Trubus.id—Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Adly Rahandi Lubis meriset teknologi serat rami.
Peraih pada gelaran RIIM Award Tahun 2024 itu mengusung penelitian berjudul Teknologi Pengembangan Serat Rami Tahan Api Terimpregnasi Resin Poliuretan sebagai Bahan Baku Tekstil Fungsional.
Menurut Adly sistem agroforestry dengan tanaman rami di sela-sela Hutan Tanaman Industri Mangium (Acacia mangium) dapat dikembangkan pada konsep multiusaha kehutanan.
“Untuk mendukung kewajiban multiusaha kehutanan dalam pemanfaatan hutan yang tertuang di dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, maka sektor agroforestry sangat penting untuk dikembangkan oleh pelaku usaha kehutanan,” ujarnya di lansir pada laman BRIN.
Rami merupakan salah satu serat alam. Boehmeria nivea itu merupakan jenis tanaman perdu dan panen secara terubusan.
Siklus panen mencapai 8 tahun dan panen setiap 3—4 bulan dengan rata-rata produksi 1,3-2,0 ton per hektare per tahun. Kuat tarik serat rami lebih tinggi (937,68 MPa) dibanding serat kapas (668,79 MPa), dan poliester (496,42 MPa).
Namun, menurut Adly kekurangan serat rami yakni daya serap air tinggi hingga 12% yang menyebabkan lemahnya ikatan antara matriks polimer dengan serat dan kerusakan sifat mekanis.
Lebih lanjut ia menuturkan, batas maksimum suhu pemrosesan pada serat rami relatif terbatas, sehingga memiliki sifat mudah terbakar.
Oleh karena itu, ia dan tim melakukan modifikasi serat rami untuk meningkatkan resistansinya terhadap panas dan air.
Caranya dengan impregnasi menggunakan resin poliuretan berbasis tannin, melalui pembentukan gugus fungsi uretan (R‒NHC=O‒R).
Ia menuturkan tujuan penelitian itu untuk mengembangkan resin bio-poliuretan berbasis tanin (Tanin-BPU)dan non-isosianat bio-poliuretan (Tanin-NIBPU).
Lalu, melakukan proses impregnasi serat rami tahan api menggunakan resin Tanin-BPU dan Tanin-NIBPU. Penelitian itu juga melibatkan PR Biomassa dan Bioproduk ORHL BRIN, PT. Berkah Rami Neforindo, dan IPB University.
Adly menyebut kendala penelitian itu yakni impregnasi serat rami yang terbaik dengan Tanin-BPU masih mengandung isosianat yang bersifat karsinogenik.
“Sementara impregnasi dengan Tanin-NIBPU tanpa isosianat perlu dioptimasi, khususnya pada pengujian tahan api (flammability),” ujar peraih Top 2% World Ranking Scientist, Standford Unviersity dan Elsevier 2024 itu.
Adly menuturkan dalam mengembangkan serat rami tahan api itu sebagai bahan baku tekstil fungsional pada skala pilot itu perlu kerja sama lebih lanjut dengan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Konsorium Rami Indonesia (KRI) dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN).