Trubus.id — Matoa terdistribusi luas di Asia Pasifik meliputi Indonesia, Malaysia, Australia, dan Papua Nugini. Bahkan, tanaman anggota famili Sapindaceae itu tersebar sampai Kepulauan Solomon, Fiji, dan Tonga.
Tanaman kerabat rambutan itu berdaun majemuk, dalam satu daun terdapat 9–16 pasang anak daun. Daun matoa berbentuk lonjong dengan tepi daun bergelombang, panjang daun berkisar 34–39,75 cm, dan lebar daun 8–13,25 cm.
Pemerintah Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim mendaftarkan tiga varietas baru matoa asal Kota Pekanbaru. Ketiga varietas itu adalah matoa madani, matoa berkah, dan matoa tobekgadang.
Berikut ini karakteristik ketiga varietas matoa.
Matoa madani
Pemberian nama madani pada varietas ini sesuai dengan Kota Pekanbaru yang dikenal dengan Kota Madani. Panen matoa 2–3 kali setahun dengan pemeliharaan yang intensif. Panen pada bulan Februari, Agustus, dan Desember.
Matoa madani memiliki umur panen yang genjah yakni 2–3 tahun telah berbuah jika diperbanyak melalui biji.
Bentuk buah: bulat lonjong
Kulit buah: merah marun
Panjang buah: 3,48–4,20 cm
Diameter buah: 2,82–3,72 cm
Tingkat kemanisan: 26–29° Brix, perpaduan rambutan dan lengkeng
Daging buah: kuning terang
Biji: merah gelap
Bagian dapat dimakan: 30–40 persen
Produktivitas: 180–250 kg per pohon per tahun
Matoa berkah
Ukuran matoa berkah lebih besar daripada matoa madani. Rasa daging buah manis legit dengan aroma durian yang kuat. Kandungan vitamin C 11,61–18,60 persen. Musim panen matoa berkah 2–3 kali per tahun.
Warna kulit buah kuning paling disukai oleh hama sehingga produktivitas lebih rendah dibanding matoa madani dan tobekgodang.
Bentuk buah: bulat lonjong seperti telur
Bobot buah: 27,43–30,29 gram
Kulit buah: kuning
Panjang buah: 4,27–4,93 cm
Diameter buah: 3,28–3,88 cm
Tingkat kemanisan: 15–20° Brix
Daging buah: kuning
Ketebalan daging buah: 4,16—5,73 mm
Biji: merah gelap
Bagian dapat dimakan: 40–50%
Produktivitas: 180–200 kg per pohon per tahun
Matoa tobekgodang
Nama tobekgadang disematkan karena matoa itu berasal dari Kelurahan Tobekgodang, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru. Matoa tobekgadang memiliki perubahan warna yang kontras dari buah muda hingga matang.
Buah berwarna hijau ketika muda, kemudian berubah merah dan menghitam ketika matang. Awalnya buah berwarna merah, daging buah masih keras, dan rasanya masih sepat atau kelat.
Buah baru matang dan memiliki rasa yang sangat manis ketika kulit buah berwarna hitam. Buah matoa tobekgodang memiliki rasa yang sangat unik, yaitu perpaduan kurma dan anggur.
Bentuk buah: bulat lonjong seperti telur
Bobot buah: 21,31–17,31 gram
Kulit buah: hitam
Panjang buah: 4,34–5,10 cm
Diameter buah: 3,35–3,36 cm
Tingkat kemanisan: 19–26° Brix
Warna daging buah: putih kekuningan/krem
Ketebalan daging buah: 4,16–5,73 mm
Bagian dapat dimakan: 30–40 persen
Produktivitas: 250–300 kg per pohon per tahun.