Trubus.id—Lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan alternatif terapi kanker payudara dengan CurcumaPharphene. Afnan Syifa’ Muhammad dan tim menguji kandungan alami kunyit (Curcuma longa).
Afnan dan tim memilih kunyit karena memiliki kandungan yang berpotensi sebagai zat antikanker untuk membantu pemulihan pasien kanker payudara. “Hasil penelitian kita ternyata kunyit mengandung zat yang lebih tinggi dan efektif dibanding ekstrak kunyit biasa,” kata Afnan.
Tim riset menguji kandungan alami dalam kunyit. Afnan menuturkan turunannya yakni Pentagamavunon-1 (PGV-1) yang merupakan senyawa sintetik hasil modifikasi kurkumin yang berpotensi sebagai antiinflamasi dan antikanker.
Menurut Afnan, meskipun pemanfaatan zat tersebut sudah cukup umum, kandungannya dalam kunyit belum maksimal untuk membunuh sel kanker di tubuh dengan tepat. Afnan dan tim menemukan potensi penggunaan graphene atau grafena untuk meningkatkan kinerja Pentagamavunon-1 itu.
Ia menuturkan nanomaterial graphene dan turunannya seperti graphene oxide dan graphene quantum dots memiliki luas permukaan yang sangat besar sehingga memiliki drug loading capacity yang sangat baik.
“Kelebihan ini memungkinkan kandungan yang dibawa dalam satuan nanopartikel lebih banyak dibanding material lainnya,” ujar Ketua CurcumaPharphene Research Team itu di lansir dari lama UGM.
Anggota tim riset Gabriella Kanya Sapto Putri menuturkan pada penelitan tersebut ekstrak kunyit yang dikomplekskan dengan graphene oxide dan graphene quantum dots berperan sebagai penghantar obat terhadap sel MCF-7 kanker payudara.
“Terbukti memiliki potensi yang lebih baik daripada kurkumin biasa, hingga mencapai delapan kali lipat (800%). Dengan kombinasi ini, berpotensi dapat membantu penderita kanker payudara di luar sana,” ujar Gabriella.
Lebi lanjut ia menuturkan grapheme merupakan nanobased material dua dimensi dengan kekuatan mencapai 200 kali lebih kuat daripada baja.
“Graphene memiliki konduktivitas listrik 70% lebih baik dibanding tembaga,” ujar tim riset Jennifer.
Ia menjelaskan fleksibilitas graphene memiliki daya renggang lebih dari 40%, sangat tipis, ringan, dan nyaris transparan. “Mudah untuk diaplikasikan di berbagai bidang. Salah satunya adalah bidang farmasi,” katanya.
Inovasi itu merupakan Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Eksakta (PKM-RE) dengan tim yakni Afnan Syifa’ Muhammad, Muhammad Nino Irwana (Fakultas Farmasi), Gabriella Kanya Sapto Putri (Fakultas Farmasi), Jennifer (Fakultas Farmasi), dan Durroh Sofiana (Fakultas MIPA) di bawah bimbingan Dosen Fakultas Farmasi, Prof. Dr. Ritmaleni, S.Si.,