Pasar ekspor paling banyak meminta ikan hias jenis tetra. Jumlahnya mencapai 40% dari total ekspor ikan hias air tawar.
Pasar Sabtu itu Suasana libur tidak tampak di peternakan ikan hias milik Yuwono di Tajurhalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Beberapa karyawan sibuk menghitung ikan kardinal tetra Paracheirodon axelrod dan memasukkannya ke dalam kantong plastik berisi air. Sementara di luar gedung menunggu sebuah mobil boks berisi tumpukan kantong-kantong plastik berisi aneka ikan hias.
Setelah semua ikan selesai dikemas, mobil boks pun melaju meninggalkan area parkir. Hari itu Yuwono mengirim pesanan aneka jenis ikan hias untuk salah satu eksportir di Bekasi, Jawa Barat. Yuwono hanya mampu melayani sebagian kecil permintaan ikan hias dari eksportir itu. Permintaan terbanyak berasal dari eksportir ikan hias di Bandung, Jawa Barat. Pria 38 tahun itu memasok hingga 500.000 ekor ikan hias untuk ekspor setiap bulan.
Paling diminati
Yuwono memasok hingga 200 jenis ikan hias air tawar seperti neon tetra, kardinal tetra, dan red nose tetra. Dari segi jumlah, ikan tetra paling banyak diekspor. Menurut Hendra Iwan Putra, eksportir ikan hias di Jakarta Timur, jumlah ekspor ikan tetra mencapai 40% dari total ekspor. Data dari Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Jakarta I, menyebutkan pada 2013 ekspor ikan tetra mencapai 38.667.964 ekor.
Yuwono menuturkan pasar ekspor paling meminati aneka jenis ikan tetra. Harganya relatif jauh lebih murah sehingga terjangkau oleh semua kalangan,” kata ayah 2 anak itu. Harga seekor neon tetra berukuran sedang atau sekitar 2,5—3 cm di tingkat pemasok hanya Rp600—Rp700 per ekor, red nose tetra Rp375—Rp400, dan kardinal tetra Rp800—Rp900.
Ikan tetra juga tidak perlu akuarium besar untuk memeliharanya karena berukuran mungil. “Biasanya ikan tetra dipelihara di akuarium kecil untuk hiasan meja kerja atau di apartemen yang luasnya terbatas,” kata Yuwono. Ikan tetra juga tergolong ikan yang suka berenang secara bergerombol. “Jadi kalau beli harus lebih dari satu ekor,” ujarnya.
Menurut Yuwono ikan hias air tawar lain yang paling diminati pasar internasional adalah botia Botia sp. Botia merupakan ikan hias endemik Indonesia yang ditemukan di Sungai Batanghari, Provinsi Jambi, dan Sungai Barito, Provinsi Kalimantan Selatan. Botia untuk ekspor berukuran 2 inci atau 5 cm. Harga botia tergolong premium bila dibandingkan dengan ikan hias kecil lain, yakni mencapai Rp10.000 per ekor.
Tren akuaskap
Ikan hias lain yang dibutuhkan pasar ekspor adalah black ghost Apteronotus albifrons. Pasar ekspor menghendaki black ghost berukuran minimal 2 inci atau 5 cm. Harga di tingkat pemasok Rp1.750 per ekor. “Beberapa eksportir juga rutin meminta pasokan palmas dan silver dollar,” kata pria asal Temanggung, Jawa Tengah.
Hendra menuturkan pasar mancanegara juga menyukai siklid dan koridoras. “Jumlah ekspor kedua komoditas itu mencapai 30% dari total jumlah ekspor,” katanya. Berdasarkan data dari Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Jakarta I, pada 2013 ekspor kedua jenis ikan hias itu mencapai 25.778.643 ekor.
Menurut Ir Ignatius Mulyadi, eksportir ikan hias di Bandung, Jawa Barat, jenis siklid yang paling banyak diminta ekspor adalah tropheus. Sementara permintaan jenis siklid yang banyak mengalir ke Wiwik Widianarko, peternak ikan hias untuk ekspor di Kabupaten Garut, Jawa Barat, adalah duboisi Tropheus duboisi dan frontosa Cyphotilapia frontosa.
Mulyadi mengatakan saat ini memang tengah tren ikan-ikan hias kecil untuk akuaskap. Jenis ikan hias yang permintaannya paling banyak mengalir ke Mulyadi adalah denisoni, galaksi rasbora, garra rufa, tropheus, dan koridoras. Harga ikan-ikan itu berkisar Rp1.500—Rp5.000 per ekor. Ikan-ikan itu sebagian besar untuk ekspor ke Tiongkok, Arab Saudi, Eropa, dan Amerika Serikat. “Untuk mengisi pasar domestik hanya 10%,” katanya.
Mulyadi mengatakan permintaan ikan hias dari mancanegara berfluktuasi tergantung musim. Pada musim panas permintaan turun. Di musim itu para penduduk di negara 4 musim banyak yang berlibur. Permintaan paling tinggi justru terjadi saat musim dingin, yaitu pada September—Februari. “Ketika itu konsumen lebih banyak tinggal di rumah,” ujar alumnus Departemen Budidaya Perairan Institut Pertanian Bogor (IPB) itu. Agar tetap bisa menikmati pemandangan indah, mereka memajang akuarium di dalam rumah.
Ikan pelangi
Menurut Hendra jenis ikan hias yang paling banyak diminta pasar mancanegara sebagian besar adalah ikan hias introduksi. Koridoras, misalnya, berhabitat di sungai-sungai kecil di Amerika Selatan. “Inilah keunggulan Indonesia. Banyak ikan hias introduksi yang bisa hidup dan berkembang biak di Indonesia,” ujarnya.
Meski begitu Indonesia sebetulnya menyimpan kekayaan keanekaragaman ikan hias yang tinggi, bahkan tertinggi di dunia. Selain botia, kini yang tengah digadang-gadang bakal diminati pasar ekspor adalah ikan pelangi alias rainbow fish asal Papua. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias kini meriset teknik budidaya ikan pelangi di luar habitat aslinya.
Salah satu spesies yang berhasil ditangkarkan adalah ikan pelangi kurumoi Melanotaenia parva. Sementara di Indonesia terdapat 75 spesies ikan rainbow yang belum dibudidayakan. Seandainya budidaya jenis-jenis ikan bianglala berhasil, maka menambah panjang daftar ikan hias tanahair yang diminati pasar dunia. (Imam Wiguna/Peliput: Riefza Vebriansyah)