Trubus.id-Bau tak sedap dari tumpukan sisik ikan kerap menjadi masalah di sektor perikanan. Namun, siapa sangka limbah tersebut justru menyimpan potensi besar yang jarang dimanfaatkan.
Lima mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) melihat peluang dari limbah sisik ikan nila dan menggagas inovasi bernama SISICA: penutup luka (wound dressing) biodegradable berbasis ekstrak sisik ikan. Inovasi ini mereka ajukan melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Kewirausahaan 2025 dan berhasil mendapat pendanaan dari Kemendikti Saintek.

Tim SISICA beranggotakan Fadilatul Azzahra (FKP) sebagai ketua, serta Chandra Arya Gatra (FPK), Olivia Bilqis Ayu Wijaya (FKP), Natasyah Nur Atika Syahla (FF), dan Mugi Utomo (FTMM). Proyek ini dibimbing oleh Rifky Octavia Pradipta, SKep Ns MKep.
SISICA hadir sebagai solusi dari limbah yang kerap dianggap tak berguna dan menjadi sumber bau tak sedap. Limbah ini juga sering menimbulkan masalah sanitasi karena mengundang lalat dan serangga penyebar penyakit.
“Nilai utama dari gagasan kami adalah bagaimana sesuatu yang biasa dibuang bisa jadi solusi untuk kesehatan,” ujar Fadilatul. Ia menjelaskan bahwa sisik ikan nila dipilih karena mengandung kolagen tinggi dan ketersediaannya melimpah di Indonesia.
Melansir pada laman UNAIR, SISICA dikembangkan dalam bentuk gel, menjadikannya praktis untuk pertolongan pertama. Formulasi ini juga dirancang agar fleksibel dan bisa menyesuaikan dengan bentuk luka.
Berbeda dari plester sintetis yang sulit terurai, SISICA mengusung konsep ramah lingkungan. Kandungan kolagen alami dari sisik ikan membantu menjaga kelembapan luka dan mencegah rasa sakit saat dilepas.
“Produk kami biodegradable, mudah dibawa karena kemasannya kecil, dan fleksibel berkat bentuk gel-nya,” ungkap Fadilatul. Ia menambahkan bahwa SISICA juga dirancang agar tidak menurunkan kepercayaan diri pengguna, terutama pada luka yang terbuka.
Meski masih dalam tahap pengembangan, tim telah menyusun berbagai rencana lanjutan. Mereka akan mengeksplorasi bentuk sediaan lain, mengurus legalitas, hingga menjalin kerja sama industri.
“Kami ingin SISICA tidak hanya jadi proyek PKM, tapi benar-benar bisa bermanfaat di masyarakat,” kata Fadilatul. Ia optimistis produk ini dapat menjadi alternatif wound dressing yang lebih murah dan berkelanjutan.
Tim berharap SISICA bisa diakses masyarakat luas, terutama di wilayah yang sulit mendapatkan produk medis modern. Selain itu, mereka ingin mendorong kesadaran publik akan pentingnya pengelolaan limbah organik secara bijak.