Beragam teknik yang inovatif hadirkan rangkaian bunga menyambut Hari Merdeka.

Trubus — Pekik merdeka terwakili di rangkaian bunga karya Andy Djati Utomo, S.Sn., AIFD, CFD. Perangkai bunga profesional di Jakarta Selatan itu memanfaatkan futoi alias bambu air sebagai materi rangkaian. Sosok futoi Equisetum hyemale mirip bambu dalam bentuk mini. Habitatnya di kawasan perairan sehingga disebut bambu air. Futoi biasanya hanya digunakan sebagai elemen tambahan dalam rangkaian bunga.
“Misalnya untuk membentuk garis atau sekadar hiasan,” kata Andy. Ia membuktikannya pada dua rangkaian yang dibuat khusus untuk memperingati hari kemerdekaan. Pada rangkaian pertama ia menggunakan dua potong bambu yang berlubang di bagian tengah sebagai wadah. Di dalam lubang berbentuk segiempat itu Andy menyusun floral foam dan sejumlah bunga.
Merah putih

atas daun lontar kering, phalaenopsis, daun iris, dan daun dracaena ‘florida beauty’. (Dok. Trubus)
Di tangan Andy rangkaian futoi itu tampil sangat memukau. Bukan saja karena penampilannya yang cantik, tetapi juga karena desainnya yang unik. Pemilik sekolah merangkai bunga Intuition Floral Art Studio itu menyulap futoi menjadi rangkaian bunga sarat makna pada rangkaian kedua. Rangkaian sengaja ditampilkan meliuk untuk mewakili ekspresi perjuangan dan pergerakan bangsa menuju kemerdekaan.
Warna hijau mendominasi rangkaian sebagai ungkapan perasaan damai. Andy tidak memakai floral foam yang lazim digunakan untuk merangkai bunga. Ia hanya menggunakan kawat sebagai alat bantu untuk melekatkan materi rangkaian. Sekilas membuat rangkaian berbahan utama futoi itu terlihat mudah, tetapi keterampilan dan ketelitian sangat dibutuhkan.
Mula-mula Andy memotong futoi menjadi aneka ukuran. Ia lantas mengaitkan kawat di sekujur rangka besi. Selanjutnya ia menyelubungi setiap kawat dengan potongan futoi. Lembaran daun ruskus disematkan di pangkal kawat untuk menutupi bagian yang masih terbuka. Pada susunan futoi yang rapi itu Andy menyisipkan cymbidium, lili putih, dan krisan pingpong.

Untuk menguatkan dimensi pada rangkaian ia melengkungkan lembaran daun morea. Sementara itu di bagian bawah rangkaian, Andy meletakkan lumut berwarna senada dengan futoi untuk menciptakan keharmonisan. Pria penggemar olahraga fitnes itu menuturkan rangkaian bunga tanpa floral foam tidak berumur panjang. Sebab itu rangkaian hanya cocok digunakan untuk kegiatan yang bersifat monumental seperti perayaan hari besar nasional.
Menurut pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah, 15 Januari 1977 itu rangkaian berfloral foam bisa digunakan untuk waktu yang lebih lama. Andy lazim memanfaatkannya untuk hiasan ruangan, gedung, dan hotel. “Yang pasti baik rangkaian dengan maupun tanpa menggunakan floral foam sama indahnya bila dirangkai dengan tepat dan sungguh-sungguh,” kata alumnus Desain Interior Universitas Trisakti itu.
Nusantara

sebagai wadah rangkaian karya Andy Djati Utomo, S.Sn., AIFD., CFD. tampil berbeda. (Dok. Trubus)
Kekayaan alam Nusantara juga bisa menjadi inspirasi merangkai bunga saat perayaan kemerdekaan. Ketua Lembaga Sertifikasi Kompetensi Seni Merangkai Bunga dan Desain Floral, Wendy K. Mandik, AIFD., CFD., menuturkan bahwa flora khas Nusantara mampu memberikan sentuhan yang berbeda pada rangkaian bunga. Itu dapat dilihat pada dua rangkaian bunga karya Wendy.
Ia menggunakan potongan daun lontar Borassus flabellifer kering sebagai salah satu materi penyusun rangkaian. Pada rangkaian pertama Wendy mengubah warna daun lontar kering yang semula putih menjadi merah dengan bantuan pewarna kertas. Kemudian ia menyatukan setiap potongan menjadi satu menyerupai kipas. Wendy lantas meletakkan daun lontar merah itu pada vas kaca berbentuk botol dengan warna senada.
Selanjutnya ia menyematkan phalaenopsis putih, daun dracaena ‘florida beauty’, dan daun iris. Meskipun pemakaian flora minimalis, rangkaian karya Wendy tetap elegan. Itu berkat penguasaan teknik merangkai bunga yang mumpuni dan pemilihan materi flora yang tepat. Sementara itu pada rangkaian kedua Wendy mempertahankan warna asli daun lontar kering.

Pemilik toko bunga Floral Passion itu meletakkan potongan daun lontar pada rangka kawat yang sudah terbungkus tali kawat cokelat. Wendy sengaja membentuk kaki rangka menjadi lima cabang yang mewakili pancasila. Di atas daun lontar ia menambahkan floral foam bulat yang berselimut anyelir merah. Wendy menyempurnakan rangkaiannya dengan meletakkan aksesori berupa kelopak mawar merah dan kuntum anyelir merah yang dironce.
Desain tumpeng
Ketua umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Perangkai Bunga Indonesia (DPP IPBI), Lucia Raras, menuturkan seseorang bisa merasakan keelokan alam dan budaya bangsa yang amat sohor keindahannya lewat rangkaian bunga. Jika tak percaya tengok saja rangkaian bunga karya Raras yang sangat kental dengan cita rasa Nusantara. Desain rangkaian karya Raras itu menyerupai tumpeng.

“Tumpeng mempunyai filosofi yang luhur dalam budaya bangsa,” katanya. Bentuk tumpeng yang mengerucut diambil dari makna kehidupan yang mengarah kepada sang pencipta. Raras mengusung warna merah, putih, hijau,dan cokelat dalam rangkaian itu. “Hijau dan cokelat mewakili alam Indonesia yang subur, sedangkan merah putih merupakan warna bendera,” katanya.
Penyuka kopi itu menggunakan kayu berbentuk cekung menyerupai mangkuk untuk wadah rangkaian. Yang menarik, ia memanfaatkan kumpulan lidi dan janur sebagai komponen rangkaian. Raras ingin menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara kepulauan tempat jutaan pohon kelapa tumbuh. Kerajinan tangan berbahan janur pun sudah mendapat hati di dunia internasional.

Janur dan lidi itu berpadu indah dengan aneka kembang seperti sedap malam, mawar, anggrek dendrobium, gerbera, krisan puma, dan hortensia. Hasilnya rangkaian Raras tampil molek bak taman bunga. Rangkaian lain karya Raras juga menarik perhatian. Kali ini rangkaian buatannya berkesan lebih moderen. Perempuan itu menggunakan vas tinggi berisi air sebagai wadah.
Raras memasukkan sampul plastik yang diremas ke dalamnya untuk menimbulkan efek kristal. Ia lalu meletakkan floral foam di bibir vas. Selanjutnya Raras meletakkan ranting yang dicat putih secara menyilang pada floral foam itu. Terakhir ia menancapkan materi flora seperti anyelir, mawar, amaranthus, krisan puma, ruskus, dan philidendron.
Merah putih
Perancang bunga profesional di Jakarta Pusat, Herliana S. Wiharsa, juga turut serta menyemarakkan hari kemerdekaan dengan rangkaian bunga. Semarak merah putih menjadi inspirasi Herliana merangkai bunga. Oleh karena itu ia menjatuhkan pilihan pada aneka flora bernuansa merah dan putih. Di atas vas Herliana meletakkan tangkai mawar dan anthurium.

Adapula babys breath Gypsophila sp., daun ivy, akar-akaran, dan asesori berupa pagar mini. Sebagian besar materi flora yang digunakan berasal dari kebun pribadi. Pemilik sekolah merangkai bunga Herli Floral Design School itu juga menciptakan rangkaian lain yang tak kalah indah. Rangkaian yang diperuntukkan sebagai penghias meja itu terilhami dari bentuk kipas. Herliana memadupadankan seluruh materi flora pada vas keramik putih.
Pada rangkaian itu Herliana menancapkan 17 tangkai bunga anyelir merah sebagai manifestasi tanggal proklamasi dibacakan. Sementara materi lainnya seperti anyelir putih, anggrek bulan putih, hanjuang merah, daun palem kipas, daun schefflera, dan daun monstera ditata di sekelilingnya. Para desainer bunga itu sepakat bahwa wujud kecintaan terhadap negara bisa dituangkan dalam rangkaian bunga.
Perangkai bisa meluapkan perasaan lewat beragam flora yang mudah dijumpai di toko bunga. Gaya maupun teknik yang digunakan pun bebas sesuai keinginan. Namun, untuk menghasilkan rangkaian bunga yang bernilai seni tentu saja membutuhkan penguasaan ilmu merangkai bunga yang mencukupi. Dengan begitu rangkaian bunga yang didapat pun berkualitas.
Apalagi untuk rangkaian bunga yang akan digunakan di hari istimewa seperti perayaaan kemerdekaan. Kehadiran rangkaian bunga menjadikan perayaan pesta kemerdekaan semakin sempurna. Apalagi bunga sudah menjadi tradisi budaya bangsa. Berbagai kegiatan sakral dalam kehidupan masyarakat Indonesia sangat lekat dengan bunga. (Andari Titisari)