Sunday, October 12, 2025

Aneka Olahan Berbahan Biji Jali

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id— Biji jali bisa diolah menjadi aneka olahan pangan. Warga Desa Waluranmandiri, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi,  Provinsi Jawa Barat, Asep Hidayat Mustopa, mengolah biji jali menjadi rengginang.

Rengginang menjadi buah tangan favorit bila berkunjung Desa Wisata Waluranmandiri dan kawasan Geopark Ciletuh. Rengginang adalah olahan tradisional khas Sunda dan Jawa yang biasanya terbuat dari beras ketan. Namun, Asep membuatnya dari beras jali.

Mula-mula ia menanak beras jali hingga matang, lalu mencampur dengan beras ketan agar lebih lengket dan mudah pembentukannya. Usai pemberian bumbu, barulah Asep mencetak rengginang berbentuk lingkaran. Penjemuran rengginang sampai kering agar tahan lama.

Ia memasarkan rengginang siap kaonsumsi, dalam kemasan 85 gram. Itulah sebabnya ia mesti menggoreng rengginang kering. Asep juga mengolah jali menjadi tepung. Produk itu bermula dari pencucuian biji jali mentah agar bersih, lalu pengukusan, pengovenan, penggilingan, dan pengayakan dengan ayakan ukuran 80 mesh.

Menurut dosen Program Studi Supervisor Jaminan Mutu Pangan, Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor (IPB), MRR. Lukie Trianawati, S.T.P., M.Si., sebaiknya produsen merendam biji dalam larutan natrium metabisulfit (Na₂S₂O₅) sebelum membuat tepung.

Pada pengolahan bahan makanan perlu penambahan metabisulfit untuk mencegah reaksi pencokelatan selama pengolahan, menghilangkan bau dan rasa getir, serta mempertahankan warna agar tetap menarik. Tepung jali itu bahan baku aneka kue dan dodol.

Tepung hanjeli sebagai bahan baku membuat kue.(dok. Desa Wisata Hanjeli)

Menurut Asep secara umum jali memiliki beberapa varietas. Ada varietas jali ketan dan batok yang bisa diolah menjadi bubur. Namun, jali batok memiliki karakter lebih keras meski bisa dikonsumsi.

Adapun jali varietas batu (Coix lacryma-jobi var. lacryma-jobi) tidak bisa dikonsumsi. Ia memanfaatkannya untuk membuat aneka suvenir seperti gelang, kalung, dan tasbih. Asep mengatakan, jali sejatinya bukan tanaman baru di Waluran.

Sebelumnya warga di sana hanya memanfaatkan tanaman itu sebagai bahan baku makanan selingan. Sebelum dibudidayakan, jali sekadar tanaman pagar di lahan pertanian atau kebun warga.

Pada 2015, Asep pun melirik potensi jali yang banyak tumbuh di daerahnya. Semula 90% warga menanam padi dan sisanya jali. Ada warga menanam 50% padi dan 50% jali karena menguntungkan.

Kini, lebih dari 40 warga yang konsisten membudidayakan jali. Asep bersama warga desa menjadikan Kampung Waluran 2 sebagai Desa Wisata Hanjeli. Wisatawan mendapat edukasi manfaat jali dan cara mengolahnya mulai dari olahan pangan dan cenderamata.

Artikel Terbaru

Teknologi Satelit dan AI Didorong untuk Perkuat Ketahanan Pangan Nasional

Di tengah kemajuan teknologi digital, sektor pertanian Indonesia turut bergerak menuju modernisasi. Upaya penguatan ketahanan pangan kini tak lagi...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img