Trubus.id — Organisasi pangan dunia (FAO) memprediksi krisis pangan dunia akan terjadi pada 2050. Salah satu pemicunya adalah pertambahan jumlah penduduk dunia yang akan mencapai angka sepuluh miliar di tahun tersebut. Berkaitan dengan ini, pakar Universitas Gadjah Mada menyebut tiga negara sudah siap menghadapi ancaman krisis pangan.
Menurut Ir. Jaka Widada, M.P., Ph.D., Dekan Fakultas Pertanian UGM, tiga negara itu adalah Cina, Israel, dan Belanda. Cina sudah bisa membuat benih padi yang produksinya dua kali lipat lebih banyak, sedangkan Belanda dan Israel telah mengimplementasikan teknologi yang mumpuni untuk meningkatkan produksi komoditas pertanian.
“Ethiopia dulu adalah negara dengan banyak kelaparan, sekarang setelah Israel masuk ke situ, menjadi sumber pangan nomor tujuh di dunia karena teknologi dari Israel,” kata Jaka dikutip dari laman Universitas Gadjah Mada.
Lebih lanjut, Jaka menuturkan, peningkatan jumlah penduduk dunia yang sangat banyak memicu bencana kelaparan yang luar biasa, manakala produksi pangan tidak naik sebesar 70 persen dari sekarang.
Menurutnya, ini bukan hal yang mudah karena dampak perubahan iklim juga sangat berpengaruh. Sementara itu, ia menilai ancaman perubahan iklim dan krisis pangan, memang belum terlalu terlihat di Indonesia.
Hal ini karena ketersediaan sumber daya alam masih cukup melimpah dan kondisi geografis Indonesia yang memungkinkan produksi pertanian tetap berjalan sepanjang tahun.
Akibatnya, kata Jaka, pemborosan atau penggunaan sumber daya secara kurang efisien masih terjadi dalam banyak aspek, termasuk di sektor pertanian.
“Di Indonesia pemborosannya luar biasa karena merasa air tidak harus dibeli, tapi ke depan ancamannya akan luar biasa. UGM perlu melakukan edukasi untuk pelan-pelan menyadarkan tentang perubahan iklim,” papar Jaka.