zaman dulu” dan bercitarasa pahit. Melalui teknologi baru menghadirkan kombinasi kesehatan, kesegaran, dan modern dalam datu produk untuk berbagai kalangan. (Novi Fajar Utami, Roni Jayawinangun, dan Diana Amaliasari)

Artikel Terbaru

Panen Jamur Tiram Berkesinambungan ala Asep Mardi

Setiap hari, Asep Mardi Rinaldi memanen rata-rata 200 kg jamur tiram dari enam kumbung berkapasitas 110.000 baglog. Ia mengatur...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img