Trubus.id — Sekarang pehobi bisa memelihara sukulen di dalam ruangan. Meskipun di dalam ruangan, tanaman hias seperti sukulen bisa tumbuh dengan baik. Pehobi bisa menambahkan lampu untuk menggantikan peran matahari.
Salah seorang pehobi yang merawat sukulen di dalam kamar adalah Rieny Yuniarti, pehobi di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Rieny memelihara tanaman haworthia dan echeveria itu di kamar 3 m × 4 m.
Keduanya sudah 120 hari menghuni kamar tidur Rieny Yuniarti. Tanaman sukulen tersebut tumbuh di rak bertingkat 47 cm × 25 cm × 62 cm. Di rak itulah Rieny melengkapi dengan 2 grow light masing-masing berukuran 30 cm × 20 cm dengan mata lampu bewarna putih.
Jarak tanaman dengan grow light 15—20 cm. Itulah rahasia sukulen tampil menawan meski hidup di dalam ruangan dan tanpa sinar matahari. Rieny mengatakan, penggunaan grow light membuat tanaman lebih subur. Tanaman terlihat lebih sehat, daun lebih rapat, bahkan warnanya juga jauh lebih cantik.
Selain itu, kini Rieny lebih hemat tenaga. Sebelumnya, ia setiap hari harus mengeluarkan tanaman ke luar rumah agar kebutuhan asupan sinar matahari tercukupi. “Capai juga dulu setiap hari begitu,” jelas perempuan kelahiran Tangerang, 29 Juni 1989 itu.
Pehobi sukulen sejak 2020 itu menuturkan, intensitas penyiraman tanaman juga menjadi berkurang. Semula Rieny menyiram sekali dalam sepekan, sekarang hanya sekali dalam 2 pekan.
Rieny menyiram tanaman menggunakan pipet tetes. Tanaman tidak perlu dipindah dan grow light tetap menyala. Ia menyalakan kipas angin supaya sirkulasi udara lancar dan mempercepat pengeringan. Jadi tidak terlalu basah banget.
Biaya listrik ekonomis
Sementara untuk biaya listrik terbilang ekonomis tidak terlalu mahal. Rieny hanya mengeluarkan Rp50.000– Rp100.000 per bulan. Rieny menyalakan grow light selama 10 jam mulai pukul 09.00–19.00. Setelah itu, ia mematikan lampu.
“Tanaman juga butuh istirahat,” terang perempuan berusia 33 tahun itu.
Dyah Ayuningtyas, S.E., virtual assistant produsen grow light Delponting Indonesia, menyarankan waktu ideal grow light menyala yakni selama 8 jam. Kalau lebih dari 8 jam kurang baik bagi tanaman.
Menurut Dyah waktu menyalakan grow light tidak harus pagi. Grow light boleh dinyalakan ketika malam hari dan dimatikan pada pagi hari agar ada waktu istirahat bagi tanaman.
Dyah menuturkan, pada umumnya grow light menggunakan lampu Light Emitting Diode (LED). Harga lampu relatif murah (Rp145.000—Rp800.000) dan umurnya pun lebih panjang, sampai 2—5 tahun. Grow light terdiri atas dua desain, yakni tahan air dan tidak tahan air.
“Jadi, kalau yang tidak waterproof jangan ditaruh di luar atau kena air, nanti cepat rusak,” kata Dyah.
Mata lampu juga bervariasi. Ada lampu yang terdiri atas satu warna, yakni putih. Namun, ada juga lampu yang terdiri atas tiga warna, terdiri dari putih, merah muda, dan biru. Lalu variasi 4 warna, merah, putih, merah muda, dan biru.
Membantu pertumbuhan
Sementara itu, Ir. Retno Mastuti, M.Agr. Sc., Dr.Agr.Sc., ahli fisiologi tumbuhan dari Universitas Brawijaya, mengatakan, warna lampu memiliki spektrum cahaya tertentu. Warna lampu memberikan pengaruh berbeda pada pertumbuhan tanaman. Jenis pigmen yang terkandung pada tanaman menentukan warna.
“Pigmen bisa tertangkap oleh mata kita karena merefleksikan cahaya dengan panjang gelombang yang tidak diabsorbsi atau diserap oleh tanaman,” kata doktor Biologi alumnus School of Agricultural and Natural Sciences, Nagoya University, Jepang itu.
Lampu juga memiliki spektrum cahaya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Retno spektrum cahaya yang paling banyak diserap oleh tanaman yaitu cahaya berwarna oranye—merah dan juga biru—ungu atau dengan panjang gelombang berkisar antara 380 hingga 700 nm. Cahaya dengan panjang gelombang antara 400–700 nm paling sesuai untuk proses fotosintesis.
Perempuan berusia 57 tahun itu menuturkan bahwa selama intensitas cahaya dari lampu bisa memenuhi kebutuhan tanaman, lampu mampu menggantikan peran matahari.
Namun, kebutuhan tanaman tidak hanya cahaya matahari tetapi juga air, nutrisi, udara (atmosfer). Selain itu pehobi juga harus memperhatikan jarak antara tanaman dengan lampu agar “pasokan” cahaya optimal.
Adapun menurut Dr. Deden Derajat Matra, S.P., M.Agr., dosen di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), jarak lampu sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kekuatan daya lampu.
Jika mata lampu grow light makin banyak, posisi dengan tanaman lumayan jauh tidak masalah. “Kalau makin dekat tanaman berisiko rusak, karena kapasitas berlebihan,” kata doktor alumnus Tokyo University of Agriculture and Technology itu.
Namun, jika jumlah mata lampu sedikit atau cahayanya redup, jarak grow light dengan tanaman seharusnya lebih dekat.