Trubus.id— Kopyor adalah kelapa abnormal lantaran daging buahnya mudah terkelupas dari tempurung. Dalam bahasa Jawa, kopyor juga berarti tidak jadi. Istilah telur kopyor berarti telur yang gagal menetas.
Lalu kelapa kopyor? Kelapa yang gagal menjadi kelapa seperti lazimnya. Tekstur daging kelapa kopyor amat lunak. Permukaannya tidak rata, melainkan bergelombang. Akibat tekstur tak beraturan, ketika buah diguncang-guncangkan suaranya berbeda dengan kelapa biasa.
Ingat bunyi ketika mencampur air dan detergen sebelum merendam pakaian? Nah, begitulah bunyi kopyor; kelapa biasa, lebih nyaring. Kelapa menyimpang itu lazim dinikmati dengan sirop atau sebagai bahan baku beragam penganan seperti es krim dan selai.
Karena kelezatannya, harga kopyor 5—10 kali lipat lebih mahal ketimbang kelapa biasa. Penjual kelapa muda kandang-kadang mencatut nama kopyor. Tujuannya cuma satu, mengeruk laba sebesar-besarnya.
Akal bulusnya bekerja dengan cara menancapkan bambu seukuran paku di ujung buah kelapa muda. Itu dilakukan ketika buah masih menggantung di pohon. Setelah dipetik lalu diperdengarkan kepada calon pembeli dengan cara mengguncang-guncangkan buah, bunyi gemericik air mirip kopyor.
Oleh karena itu pastikan indra pendengaran Anda berfungsi dengan baik. Ada lagi tipu muslihat sang pedagang, memeram kelapa biasa dalam timbunan kapur selama beberapa hari. Seperti peribahasa negeri seberang, Caveat emptor, pembeli memang harus berhati-hati.
Soalnya secara fisik, penampilan kopyor dan nonkopyor bagai pinang dibelah dua. Betapa sulit dibedakan. Gara-gara kopyor, lahir profesi baru di setiap sentra. Namanya tukang totok. Tugas mereka menyeleksi kelapa kopyor di antara yang bukan.
Syaratnya, selain harus dapat membedakan keduanya, tentu saja mesti mampu memanjat pohon kelapa. Seleksi itu biasanya memang dilakukan ketika tandan masih menggantung. Di Pati, tukang totok bekerja dengan cara menepuk-nepukkan telapak tangan di permukaan kelapa; di Sumenep, menyentil buah.
Bagi mereka indra pendengaran modal besar yang harus dijaga. Banyak orang berhasrat mengebunkan kopyor lantaran harganya lebih mahal ketimbang kelapa nonkopyor. Dulu ketika teknologi kultur embrio penghasil bibit kopyor belum ditemukan, berbagai cara ditempuh untuk menghasilkan kelapa kopyor.
Selain memukul batang, ada juga yang memberikan bubuk kapur di sekeliling pohon. Sebagian lain membudidayakannya di tepian sungai. Keruan saja cara itu gagal menyulap pohon kelapa biasa berbuah kopyor.