Pehobi tetap menggemari kembang sepatu baru berwarna atraktif.

Mahkota bunga sepatu itu menarik para pehobi seperti Puguh Widodo. Warnanya unik, bentuk kelopak elegan mencuri perhatian banyak orang. Puguh Widodo pehobi di Kabupaten Serang, Provinsi Banten, berhasrat memiliki kembang sepatu baru hasil silangan yang belum bernama itu. Kedua indukannya jenis cheer up yellow dan nos 3. “Saya sangat tertarik untuk menanamnya di halaman rumah,” ujar Puguh.

Puguh bukan satu-satunya pehobi yang jatuh hati pada sosok kembang sepatu anyar itu. Para pehobi lain dari berbagai daerah juga menggemarinya. Setiap bulan ada saja pehobi yang menyambangi kebun Nico Onesymus di Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Nico penangkar yang sukses mengembangkan kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis baru itu. Para pehobi ingin melihat dan berburu biji hibiskus yang unik dan langka.
Koleksi 200 jenis
Nico Onesymus menggunakan kode nos untuk hasil silangannya itu akronim dari namanya. Ia menyilangkan kembang sepatu dan menghasilkan biji untuk perbanyakan. “Biji hibiskus hasil persilangan hanya sedikit, sekitar 6—10 dalam sekali persilangan,” kata Nico. Sementara itu permintaan benih kembang sepatu sangat banyak, yakni mencapai 50 setiap varietas.

Padahal, hingga kini Nico menghasilkan sekitar 200 jenis kembang sepatu. Itulah sebabnya Nico kewalahan melayani permintaan para pehobi domestik dari berbagai kota di Indonesia. Selain itu pehobi tanaman anggota famili kapas-kapasan itu dari mancanegara seperti Thailand, Filipina, dan Vietnam juga menggemari kembang sepatu hasil silangan Nico. Koleksi hibiskus Nico rata-rata dari spesies rosa-sinensis.

Karyawan swasta di sebuah perusahaan itu semula hanya sekadar hobi menyilangkan kembang sepatu. Ia mulai menyilangkan tanaman anggota famili Malvaceae itu pada 2012. “Kembang sepatu memiliki keunikan warna dan bentuk tersendiri, sehingga saya senang mengoleksinya,” kata Nico. Selain itu perawatannya mudah dan tidak banyak penyakit menyerang.

Dari iseng-iseng itu ternyata Nico mendapatkan hasil yang sangat memuaskan, tanaman berbunga besar, berwarna abu-abu kehitaman, dan bentuk kelopak seperti anggrek bulan. Sejak saat itu ia mulai gencar menyilangkan hibiskus agar mendapatkan hasil baru dan belum dimiliki pehobi lain. Nico menyilangkan secara manual antara putik dengan benang sari. Menurut Nico waktu terbaik untuk menyilangkan hibiskus pada pagi hari karena lebih efektif dan memungkinkan keberhasilan lebih besar hingga 90%.
Kelopak dwiwarna

Mendapat sosok baru yang berbeda dari induk betina dan jantan memang dambaan kolektor. Selain itu para pehobi juga menggemari jenis baru sehingga permintaan cenderung tinggi. Beberapa varietas baru tanaman kerabat rosela itu memiliki mahkota lebih dari dua warna, yakni ungu, kuning, dan merah. Karyanya menghasilkan hibiskus bermotif cerah dengan bentuk mahkota yang lebih menarik daripada varietas lokal.

Contohnya nos 20 hasil persilangan ‘t. dark king’ dengan ‘classic purple’. Mahkota kembang sepatu itu berwarna ungu dan merah amat kontras dengan warna kepalasari yang kuning pucat. Walau demikian tidak seluruh hasil persilangan mendapatkan warna dan bentuk kelopak sesuai keinginan Nico. Bahkan kadang-kadang sangat melesat jauh dari tetua. Koleksi lainnya yaitu dracula nes, flamenco dancer, nos 3, nos 6, polar glow, queen of fire, dan tmrs.

Nico memasarkan benih hasil persilangan Rp150.000 per lima biji, “Harga biji semuanya sama, baik varietas baru maupun lama dan tidak ada kriteria tertentu dalam penjualan biji,” ujar Nico. Kolektor hibiskus lainnya, Adelia Anastasia, juga getol mencari varian baru. Pehobi di Tapos, Kota Depok, Jawa Barat, itu mengoleksi hibiskus sejak empat tahun lalu.

Kini koleksi bunga kerabat kapas itu mencapai 12 jenis. Kembang sepatu jenis terbaru adalah queen of fire, cheerup yellow, dan nos 23. Koleksi terbaru, yakni orange amethyst berasal dari Filipina hasil persilangan felicity amore dan love treasure. “Warnanya cantik dan sangat berbeda dari yang lain. Saya tertarik untuk memboyongnya dalam jumlah banyak ke Indonesia,” ujar Adelia.

Di pameran tanaman hias ia membeli Rp100.000 per lima biji. Ibu tiga orang anak itu menanam hibiskus di halaman rumah seluas 2.000 m². Sayangnya ia belum ingin menjual koleksi kembang sepatu miliknya. Ia ingin memperbanyak koleksinya lebih dahulu. Kini Adelia memperbanyak kembang sepatu dengan setek dan cangkok. “Perbanyakan dengan cara cangkok lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan setek dan persilangan manual,” kata Imran yang membantu Adelia untuk memperbanyak kembang sepatu. (Tiffani Dias Anggraeni)