Trubus.id—Petani sekaligus pemulia padi di Dusun Sribit Desa Wonolelo, Wonosobo, Jawa Tengah Tukijap bersama Kelompok Tani Sidodadi mengembangkan padi Sri Kawung. Padi itu hasil persilangan varietas mentik wangi dan padi lokal ketan emas.
Mentik wangi unggul dari rasa nasi enak dan beraroma wangi. Sementara ketan emas sangat pulen tetapi daya hasilnya rendah. Selama tiga tahun beras Sri Kawung mulai sohor dengan permintaan tinggi.
Sayang Sri Kawung mengalami perubahan karakter. Beras tidak beraroma wangi lagi, karakter agronomi menjadi tidak seragam seperti umur panen dan bentuk gabah. Hal itu diduga karena metode seleksi dalam perakitan belum sesuai kaidah ilmiah.
Maka tim pengabdian kepada masyarakat Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman yang diketuai Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M.P., Ph.D, beranggotakan Dr. Ir. Ponendi Hidayat, M.P., dan Dr. Dyah Susanti, S.P., M.P. melaksanakan pendampingan bagi petani pemulia melalui fasilitasi program Penerapan Ipteks LPPM Unsoed.
Kegiatan diseminasi ipteks dan karakterisasi itu dilaksanakan di BPP Sri Handayani dan lahan produksi padi Sri Kawung yang dikelola KTNA Kecamatan Wonosobo. Pada acara diseminasi Prof Totok menyampaikan metode pemuliaan tanaman padi untuk menjadi varietas unggul.
Ia menuturkan hasil karakterisasi di lapangan dalam satu malai padi Sri Kawung memiliki beberapa gabah yang berbulu di bagian ujung malai. Namun, gabah di bagian pangkal dan tengah malai tidak berbulu. Akan tetapi malai yang lain ada yang semuanya tidak berbulu.
“Hasil karakterisasi ini nantinya menjadi dasar seleksi lebih lanjut untuk pembentukan galur murni. Sebelum dilaksanakan seleksi untuk pembentukan galur murni, petani dan penyuluh akan mendapatkan bimbingan teknis (bimtek) untuk mendapatkan wawasan dan teori dasar metode pemuliaan padi dan seleksi galur murni, yang kemudian akan dipraktekkan bersama pemulia Unsoed,” kata Prof. Totok di lansir dari laman Unsoed.
