Trubus.id-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan (PRTPP) menggandeng PT Kirana Tata Nagari untuk melakukan riset bersama. Tujuan kerja sama ini adalah menghasilkan kopi siap konsumsi yang berkualitas tinggi dan aman bagi kesehatan.
Peneliti PRTPP BRIN, Titiek Farianti Djaafar, dalam surveinya menemukan adanya jamur Aspergillus sp. pada biji kopi di sejumlah daerah. Jamur ini berbahaya karena diketahui memproduksi mikotoksin bernama Okratoksin A.
“Jamur tersebut biasanya mencemari biji kopi saat proses fermentasi hingga pengeringan,” ungkap Titiek dilansir pada laman BRIN. Ia menekankan bahwa keberadaan jamur ini bisa membahayakan konsumen bila tidak ditangani.
Titiek menjelaskan bahwa pencegahan cemaran jamur dapat dilakukan dengan pendekatan biologis. Ia dan timnya meneliti penggunaan mikrobia lokal seperti bakteri asam laktat, bakteri asam asetat, dan yeast yang mampu menghambat pertumbuhan jamur.
Keberhasilan mereka dalam menekan mikotoksin pada kakao akan diuji pada biji kopi. Penambahan mikrobia lokal terbukti efektif menghambat pertumbuhan Aspergillus niger YAC-9 serta menekan sintesis Okratoksin A pada fermentasi biji kakao.
Noverian Aditya, Pendiri PT Kirana Tata Nagari, menjelaskan bahwa kolaborasi riset ini bertujuan menjamin mutu dan keamanan kopi dari hulu ke hilir. Sinergi ini menjadi langkah strategis dalam pengembangan industri kopi nasional.
Ia juga menekankan pentingnya integrasi antara petani, industri, dan lembaga riset dalam pengolahan kopi. Menurutnya, kolaborasi tersebut akan memperkuat skala bisnis petani serta menjaga kualitas produk.
“Industri mendukung petani melalui pelatihan, pembangunan infrastruktur, dan pemberdayaan masyarakat,” jelas Noverian. Ia menambahkan, lembaga riset memiliki peran penting dalam standarisasi proses produksi kopi yang benar.
Guru Besar UGM, Mirwan Ushada, turut menyampaikan pentingnya rekayasa kansei dalam pengembangan produk pangan. Teknologi ini mengukur sejauh mana perubahan produk mempengaruhi persepsi dan respons manusia.
Ia menjelaskan bahwa pengambilan keputusan konsumen dipengaruhi oleh logika, sensori, dan emosi. Sedangkan visualisasi dan kandungan produk menentukan nilai tambah yang dirasakan konsumen.
Indonesia saat ini menjadi salah satu dari empat produsen kopi terbesar dunia, setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Pada tahun 2024, Indonesia menyumbang sekitar 6,2% dari total produksi kopi global atau sekitar 654.000 ton.
Sebanyak 12 jenis kopi dari Indonesia telah memiliki indikasi geografis resmi. Di antaranya adalah Arabika Gayo, Robusta Lampung, Arabika Java Preanger, dan Java Arabika Sindoro-Sumbing.