Wednesday, December 4, 2024

Gairah Pangan Organik Pascapandemi

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id— Belakangan ini orang mulai banyak tertarik pada pangan organik. Menurut Direktur Aliansi Organis Indonesia (AOI), Pius Mulyono, permintaan produk organik tumbuh 15—20% per tahun.

Lonjakan permintaan itu terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pius menuturkan konsumen produk organik lebih banyak dari kalangan berpenghasilan menengah ke atas.

“Produk segar atau bahan pangan dengan pengolahan sederhana yang banyak diminta konsumen. Misalnya beras, sayuran, buah-buahan, kopi, teh, dan rempah-rempah,” tutur Pius.

Peningkatan permintaan pangan organik tentu membuat produsen kewalahan. Apalagi saat ini pangan organik bukan hanya diproduksi secara komersial melainkan juga oleh komunitas melalui pemberdayaan kelompok tani.

Slamet Siatim bersama Kampung Organik Brenjonk di Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, misalnya, kewalahan terhadap permintaan yang ada. Kampung Organik Brenjonk menyasar pasar di Surabaya, Jawa Timur, dan Tangerang (Banten).

“Pascapandemi permintaan sayur dan beras kembali menggeliat hingga dua kali lipat dari kapasitas produksi,” kata Slamet.

Sebelumnya terjadi penurunan permintaan pada beras dan sayur hingga 50% saat awal pandemi. Kini pasar kembali bergairah dan cenderung membaik serta berkembang. Slamet Siatim bersama Kampung Organik Brenjonk mengembangkan beragam komoditas secara organik di lahan 18 ha yang menghasilkan 1 ton per bulan.

Penanaman padi dan kedelai di lahan seluas 10 hektare (ha), sisanya sayuran seperti selada, bit, bawang, dan tomat. Selain dijual produk organik itu menjadi sumber pangan masyarakat Desa Penanggungan. Pasokan sayur dan buah juga berasal dari hasil panen warga di pekarangan.

Menurut Slamet setidaknya ada 104 greenhouse alias rumah sayur organik (RSO) berukuran 5 m × 10 m di pekarangan warga Desa Penanggungan. Setiap bulan warga memetik 20—40 kg per rumah tanam.

Ada yang hanya menuai 5 kg sayuran per bulan. Tentu 127 jenis produk organik di Brenjonk sudah tersertifikasi organik dari Organik Indonesia dan Pamor dari Aliansi Organis Indonesia (AOI).

Menurut Pius dengan penjaminan atau sertifikasi harga memang menjadi lebih tinggi. “Brenjonk membeli hasil panen anggota dua kali lipat daripada produk konvensional,” tutur pria kelahiran Kabupaten Mojokerto, 2 Oktober 1970.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Harga Pangan 04 Desember 2024:  Bawang dan Cabai Kompak Naik

Trubus.id–Sejumlah harga pangan pada 04 Desember 2024 berdasarkan Panel Harga Pangan, Badan Pangan Nasional pukul 12.40 WIB mengalami kenaikan. Harga...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img