Trubus.id— Peluang ekspor tanaman hias Indonesia masih terbuka lebar. Permintaan dari negara-negara di dunia masih cukup tinggi.
“Peluangnya sangat besar. Perkiraannya tumbuh 10% hingga 2026,” kata pemilik RAV House, PT Ravindo Sukses Mulia, Redi Fajar Kurniawan, dalam diskusi daring Alinea Forum bertema “Peluang Besar Ekspor Tanaman Hias”.
Menurut Kepala Divisi Indonesia Eximbank, Rini Satriani, ekspor tanaman hias diproyeksikan naik tipis 1—2% pada 2023. Meskipun angka itu tidak setinggi tahun sebelumnya yang naik 96,79%.
Saat ini pasar tanaman hias secara global mencapai US$27 miliar atau sekitar Rp400 triliun. Belanda menguasai pasar dan mendominasi di urutan pertama. Sayangnya Indonesia masih kalah dari negara Asia lain seperti Thailand dan Vietnam. Padahal, Indonesia memiliki plasma nutfah lebih beragam.
Menurut Subkoordinator Benih Ekspor dan Antararea, Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Hewani, Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian, Aulia Nusantara, salah satu persoalan adalah ekspor tanaman hias menghadapi penolakan di negara tujuan.
“Syarat-syarat karantina tumbuhan belum dipahami,” tutur Aulia.
Selain itu, para pelaku usaha tanaman hias masih banyak yang belum mengerti bahwa persyaratan ekspor di setiap negara tujuan berbeda-beda. Menurut Rico Rusdiansyah kita harus mengetahui tata cara ekspor. Apalagi ekspor tanaman hias sangat prospek.
Bahkan eksportir tanaman hias asal Kota Depok, Jawa Barat, itu kini menyasar pasar luar negeri karena lebih menguntungkan. Saat ini ia mengekspor berbagai jenis tanaman hias tanaman keluarga Araceae seperti Philodendron sp., Anthurium sp., Alocasia sp., dan Monstera sp.