Tuesday, March 4, 2025

Awal Tahun, BBKSDA Papua Lepaskan Belasan Satwa Liar ke Alam

Rekomendasi

Trubus.id — Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua melepasliarkan 19 satwa jenis reptil dan aves. Pelepasliaran satwa itu dilakukan di hutan sekitar Kali Dansari, Kampung Dosay, Distrik Sentani Barat, Kabupaten Jayapura, Sabtu (7/01).

Lokasi itu masih merupakan kawasan penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloop. Adapun satwa yang dilepasliarkan bervariasi. Di antaranya 2 ekor ular sanca cokelat (Leiopython albertisii), 3 ekor ular sanca hijau (Morelia viridis), 1 ekor ular boa tanah (Candoia aspera), 2 ekor biawak papua (Varanus salvadorii), 8 ekor kasturi kepala hitam (Lorius lory), dan 3 ekor kakatua koki (Cacatua galerita).

Satwa-satwa tersebut merupakan translokasi dari Balai Besar KSDA Jawa Timur, juga penyerahan dari Balai Karantina Pertanian Kelas I Jayapura, Polairud Polda Papua, dan masyarakat. Semua satwa dalam kondisi sehat dan siap dilepasliarkan ke habitat alaminya.

Dalam daftar CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), semua satwa itu masuk dalam appendix II.

Sementara itu, dalam daftar IUCN (International Union for Conservation of Nature), semua satwa tersebut berstatus Least Concern (LC), artinya telah dievaluasi berdasarkan kriteria daftar merah dan tidak memenuhi syarat untuk berstatus kritis, terancam, rentan, atau hampir terancam.

Yulius Palita, Plt. Kepala Bidang Teknis BBKSDA Papua, mengatakan, kegiatan ini merupakan pelepasliaran pertama pada 2023. Ia berharap kondisi tahun ini bisa lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya.

“Artinya, tindak ilegal terhadap satwa liar bisa semakin berkurang, atau kalau bisa mencapai titik nol akan sangat baik. Meskipun untuk mencapai hal itu perlu kerja keras, kerja ikhlas, kerja cerdas, dan sinergi semua pihak, termasuk masyarakat luas,” kata Yulius dikutip dari laman Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem.

Sementara itu, A.G. Martana, Kepala Balai Besar KSDA Papua, menyatakan, relasi manusia dengan satwa liar telah berlangsung pada kurun waktu yang sangat panjang, bahkan dapat dikatakan sejak manusia mula-mula diciptakan.

Sebelum mengenal teknologi yang lebih maju, manusia sudah berinteraksi dengan satwa liar untuk menunjang kehidupan. Dalam sejarah, dikenal sebagai masyarakat pemburu dan peramu, yang merujuk kepada masyarakat zaman dulu sebelum mengalami banyak perkembangan.

Selain faktor alam, manusia merupakan ancaman paling berbahaya bagi segala jenis satwa liar di alam semesta. Satwa liar punya kekuatan, tetapi manusia punya kecerdasan, bisa memasang jebakan, perangkap, dan sebagainya.

“Sadar atau tidak, manusialah yang berpotensi besar membuat satwa-satwa liar menuju kepunahan. Dalam hal ini, kepedulian kita untuk melindungi, menjaga, dan melestarikan satwa liar sangat perlu ditumbuhkan,” tegas Martana.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Meningkatkan Produktivitas dan Kesehatan: Unsoed Teliti Green Super Rice dan Beras Hitam

Trubus.id–Dosen Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Prof. Dr. Ir. Suwarto, M.S., mengembangkan varietas unggul padi Green Super Rice (GSR). Menurut...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img