Trubus.id— Lazimnya petani menyemai benih padi di lahan optimal. Lalu bagaimana jika semai benih padi dilakukan di lahan mencekam seperti yang dilakukan oleh petani padi di Desa Jagan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Heri Sunarto.
Bibit padi itu terhampar di samping sawah di tepi jalan raya. Lebar semaian hanya 60 cm dan sepanjang 60 meter. Beberapa bibit hasil persemaian itu terlihat seperti merana. Itu persemaian padi ala Heri Sunarto.
Heri mengaku sengaja menyemai padi di lingkungan mencekam. Menurut Heri pertumbuhan bibit yang disemai di lingkungan mencekam lebih optimal ketika pindah tanam ketimbang bibit yang disemai di lingkungan optimal.
Alasannya bibit yang disemai di lingkungan mencekam dituntut bertumbuh maksimal agar bertahan hidup sehingga pertumbuhannya kian optimal ketika pindah tanam. Heri menggunakan media tanam tanah ladu yang dicampurkan bahan organik matang dengan ketebalan 1 cm.
Panjang persemaian 83 m dan lebar 0,6 m atau seluas sekitar 50 m². Bibit sebanyak itu cukup untuk lahan seluas 1 hektare (ha). Bibit siap tanam rata-rata 2 pekan setelah semai.
Menurut peneliti padi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Untung Susanto, S.P., M.P., persemaian yang dilakukan Heri sejatinya di lahan kering mirip dengan metode dapog.
Lebih lanjut, Untung menuturkan persemaian di sawah terkadang menimbulkan stres antara lain karena ada pencabutan yang merusak akar dan pemotongan daun yang telanjur panjang.
“Nah, dalam sistem modifikasi dapog ini kedua hal tersebut tidak terjadi,” tutur Heri.