Thursday, September 25, 2025

Pasar Ekspor Buah Naga

Rekomendasi
- Advertisement -
Buah naga kualitas ekspor berukuran kecil dan tanpa cacat fisik. (Dok. Asroful Uswatun)

Buah naga organik mengisi pasar ekspor.

Trubus — Asroful Uswatun dan mitranya sejak 2008 rutin mengekspor buah naga dengan sistem free on board (FOB) atau melalui forwader. Pekebun di Kabupaten Jember, Jawa Timur, itu hanya mampu memenuhi permintaan ekspor Eropa dan Singapura sebanyak masing-masing 5 ton per pekan saat panen raya. Padahal, permintaan Singapura saja mencapai 10 ton per pekan.

Asroful Uswatun, petani buah naga di Jember, Jawa Timur. (Dok. Asroful Uswatun)

Asroful dan petani-petani mitranya hanya mengelola total 25—30 hektare dengan produktivitas rata-rata minimal 20 ton per pekan ketika panen raya pada November—April. Di luar panen raya, produksi anjlok hanya 5 per hektare. Ketika itu ia tidak mampu mengirimkan ke Singapura dan Eropa. Hasil panen hanya untuk memasok pasar lokal. Mampu menembus pasar Eropa seperti Belanda, Prancis, dan Italia kebanggaan bagi Asroful.

Syarat ketat

Pada umumnya negara-negara di Eropa tidak sembarang menerima buah naga. Selain harus memiliki sertifikat organik, kebun buah naga harus tersertifikasi standar sistem pertanian yang baik atau good agricultural practices (GAP). Asroful memiliki sertifikat GAP sejak 2017 dan diperbarui setiap 2 tahun sekali. Sebelum memiliki sertifikat GAP buah naga dari kebun Asroful diterima oleh pasar Eropa dan Singapura.

Sujana Kosim, petani buah naga di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. (Dok. Sujana Kosim)

Menurut Asroful, “Orang-orang Eropa dan Singapura paham kalau buah terlalu besar, hingga mencapai 1 kg per buah, pasti memakai hormon pemacu pertumbuhan dan mereka tidak mau buah seperti itu.” Pasar Eropa menghendaki buah berbobot 250—390 g, sedangkan Singapura memiliki batasan bobot 300—500 g per buah. Harga ekspor dibanderol berselisih Rp5.000—Rp10.000 dari harga jual di pasar lokal.

Asroful memperhatikan buah naga merah ekspor, tidak boleh ada jejak organisme pengganggu tanaman (OPT) pada buah, jumbai buah atau sirip buah tidak boleh menguning atau tetap hijau ketika sampai di negara tujuan, lulus uji residu di bandara nasional, dan kondisi buah tidak boleh cacat, harus segar.

Eksportir buah naga lain, Sujana Kosim di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Sujana rutin mengekspor buah naga ke Timur Tengah sejak 2011. Selama delapan tahun terakhir, ia rutin mengirimkan rata-rata 100 kg buah naga per bulan. Menurut Sujana harga buah naga ekspor mencapai Rp20.000 per kg. Sejak Maret 2020, petani itu mampu menembus pasar Rusia. Ia rutin mengekspor 100 kg per bulan.

Pengemasan buah ekspor menggunakan keranjang plastik dan net foam. (Dok. Asroful Uswatun)

Buah naga itu hasil dari kebunnya seluas 2 hektare di di Desa Cibereum Wetan, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang. Selain itu ia juga bermitra dengan petani lain. Sujana memetik 14 ton buah naga dari lahan 2 hektare per musim atau sekitar  7 bulan. “Kualitas super untuk pasar Timur Tengah dan Eropa berukuran 3—4 buah per kilogram, sedangkan di Indonesia kualitas super 1—2 buah per kilogram,” kata petani buah naga sejak 2006 itu.

Tingkat kematangan

Perlakuan saat panen berbeda untuk setiap pasar. Menurut Sujana pasar ekspor Timur Tengah menghendaki tingkat kematangan buah 50—60% atau warna buah semburat merah. Itu karena mempertimbangan suhu tinggi. Pasar ekspor Rusia menghendaki buah naga dipanen saat kematangan 80%. Pemanenan buah untuk pasar Eropa dilakukan pada tingkat kematangan 65—75% karena waktu yang dibutuhkan hingga sampai negara tujuan mencapai 5 hari sejak panen.

Adapun buah naga untuk ekspor ke Singapura yang hanya memerlukan sehari. Oleh karena itu, tingkat kematangan saat panen 70—90%. Tingkat kemanisan buah untuk pasar ekspor 15—20 obrix.

Menurut Ketua Asosiasi Buah Naga Indonesia (ABNI), M. Gunung Soetopo, standar internasional kualitas buah naga yang dikehendaki adalah buah naga yang masih ada rasa masamnya dan tidak terlalu manis sehingga terasa segar. Selain itu utnuk buah naga merah yang berukuran 3 buah/kg dan 2 buah/kg untuk buah naga putih. Pembeli di luar negeri memperhatikan keterlacakan produk dan rekam jejak produsen buah naga.

Gunung Soetopo, ketua
Asosiasi Buah Naga Indonesia (ABNI). (Dok. Gunung Soetopo)

Oleh karena itu, pastikan kebun terdaftar di pemerintah Indonesia, serta tersertifikasi GAP. Hal itu menjadi sumber kredibilitas kebun dan kualitas buah naga. Bila dua hal itu ada di genggaman tangan, akan lebih terbuka pasar berbagai negara untuk memasok buah naga organik, khususnya ke negara Amerika Serikat, Eropa, dan Australia. Meskipun ada juga negara-negara yang tidak terlalu ketat mengikuti standar internasional seperti Timur Tengah, Jepang, Cina, dan Korea.

Berkaitan harga, sebetulnya harga pasar lokal dan ekspor Timur Tengah dan Rusia tidak berbeda jauh untuk skala borongan. Buah-buah naga Sujana saat ini dihargai Rp20.000 per kg skala borongan oleh eksportir, sedangkan harga eceran yang dibanderol Sujana Rp30.000—Rp35.000 per kg, tergantung kelas buah.

Selain itu pasar ekspor—baik ke Timur Tengah maupun Rusia—mensyaraakan buah organik. Selama ini Sujana memang menerapkan sistem budidaya organik. Sujana memanen buah naga dengan tingkat kematangan 50—60% untuk dikirim ke Timur Tengah dan 80% untuk pasar Rusia agar ketika tiba di negara tujuan buah dalam keadaan segar. (Tamara Yunike)

Artikel Terbaru

Stroberi Pintar di Buleleng: Putu Winda Terapkan IoT di Kebun

Pagi itu Putu Winda membuka saluran pipa irigasi tetes yang terhubung dengan tandon air di kebun stroberinya. Dari ujung-ujung...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img