Philodendron variegata yang elok pas menghias teras.
Trubus — Di mancanegara Philodendron bipinnatifidum sohor sebagai philo kepala kuda. Tanaman tropis itu biasanya tumbuh di bawah sinar matahari penuh, tetapi tahan hidup dalam naungan. Itulah sebabnya P. bipinnatifidum cocok menghias teras atau beranda agar terkesan hijau nan eksklusif. Kerabat agloanema itu juga minim perawatan sehingga pas untuk keluarga yang sibuk di perkotaan.
Tanaman lawas itu tipe yang langka dan tidak kehilangan kesan eksklusif. Pemilik Hans Garden di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Handry Chuhairy, mengatakan, philodendron itu tumbuh paling baik di tanah yang cukup air dan sedikit basa. Jenis baru yang tergolong langka adalah P. bipinnatifidum ‘ring of fire’ dari Thailand yang bergerigi tumpul dan berwarna belang.
Harga 3 juta
Disebut ring of fire karena tanaman itu memiliki semburat merah seperti bara api yang muncul dari belang berwarna putih. Warna asli P. bipinnatifidum hijau polos. Warna merah diturunkan dari Philodendron burgundy yang memang berwarna merah polos. Kombinasi warna daun hijau, putih, dan merah membuat penampilan ring of fire terkesan eksklusif nan menawan.
Lantaran langka harga si belang merah itu bisa 10 kali lipat harga philodendron berwarna hijau polos yang umumnya Rp150.000—Rp300.000 per tanaman. Philodendron yang tak kalah cantik serta bandel adalah P. condorcanquense variegata. Aslinya condorcanquense berbentuk hati serta berwarna hijau polos. Bentuk variegata berwarna putih kekuningan. Variegata yang lebih umum hanya belang hijau putih.
“Terdapat 2 jenis variegata di jenis itu. Variegata kuning dari Thailand dan variegata putih yang ada di lokal,” kata Handry. Menurut Handry jenis variegata itu langka karena kurang stabil. “Sering kali induk variegata, tetapi begitu dipecah-pecah bonggolnya kemudian ditanam dan tumbuh hijau kembali,” kata Handry menceritakan pengalamannya memperbanyak 2 pot P. condorcanquense variegata yang kemudian kembali hijau. Harga condorcanquense belang 15—20 kali lipat dari jenis biasa.
Philodendron—acap disebut philo—belang cantik lainnya dari jenis Philodendron congo: ‘green congo variegata’ dan ‘yellow congo variegata’. Yang lebih dahulu populer di tanah air berupa 2 jenis congo yaitu hijau polos dan merah polos yang bandel sebagai tanaman dalam pot. Daun tanaman anggota famili Araceae itu tebal dengan tangkai yang kokoh. Ia dapat tumbuh di tempat terbuka hingga di bawah naungan.
Si belang green congo cantik dengan triwarna yakni kuning, hijau, dan tepi daun kemerahan. Pun demikian dengan green congo belang dengan sapuan warna putih yang kerap mendominasi daun. Menurut pemilik Esha Flora, di Kota Bogor, Jawa Barat, Ir. Edhi Sandra MSi, di habitat aslinya philodendron tumbuh di lantai hutan hingga merambat di batang-batang pohon sebagai tanaman epifit di wilayah tropis di Amerika, India, Afrika, hingga Asia.
Di Thailand perbanyakan philo sebagai tanaman hias daun gencar sehingga banyak menimbulkan mutasi-mutasi warna.
Di tangan para pekebun peluang munculnya variegata makin tinggi karena terpapar beragam gangguan berupa bahan kimia sintetis seperti pestisida dosis tinggi. Praktik perbanyakan terus-menerus dengan beragam perlakuan juga membuat peluang munculnya kelainan makin tinggi. “Saat diperbanyak sel-sel yang mengalami mutasi berpeluang menjadi titik tumbuh lalu berkembang menjadi individu tanaman,” kata Edhi.
Media tanam
Pehobi tanah air lalu mengoleksi philo mutasi dari Thailand. Iklim tropis Indonesia yang lebih cocok membuat pertumbuhan philo lebih baik. “Banyak tanaman hias daun variegata yang semula di Thailand penampilan daun dan batang kecil, tetapi berubah jumbo dan tebal di tangan pehobi tanah air,” kata Handry. Potensi keindahan tanaman hias daun banyak muncul ketika dirawat pehobi tanah air. Nurseri di Thailand fokus pada perbanyakan.
“Philodendron variegata cocok karena mampu tumbuh pada media poros yang bersih,” kata Handry. Maksud bersih adalah media yang tidak mengotori lantai pasca disiram air karena tidak meninggalkan jejak seperti media tanah pada umumnya. Media itu berupa media nontanah, tetapi berupa campuran pasir malang, sekam bakar, sekam mentah, dan kompos. Komposisinya 5:1:1:1. (Destika Cahyana)