Trubus.id—Menanam stevia bukan tanpa kendala. Pasalnya pekebun di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat, Thio Setiowekti menemui serangan hama ulat pada daun stevia.
Hama itu bertelur kemudian menggerogoti daun. Pantas saja merugikan pekebun. Ciri daun stevia terserang ulat yakni daun berkerut. Menurut Thio serangan hama itu itu nihil jika tepat waktu panen stevia.
Tanaman panen perdana 90 hari setelah tanam (hst) dengan teknik memotong dan menyisakan pangkal dan perakaran tanaman (ratun). “Panen stevia mesti rutin selang 21 hari sekali,” tutur Thio. Sebab memutus siklus hama seperti ulat. Artinya, tidak ada lagi makanan bagi hama itu.
Thio menuturkan pertumbuhan stevia lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan hama. Pencegahan hama dapat dilakukan dengan pemanenan yang tepat. Selain itu gunakan media tanam yang tepat pula.
Media tanam dapat menggunakan campuran tanah, kompos matang, dan abu sekam. Perbandingan 6:2:2. Sekam matang dapat mencegah pertumbuhan cacing. Sementara kompos matang membuat pertumbuhan tanaman optimal.
“Secara garis besar tidak ada permasalahan berat di lahan jika budidaya tepat, terlebih stevia termasuk tanaman bandel.” Tutur Thio.
Adapun tantangan lain datang dari sisi pengolahan. Pekebun lazimnya memproduksi daun stevia hingga kering dan serbuk kering. Artinya produk dari pekebun baru setengah jadi. Thio menuturkan cita rasa daun kering belum optimal. Pasalnya memiliki cita rasa masih langu dan terdapat sensasi pahit.
“Sejatinya cita rasa langu masih amat memungkinkan dihilangkan dengan pengolahan tepat, apalagi dalam bentuk tepung,” kata Thio,
Sayang ilmu dan teknologi pengolahan belum sampai di tingkat pekebun. Sensasi pahit itu penyebabnya karena tingkat kemanisan stevia 200—300 kali lipat dibandingkan dengan gula pasir. “Wajar jika ada sensasi pahit karena saking manis,” tutur Thio.