Trubus.id-Perubahan iklim dan tekanan lingkungan, baik dari faktor biotik maupun abiotik, menimbulkan tantangan besar bagi ketahanan tanaman. Untuk menjawab hal ini, dibutuhkan pendekatan inovatif yang mampu meningkatkan kualitas, produktivitas, dan daya adaptasi tanaman.
Salah satu pendekatan mutakhir yang kini menjadi perhatian utama dalam sains tanaman adalah strategi omics terpadu. Pendekatan itu mencakup genomik, transkriptomik, proteomik, dan metabolomik.
Strategi omics memberikan pemahaman menyeluruh terhadap struktur dan fungsi molekuler tanaman. Informasi diperoleh mulai dari level gen, RNA, protein, hingga metabolit yang dihasilkan.
Dengan kemajuan teknologi informasi dan bioteknologi, strategi ini kini menjadi fondasi penting dalam riset dan pengembangan tanaman pertanian. Pendekatan ini membuka peluang besar dalam menghasilkan varietas unggul yang tahan terhadap berbagai cekaman lingkungan.
Sebagai bentuk penguatan pemahaman terhadap strategi omics, BRIN melalui Pusat Riset Hortikultura (PRH), Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP), mengadakan Focus Group Discussion (FGD). Kegiatan ini mengangkat tema “Penerapan Biologi Struktural dalam Riset Hortikultura” dan diselenggarakan pada Rabu, 16 Juli 2025.
Kepala PRH BRIN, Dwinita Wikan Utami, menegaskan pentingnya teknologi pertanian presisi dalam menghadapi perubahan iklim. Menurutnya, pendekatan tidak cukup hanya di tingkat pemupukan atau pengendalian hama, tetapi harus menjangkau level molekuler.
Identifikasi simpul gen dan molekul yang berperan terhadap sifat target menjadi hal penting dalam pemuliaan varietas unggul. Pendekatan ini mendukung terciptanya produk pertanian yang berkelanjutan.
Salah satu narasumber FGD, Adhityo Wicaksono dari PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) Lab, menjelaskan bahwa riset omics menjadi tulang punggung peningkatan ketahanan tanaman. Ia memaparkan materi bertajuk “Strategi Omics Terpadu untuk Ketahanan Tanaman Pertanian: Studi Struktural Protein Kacang Hijau Adaptif Lingkungan”.
Menurutnya, sinergi antara data sekuens asam nukleat dan protein serta studi struktural sangat penting. Pendekatan ini memperkuat pemahaman biologis terhadap adaptasi dan ketangguhan tanaman.
Integrasi berbagai platform analisis memungkinkan pemuliaan tanaman dilakukan lebih cepat dan tepat. Hal ini juga mendukung ketahanan pangan melalui inovasi berbasis data ilmiah.
Melansir pada laman BRIN, Adhityo menambahkan bahwa kekayaan fenotip dan genetik dari sumber daya lokal dapat dijadikan populasi kajian multiomics. Populasi dengan karakter positif dan negatif bisa digunakan untuk studi ekspresi diferensial yang menghubungkan data DNA, RNA, dan struktur protein.
Proses ini dapat dilakukan secara laboratorium basah maupun menggunakan teknologi bioinformatika. Hasilnya diharapkan mampu menunjang pengembangan varietas tanaman yang adaptif dan unggul.
FGD ini menjadi bagian dari upaya BRIN dalam mengembangkan kompetensi peneliti di bidang hortikultura. Kegiatan ini juga mendukung percepatan kolaborasi riset pangan melalui inisiatif NutriFoodSync yang digagas oleh BRIN.