Trubus.id–Varietas cabai tahan kekeringan menjadi harapan baru bagi para petani untuk menjaga produksi meski dalam kondisi ektrem. Harap mafhum daerah rawan kekeringan dapat berdampak pada usaha tani cabai.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah fokus melakukan pemuliaan tanaman cabai dalam rangka mengembangkan varietas tahan kekeringan. Penelitian itu melalui pendektan seleksi multi indeks untuk menilai toleransi tanaman cabai terhadap kekeringan.
Dua dari enam indeks itu seperti Indeks Sensitivitas Kekeringan (ISK) dan Indeks Toleransi (TOL). Proses seleksi multi indeks itu terdiri dari beberapa langkah seperti pengumpulan data produksi cabai dari lingkungan kering dan kontrol serta penggunaan formula setiap indeks untuk data tersebut.
Langkah lainnya yakni penyusunan ranking genotipe berdasarkan hasil setiap indeks dan pengelompokkan genotipe melalui analisis berbasis clustering. Metode itu untuk meningkatkan akurasi penilaian toleransi kekeringan dengan mengatasi keterbatasan dari masing-masing indeks.
Peneliti Ahli Muda di Pusat Riset Hortikultura BRIN menuturkan pemuliaan tanaman cabai merupakan proses kompleks yang melibatkan identifikasi keragaman genetik, pemilihan calon tetua, persilangan, seleksi, pengujian, dan rilis varietas baru.
“Variasi genetik memungkinkan pemilihan genotipe unggul dan pengembangan varietas baru dengan karakteristik yang dibutuhkan,” ujar Peni di lansir dari laman BRIN.
Cabai tahan kekeringan
Varietas cabai lokal yang memiliki toleransi kekeringan hasil identifikasi itu seperti cabai Arisa, Genie, dan Hot Banana dari Capsicum annuum. Varietas Viola, Perbani, Harita, dan Nazla dari Capsicum annuum. Cabai Hiyung (Capsicum frutescens), dan Fatalii (Capsicum chinense).
Menurut Peni indikator utama toleransi kekeringan yakni menjaga produksi di bawah cekaman kekeringan. Ia menuturkan untuk metode pemuliaan melibatkan penyerbukan silang bunga dari tanaman betina dan jantan terpilih.
Lebih lanjut ia menuturkan benih itu diperbanyak selama beberapa generasi. “Setiap generasi menjalani seleksi ketat untuk memastikan hanya tanaman unggul yang diteruskan ke generasi berikutnya,” ujar Peni.
Tanaman yang stabil, seragam, dan terbukti unggul itu menjadi varietas baru. “Benih yang dihasilkan dari program pemuliaan kemudian diperbanyak oleh penangkar, salah satunya perusahaan benih untuk digunakan lebih luas oleh petani,” ujar Peni.
Ia menuturkan total varietas cabai yang diidentifikasi toleransinya sebanyak 24 varietas dan beberapa diantaranya adalah varietas lokal.
Peni menjelaskan varietas cabai tertentu yang telah teridentifikasi sebagai sumber daya genetik toleran kekeringan itu sebagai upaya pemuliaan di masa mendatang. Tujuannya untuk meningkatkan ketahanan pangan dalam menghadapi tantangan iklim.
“Tolak ukur tanaman toleran kekeringan adalah mampu mempertahankan produksi tetap baik, artinya memiliki produksi yang stabil baik pada kondisi kekeringan. Produksi menjadi tolak ukur atau menjadi hal yang utama dalam seleksi untuk toleransi kekeringan,” ujar Peni.
Harapannya dengan pengembangan varietas cabai toleran kekeringan, membantu petani menghadapi tantangan iklim = dan meningkatkan ketahanan pangan.