Friday, January 17, 2025

Strategi Pengembangan Hortikultura

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id—“Kinerja ekspor hortikultura Indonesia sejak 2019 terus meningkat rata-rata 17 persen per tahun,” ujar Direktur Buah dan Florikultura Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Dr. Liferdi Lukman, M.Si. pada sarasehan daring yang digagas oleh Perhimpunan Hortikultura Indonesia (Perhorti) pada 6 Januari 2024 (lihat tabel 1). Sarasehan bertema Kontribusi Perhorti Mendukung Globalisasi Hortikultura Indonesia itu bertepatan dengan pengukuhan pengurus pusat Perhorti periode 2024—2027 yang diketuai oleh Prof. Dr. Dewi Sukma, M.Si.

Meski nilai ekspor terus meningkat, pangsa pasar hortikultura Indonesia di pasar Asia Tenggara relatif kecil, baru 5—6 persen. Bandingkan dengan pangsa pasar Vietnam (19 persen) atau Thailand (23 persen). Komoditas hortikultura andalan Thailand antara lain durian (Durio zibethinus). Data Trade Map dalam Durian Global Market Report oleh Plantation International mencatat volume ekspor durian Thailand ke Tiongkok 403.000 ton, sedangkan Malaysia 18.000 ton pada 2016.  Pada tahun yang sama volume impor durian Tiongkok 292.000 ton. Negeri Tirai Bambu itu importir durian dengan porsi 66% dari perniagaan global.

Vietnam menyusul dengan porsi 19%, Singapura (4%), dan Hongkong (4%). Permintaan impor durian dari Tiongkok meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan warganya yang gemar mengonsumsi durian. Di Indonesia kenaikan nilai ekspor hortikultura itu juga diimbangi dengan lonjakan produksi. Liferdi mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, kenaikan produksi buah pada 2020—2022 mencapai 6,43 persen. Pada 2020 produksi buah hanya 24.874.887 ton menjadi 26.584218 ton pada 2021.

Sementara itu produksi buah pada 2022 melonjak  signifikan menjadi 28.175.533 ton. Jadi, kenaikan produksi buah rata-rata 6,43 persen. Demikian juga kenaikan produksi jenis hortikultura lain, yakni sayuran  mencapai rata-rata 4,66 persen, tanaman obat (13,67 persen), dan florikultura (3,41 persen). “Di Asean kita nomor satu, tetapi di dunia kita nomor 87 kalah dari Cina, India, dan Brasil. Kita berpotensi menjadi lima besar sebagai negara produsen hortikultura,” kata Liferdi.

Tabel 1 Nilai ekspor hortikultura Indonesia

NoTahunNilai ekspor (Juta US$)Kenaikan (%)
12022735,584,28
22021709,189,45
32020644,4937,54
42019468,59
Sumber: Badan Pusat Statistik

Menurut Liferdi tantangan pengembangan hortikultura itu beragam seperti  skala usaha yang kecil dan menyebar serta tidak memenuhi aspek kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Itulah sebabnya daya saing pun rendah. Selain itu keterbatasan sarana dan prasarana pertanian antara lain irigasi, mekanisasi, perbenihan, serta jalan usaha tani. Konsumen menghendaki produk segar dan permintaan melonjak pada saat tertentu. Bagi produsen, usaha juga berisiko tinggi karena ketergantungan cuaca, serangan organisme pengganggu tanaman, serta belum ada jaminan pasar. Akses permodalan dan kapasitas kelembagaan petani juga terbatas.

Produktivitas hortikultura juga belum maksimal, bersifat perishable atau mudah rusak, masa simpan pendek, dan kehilangan hasil masih tinggi. Tantangan lain, komoditas tertentu seperti bawang putih, bawang bombai, dan pir masih bergantung impor. Beragam masalah menghadang untuk pengembangan hortikultura (lihat tabel 2).

Tabel 2 Masalah dan solusi pengembangan hortikultura

NoTujuanMasalahLangkah strategis
1Pengamanan produksi komoditas strategisKomoditas berdampak inflasiDukungan APBN yang memadai.
Preferensi konsumen dominan produk segarPenggunaan sarana peringatan dini  (early warning system)
Masa simpan produk pendek.Pengembangan sentra baru, urban farming, smart farming.
2Peningkatan produksi komoditas unggulan ekspor skala estate.Keterbatas penggunaan lahanKampung hortikultura skala ekonomis.
Skala usaha kecil.Kawasan agroindustri.
Kualitas, kuantitas, kontinuitas rendah.Kawasan pinjaman luar negeri.
Keterbatasan APBN.Kawasan oleh pengusaha dalam negeri.
 Kawasan oleh investor luar negeri
3Peningkatan produksi komoditas  substitusi impor.Impor komoditas hortikultura (apel, jeruk, anggur, tanaman hiasd, bawang putih) masih tinggiPemetaan wilayah yang mendukung atau mendekati kesesuaian agroklimat.
Perbedaan agroklimat, minimnya pengetahuan, implemnetasi teknologi.Sentuhan teknologi (sosialisasi, pelatihan, pembuatan kebun contoh, logistik pembenihan).  
Keterbatasan APBN.Kebijakan wajib tanam dan wajib produksi 5% dari total Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH)
 Melibatkan pemangku kepentingan lain yang berpotensi. Misal pengembangan anggur meja dengan  Asosiasi Penggiat Anggur Indonesia target menurunkan 20% impor pada 2030.
   Melibatkan sumber pendanaan non-APBN (investor, kredit usaha rakyat)
4Penguatan hilirisasi produk hortikulturaTingginya kehilangan hasil.Penguatan pelaksanaan standar good manufacturing practice.
  Masa simpan pendekMendorong pengembangan rumah pengemasan (packing house)
Kelebihan produksi pada panen raya.Menumbuhkan industri pengolahan (UMKN, BUMD)
 Penguatan subsistem akses pasar dan pemasaran dalam dan luar negeri.
 Menguatkan kampanye dan edukasi pentingnya mengonsumsi produk hortikultura segar/olahan.
Pelaku bisnis hortikultura Nursyamsu Mahyuddin mengatakan, “Hortikultura bagaikan raksasa tidur, potensinya sangat besar dalam peningkatan kesejahteraan petani dan peningkatan perekonomian bangsa.” Oleh karena itu, Nursyamsu mengusulkan peran Perhorti dalam pengembangan hortikultura di Indonesia harus fokus pada pengembangan teknologi, pengembangan pasar lokal dan ekspor, serta pengembangan kompetensi sumber daya manusia.
 
Menurut Liferdi kawasan hortikultura kita kelola dalam skala luas, produksi meningkat, sehingga  pangsa pasar di Asia naik menjadi 10% sekaligus meningkatkan devisa negara. Liferdi menuturkan, pemerintah harus memberikan pelayanan usaha yang cepat, responsif, dan bijaksana. Pemerintah daerah juga dapat melakukan penjenamaan (branding) untuk mengembangkan komoditas hortikultura di wilayahnya.
 
Contoh Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara, menjenamakan diri sebagai Kota Bunga dan Kabupaten Parigimoutong, Sulawesi Tengah,  sebagai Kabupaten Durian. Upaya lain berupa  penguatan kelembagaan petani, dukungan pembiayaan melalui  perbankan, investor, dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), dukungan teknologi, ketersediaan lahan,  jaminan pasar, distribusi, serta transportasi. (Dr. Sardi Duryatmo, M.Si.)
 
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

BPS Ungkap Data Perdagangan Durian Indonesia Sepanjang 2024

Trubus.id–Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, menyampaikan data terkait ekspor dan impor durian Indonesia pada ...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img