Trubus.id-Bawang merah, komoditas hortikultura bernilai ekonomi tinggi, kerap menghadapi tantangan iklim, hama, dan teknik budidaya yang belum optimal. Untuk menjawab persoalan ini, peneliti BRIN melakukan serangkaian riset mulai dari biostimulan berbasis rumput laut hingga desain drone sprayer yang aman bagi tanaman.
Peneliti Ahli Madya PR Hortikultura, Erny Yuniarti, menguji kombinasi ekstrak rumput laut dengan mikroba rizosfer Bacillus subtilis pada varietas bawang merah Bima Brebes. Hasil penelitian menunjukkan, penggunaan biostimulan dosis 5 ml/liter dikombinasikan dengan 75 persen pupuk anorganik mampu menghasilkan pertumbuhan vegetatif terbaik. Namun, untuk meningkatkan bobot kering umbi, masih diperlukan penyesuaian kadar kalium.
Erny juga menemukan bahwa penyimpanan biostimulan pada suhu rendah 19°C di botol keruh lebih efektif mempertahankan populasi mikroba dan fitohormon dibanding suhu ruang.
Sementara itu, Peneliti Ahli Muda PR Hortikultura, Lidia Kristina Panjaitan, meneliti desain baling-baling drone sprayer untuk aplikasi biofertilizer pada bawang merah varietas Batu Ijo dan Birma. Uji laboratorium menunjukkan varietas Batu Ijo memiliki daun lebih rapuh dibanding Birma, sehingga perancangan baling-baling perlu menyesuaikan agar efek downwash tidak merusak tanaman.
Melalui simulasi aerodinamika, diperoleh desain drone konfigurasi hexarotor dengan airfoil NACA 4415, delapan bilah, throttle 66 persen, daya 870 watt, dan thrust lebih dari 200 Newton. Hasil uji merekomendasikan ketinggian terbang optimal 2 meter untuk distribusi pupuk yang merata tanpa merusak daun.
“Dengan desain ini, drone sprayer dapat mempercepat distribusi pupuk sekaligus mengurangi biaya tenaga kerja,” ujar Lidia melansir pada laman BRIN.
Temuan-temuan ini memperlihatkan bahwa integrasi biostimulan dan teknologi drone bukan hanya meningkatkan produktivitas bawang merah, tetapi juga mendukung pertanian yang lebih efisien, presisi, dan berkelanjutan.
