Domba pritexel dan compass agrinak pilihan para peternak di tanahair.
Bobot domba texel asal Belanda itu luar biasa, 150 kg per ekor. Bandingkan dengan bobot domba garut jantan, misalnya, yang rata-rata hanya 60 kg. Keunggulan fisik texel itu membuat Bangun Dioro peternak domba di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, jatuh hati memelihara texel. Namun, jika dikawinkan dengan induk sesama texel, produktivitas anakannya rendah. Dalam setahun betina texel hanya sekali melahirkan dan menghasilkan seekor anakan setiap kali melahirkan.
Sementara Bangun Dioro membutuhkan produksi cepat dan banyak untuk memenuhi permintaan daging domba. Untuk memperbaiki kekurangan texel, pada 2011 Bangun mencoba mengawinkan domba texel jantan dengan domba priangan betina. Ia memilih domba priangan sebagai induk betina karena produksi anakannya tinggi. Domba yang juga kerap disebut domba garut itu bisa 3 kali melahirkan dalam 2 tahun.
Cepat tumbuh
Kelebihan lain domba priangan bersifat prolifik, yakni mampu melahirkan lebih dari satu ekor anakan setiap kali melahirkan. “Sekali melahirkan bisa 2—3 ekor anak,” ujar peternak yang juga aktif sebagai prajurit TNI Angkatan Darat berpangkat sersan mayor itu. Dari hasil persilangan itu Bangun menghasilkan domba dengan postur tubuh dominan menyerupai texel. Artinya, perkawinan itu tidak mengubah karakter fisik texel meski lahir dari rahim priangan, tapi Bangun bisa memperoleh anakan lebih sering dan lebih banyak.
“Saya menamakannya pritexel karena hasil silangan priangan dan texel,” kata pemilik PT Bangun Karso itu. Pertumbuhan pritexel cepat meski diberi pakan relatif rendah protein. Dengan pemberian pakan yang mengandung 12% protein, bobot tubuh pritexel meningkat 4—5 kg per bulan. Peningkatan itu hampir dua kali lipat domba priangan yang hanya meningkat 2,5 kg per bulan dengan kualitas pakan sama.
Menurut Bangun dalam waktu 4 bulan domba pritexel sudah bisa dipanen untuk dijual sebagai bahan baku satai dan gulai. Bobot pada umur 4 bulan mencapai 20—25 kg per ekor. “Jika dipanen pada usia 4—5 bulan kolesterolnya rendah,” kata pria asal Banyumas, Jawa Tengah, itu. Rasa daging pritexel mirip daging domba priangan. Paha belakang pritexel yang tebal disukai rumah makan untuk diolah menjadi satai dan gulai.
“Rasa dagingnya yang enak menjadikan domba ini masuk kriteria daging yang disukai konsumen,” kata Bangun. Ia menjual domba pritexel Rp40.000 per kg. Menurut drh Benedictus Bobby Chrisenta, domba jenis pritexel relatif tahan penyakit cacing dan skabies. “Jika sudah mendapat kolostrum dari induknya relatif lebih aman,” kata dokter hewan alumnus Institut Pertanian Bogor itu. Lapisan wol yang tebal pada pritexel melindungi jaringan bawah kulit dari serangan skabies.
Sayangnya pritexel tidak bisa dijadikan indukan. “Jika dijadikan indukan keturunan pritexel akan kembali ke sifat asal priangan atau texel,” kata Bobby. Oleh sebab itu untuk peternak yang fokus di bidang pembesaran dapat membeli anakan pritexel. Namun, jika untuk produksi anakan harus membeli sepasang induk texel jantan dan priangan betina.
Compass agrinak
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak) di Kota Bogor, Jawa Barat, juga merilis varietas domba baru, yaitu compass agrinak. Menurut Bambang Setiadi, peneliti di Puslitbangnak, compass agrinak hasil silangan domba st. croix, barbados blackbelly, dan lokal sumatera. “Compass agrinak mewarisi 25% gen st. croix, 25% barbados, dan 50% domba lokal sumatera,” kata Bambang.
Bambang memilih domba st. croix sebagai indukan karena berbulu pendek. Menurutnya bulu domba yang tebal menyebabkan domba lebih sering minum daripada makan karena kepanasan. “Oleh karena itu compass agrinak dibuat berbulu tipis agar adaptasi dan pertumbuhannya baik di daerah tropis,” katanya.
Indukan domba barbados blackbelly diharapkan mewariskan sosoknya yang besar. Sifat itu memang terlihat pada compass agrinak. Bobot rata-rata domba compas agrinak berumur 3 bulan mencapai 12 kg. Dalam usia 1,5 tahun bobot domba compass agrinak mencapai 65—70 kg dengan karkas 36,99—43,64%. Bobot itu jauh lebih besar ketimbang domba lokal sumatera hanya mencapai 25 kg pada umur yang sama.
Menurut Bambang, bobot itu diperoleh dengan cara budidaya sederhana dan kualitas pakan rendah. “Jika dibudidayakan lebih intensif, hasilnya akan lebih baik,” katanya. Sementara domba lokal sumatera dikenal tahan penyakit cacing hati Vassiola hepatica. “Hanya sedikit jenis domba di dunia yang memiliki genetik tahan penyakit cacing hati,” katanya. Produktivitas anakan compass agrinak rata-rata dapat melahirkan 1,45 anak per sekali melahirkan. Ciri khas compass agrinak adalah berbulu putih, seperti domba lokal sumatera.
Sedikit lemak
Menurut M. Sumantri teknisi kandang percobaan Puslitbangnak, harga jual indukan compass agrinak Rp80.000 per kilogram. “Bisa memilih yang pernah melahirkan, atau belum melahirkan,” katanya. Hingga saat ini domba compass agrinak sudah tersebar ke berbagai daerah di Indonesia seperti di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Menurut Kepala Desa Pandansari, Kamdo, dari populasi awal 40 domba compass agrinak yang diberikan, kini populasinya mencapai 170 ekor. Soal pakan compass agrinak tak pernah rewel. Anggota kelompok peternak Mugi Lestari itu hanya memberikan pakan rumput serta sisa panen kubis dan wortel. Harga jual domba compass agrinak umur 5 bulan di Brebes mencapai Rp1-juta per ekor.
Kamdo mengatakan daging compass agrinak juga disukai karena sedikit lemak. “Jika kita memotong domba ini, terlihat lemak dan dagingnya seperti terpisah,” katanya. Kehadiran kedua domba baru itu dapat menjadi pilihan peternak di tanahair. (Muhamad Fajar Ramadhan)