Friday, March 29, 2024

Pertanian Cerdas Era 4.0

Rekomendasi
- Advertisement -
Greenhouse kerja sama Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) dan Misi Teknik Taiwan di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Pemanfaatan teknologi canggih sekaligus sinergisitas dari hulu ke hilir.

Trubus — Konsumen dapat memindai buah dan sayuran yang dibelinya untuk mengetahui kandungan residu pestisida, pemberian pupuk, dan pola budidaya tersimpan. Di kemasan produk terdapat kode Quick Response (QR). Bahkan pembeli bisa mengetahui petani yang membudidayakan sayuran atau buah itu. “Pemerintah Taiwan menerapkan keterlacakan produk (traceability) untuk meningkatkan keamanan dan kualitas produk.” ujar Jhon C. Chen, Representative of Taipei Economic and Trade Office (TETO).

Jhon C. Chen (lima dari kiri), Representative of Taipei Economic and Trade Office beserta tim Taiwan Technical Mission.

Program ini disebut sertifikasi Praktik Pertanian Baik Taiwan atau Taiwan Good Agriculture Practice (TGAP) yang merupakan bagian dari Traceability/Good Agricultural Product (TAP system). Saat ini tercatat ada 2.438 unit yang bersertifikat TAP dari sekitar 10.000 produsen.

Dukungan pemerintah

Sistem kode QR hanya satu dari berbagai kemutakhiran teknologi pertanian Taiwan. Menghadapi era pertanian 4.0, pemerintah Taiwan mendorong petani untuk menerapkan teknologi canggih dalam budidaya pertanian. Pada 2020 pemerintah Taiwan menyambut pertanian 4.0, dengan menginvestasikan US$300 juta untuk mengembangkan teknologi pertanian lainnya.

Quick Response (QR) digunakan untuk melacak
informasi produk

Tenaga kerja yang mahal, lahan terbatas, dan kondisi lingkungan ekstrem membuat pemerintah Taiwan mendorong petaninya untuk melakukan budidaya secara cerdas. Oleh karena itu, mereka menerapkan teknologi kecerdasan buatan dan teknologi berbasis internet. “Petani Taiwan juga termotivasi karena keterbatasan lahan, sehingga mereka secara alamiah mencari cara agar tetap dapat bertahan di era pertanian 4.0,” ujar ketua Misi Teknik Taiwan (Taiwan Technical Mission) Moh Gwo Jong.

Pemerintah Taiwan juga menjamin pasar bagi para petani. Salah satu program yang diterapkan yaitu mengharuskan sekolah publik memiliki dapur dan kantin sendiri. Sekolah harus bekerja sama dengan petani sekitar untuk memasok sayuran dan bahan makanan lainnya. “Program ini juga terkait dengan keamanan pangan,” ujar Direktur TETO, William Fan. Petani dan sekolah terikat dalam perjanjian. Petani harus menjaga kualitas dan kuantitas produknya, sementara sekolah harus menampung hasil panen para petani.

Kecerdasan buatan

Kesiapan Taiwan menyambut era pertanian 4.0 tampak dari banyaknya petani di Negeri Formosa itu yang mengaplikasikan pertanian pintar melalui telepon selular. Sebuah pesawat tak berawak akan terbang di atas ladang untuk memantau pertumbuhan tanaman dan mengirimkan data ke sistem. Hasil analisis menentukan penggunaan pestisida dan pupuk serta sumber daya air sehingga memungkinkan penurunan biaya dan meminimalkan dampak terhadap lingkungan.

Petani hanya perlu terhubung ke sistem menggunakan ponsel atau tablet. Bertani secara cerdas sebuah keniscayaan karena penggunaan sensor, seperti sensor suhu dan kelembapan, tanah, dan radiasi sinar matahari. Bahkan, peranti sensor derajat keasaman tanah pun kini tersedia. Para petani Taiwan memasang sensor di area budidaya. Sensor yang terpasang menangkap data kondisi pada saat itu juga dan mengirimkan data ke petani melalui telepon pintar.

Dari jarak jauh petani mampu mengatur kondisi yang ideal bagi tanaman. Teknologi kecerdasan buatan dan teknologi berbasis internet itu sejatinya berlaku untuk budidaya tanaman di luar maupun dalam greenhouse. Dalam menerapkan pertanian pintar, Taiwan memiliki 6 komponen utama yang dibutuhkan untuk membangun sistem, yaitu sensor teknologi berbasis internet (IoT), Light Emitting Diode (LED), robotika, solar cells, drone, dan pertanian dalam ruangan.

Ragam produk yang dibudidayakan di smart greenhouse Lembang.

Di sisi pemasaran, Pemerintah Taiwan juga aktif mengatur rantai pemasaran yang tidak hanya menguntungkan konsumen, tetapi juga petani. Konsumen dapat dengan bebas mengakses informasi harga suatu komoditas di website.

Selain itu petani juga dapat menginformasikan ketersediaan setiap komoditas hasil panen. Lalu konsumen dapat memesan secara daring bahkan sebelum panen sekalipunn. Tak hanya itu, ada situs khusus yang melelang berbagai produk pertanian dengan pengawasan pemerintah. Pemerintah Taiwan juga andil dalam menyebarkan pertanian pintar di berbagai negara seperti Indonesia.

Melalui Misi Teknik Taiwan (MTT), negeri itu menyosialisasikan rumah tanam dengan teknologi tinggi di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Kerja sama antara Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang dan MTT sejak 2015 untuk penguatan kapasitas petani dalam bentuk pembangunan sarana dan prasarana berupa rumah pengemasan dan greenhouse, pelatihan, serta pemasaran. (Rizky Fadhilah)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Alpukat Raril Asal Cilacap Bercita Rasa Manis Gurih dan Lembut

Trubus.id— Pehobi alpukat di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, Dian Suwardianto menemukan alpukat unggul selain alpukat bringkeng.  Alpukat itu...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img