Pehobi kian menggemari ikan killi. Tepat merawat kunci menghasilkan killi bermutu tinggi.

Kontes internasional ikan killi di pameran BRI Nusantara Aquatic 2016 pada 17 Desember 2016 menarik perhatian pengunjung. Harap mafhum, kontes internasional ikan keluarga Cyprinodontidae itu kali pertama di tanahair. Menurut juri kontes dan pehobi ikan killi asal Malaysia, Safial Aqbar Zakaria, keseluruhan kontes berjalan sangat baik. “Untuk kontes perdana dengan total peserta 112 ikan sangat baik,” kata Safial.
Menurut Safial itu menandakan animo pehobi ikan killi di Indonesia semakin meningkat. Sam—panggilan akrab Safial Aqbar Zakaria berharap prospek ikan killi di Indonesia semakin meningkat. Tren ikan killi di Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, sebetulnya masih dalam tahap pengenalan. “Kini makin banyak pehobi yang mulai melirik ikan killi sebagai komoditas yang potensial untuk dikembangkan,” kata Sam.
Suhu air

Meski tergolong baru, para pehobi killi di tanahair piawai merawat. Menurut Sam kualitas peserta kontes killi sebagian besar tergolong prima. Bagaimana cara merawat killi agar berkualitas prima? Pehobi killi sejak 2000 itu menuturkan, teknik perawatan masing-masing spesies killi berbeda-beda. “Di seluruh dunia terdapat ribuan spesies killi. Teknik perwatannya pun beragam,” kata Sam.
Namun, yang paling utama harus diperhatikan adalah suhu air. “Berbeda satu derajat saja berpengaruh pada ikan,” katanya. Spesies killi asal daerah subtropis akan kesulitan, bahkan tidak mampu beradaptasi pada suhu tropis. “Agar bertahan hidup perlu asupan teknologi dalam pengaturan lingkungan agar sesuai untuk killi subtropis. Misalnya pemasangan alat penyejuk udara untuk menurunkan suhu ruang penyimpanan ikan,” kata Sam.
Namun, untuk merawat killi asal daerah tropis juga tak berarti lebih mudah. Menurut Sam jika suhu terlalu tinggi, pertumbuhan killi asal daerah tropis relatif menjadi lebih cepat. “Suhu yang terlalu panas membuat ikan cepat besar, tapi juga cepat mati,” kata juri yang juga kerap menjadi dosen tamu matakuliah desain interior di Universitas Maranatha, Kota Bandung, Jawa Barat, itu.

Peneliti ikan hias di Balai Penelitian dan Pengembangan Ikan Hias di Kota Depok, Jawa Barat, Tutik Kadarini MSi, menuturkan para penangkar agar memperhatikan suhu air saat mendatangkan killi dari luar negeri. “Penangkar harus bisa menyesuaikan suhu air dengan habitat ikan di daerah asalnya. Jika tidak sesuai ikan bisa mati,” katanya. Tutik menuturkan adaptasi suhu bisa dilakukan dengan menyesuaikan suhu secara bertahap. “Suhu dinaikkan atau diturunkan sedikit demi sedikit agar ikan bisa beradaptasi,” paparnya.
Kualitas air
Menurut pehobi di Jakarta, Kevin Hilarius, killi terbagi menjadi 12 kelompok. “Setiap kelompok berbeda perlakuannya,” ujarnya. Namun, secara umum hal utama yang perlu diperhatikan saat merawat killi adalah kualitas air. Parameter yang harus diperhatikan adalah tingkat kekerasan air, keasaman (pH), dan suhu. Kevin menuturkan tingkat kekerasan air adalah kandungan kalsium dan magnesium pada air.

Makin banyak kandungan kalsium dan magnesium, maka tingkat kekerasan airnya makin tinggi. Contoh killi yang menghendaki tingkat kekerasan air dan pH tinggi adalah jenis annuals asal Benua Afrika. Menurut Tutik untuk meningkatkan tingkat kekerasan air dengan menambahkan mineral berupa kapur kalsium hidroksida Ca(OH)2 atau dolomit CaMg(CO3)2. Kevin mengatakan ada beberapa jenis killi yang menyukai kekerasan air cenderung lembut.
Contohnya jenis killli selain annuals di Afrika dan killi asal Amerika latin. “Untuk mempertahankan parameter kualitas air, pehobi harus rutin mengganti air 3 hari sekali,” kata pehobi killi sejak 2013 itu. Pengukuran tingkat kekerasan air bisa menggunakan total disolve solid (TDS) meter. Kunci perawatan lain berupa jenis pakan. Menurut Kevin tidak ada perbedaan jenis pakan untuk masing-masing spesies killi.
“Pakan hanya berbeda saat burayak dan dewasa,” katanya. Saat burayak Kevin menyarankan untuk memberi pakan berupa alga mikro karena ukuran ikan masih mini. Sementara pakan saat dewasa berupa cacing darah, tubifex, jentik nyamuk, kutu air, kutu air raksasa Daphnia magna, hati sapi cincang, atau udang cincang. Dengan perawatan intensif pehobi berpeluang menghasilkan killi berkualitas unggul dan siap kontes.

“Kualitas killi siap kontes berbadan padat, sirip tumbuh sempurna, bentuk tubuh proporsional, warna tebal, dan bermotif indah,” tuturnya. Namun, Sam memperingatkan sebaiknya hindari mengawinsilangkan antarspesies killi. “Jika hendak ikut kontes, kemurnian galur killi amat diperhatikan. Ikan mutasi tidak diperkenankan ikut kontes,” paparnya. Menurut Sam persilangan antarspesies juga dapat merusak genetik ikan.
Pria asal Pulau Pinang, Malaysia itu menambahkan ikan killi memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Untuk jenis yang biasa ditangkangkarkan berkisar ratusan ribu rupiah. Adapun untuk jenis baru dan masih langka harga sebutir telurnya saja bisa mencapai US$10 atau sekitar Rp1,3-juta. “Untuk negara seperti Indonesia yang memiliki pasar ikan hias bagus, killi adalah komoditas yang layak untuk dikembangkan,” katanya. (Muhamad Fajar Ramadhan)