Trubus.id — Sekelompok mahasiswa Institut Pertanian Bogor menciptakan alat pengangkat Tandan Buah Segar (TBS) sawit. Mereka memanfaatkan bobot truk tanpa memerlukan motor penggerak tambahan.
Melansir dari laman IPB University, inovasi tersebut mempermudah pekerja petani sawit dalam mengangkat TBS ke dalam bak truk. Latar belakang pembuatan inovasi itu berawal dari permasalahan para pekerja pengangkat TBS yang sering mengalami cedera dan kelelahan akibat beban kerja yang terlalu besar.
Selain itu, berbagai alat pengangkat TBS ke truk saat ini masih banyak bergantung pada motor penggerak, yaitu motor bakar dan motor listrik sehingga biaya pengeluaran yang relatif tinggi.
“Tingginya penyakit akibat kerja Musculoskeletal Disorders (MSDs) mendorong kepedulian kami untuk menciptakan alat yang mampu mengangkat sawit sesuai prinsip ergonomi,” kata Dionisius Dwi Wicaksono, mahasiswa IPB University sekaligus ketua tim pembuatan alat pengangkat tandan buah segar itu.
Menurutnya, dengan menggunakan alat ini, para pengusaha sawit dapat menekan biaya alat dan memaksimalkan keuntungan. Alat ini bisa digunakan di kebun sawit dengan kapasitas kerja sebesar 260 kilogram per menit.
Dio menilai, alat ini tidak kalah dari alat lain karena memiliki keunggulan dari segi harga yang terjangkau dan kapasitas kerjanya yang tidak jauh berbeda dengan alat lain. Cara kerja alat ini dimulai dari truk yang menginjak alat bagian pijakan truk, kemudian gaya tekan truk akan menekan hidrolik.
“Daya hidrolik dari pijakan truk akan otomatis tersalurkan dan berpindah ke dalam hidrolik bagian scissor lift sehingga bak penampung TBS akan terangkat dan membentuk kemiringan 20 derajat, TBS akan jatuh secara otomatis ke dalam bak truk,” papar Dio.
Sementara itu, Odang, Teknisi Kebun Sawit Cikabayan IPB University menyebut, para pekerja pengangkat TBS sering mengalami cedera di bagian punggung, leher, dan pergelangan tangan.
Ini karena TBS harus diangkat dan dilempar langsung ke atas bak truk yang rata-rata memiliki ketinggian 2,3 meter. Setelah alat ini diimplementasikan secara langsung di kebun sawit, Odang memberi tanggapan positif.
Menurutnya, alat ini memberikan manfaat dan sangat dibutuhkan oleh para pekerja pengangkat sawit. Pekerja tidak perlu mengangkat TBS setinggi bak truk, tetapi hanya setinggi pinggul orang dewasa.
“Hal ini memudahkan pekerja dalam mengangkat TBS ke dalam bak dan pekerja pun tidak terlalu merasakan beban kerja yang berat,” tutur Odang.
Sebagai informasi, selain Dio, anggota tim pengembangan alat pengangkat TBS sawit antara lain Adhiasta Faris Setiabudi, Hanifa Farafisha, Dimas Panji Hasmoro, dan Patricia Yohaneta Gendis Kusmaningjati. Dengan Dr. Wawan Hermawan dari Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, sebagai dosen pembimbing