Trubus.id–Budidaya organik meningkatkan kesuburan tanah, menambah pendapatan, dan mengurangi dampak perubahan iklim. Pegiat pertanian organik di Kamboja, Sem Savuth membuktikan budidaya padi secara organik dapat memberikan hasil tertinggi.
Selain itu bertani organik meninggalkan jejak energi paling rendah. Sem meneliti dengan membandingkan tiga metode budidaya (semai langsung, pindah tanam, dan system of rice intensification/SRI) berdasarkan hasil panen, jejak energi, dan pendapatan bersih.
Riset tersebut melibatkan 161 petani di Distrik Tramkak, Provinsi Takeo, Kamboja. Sem menghitung jejak energi total dari budidaya padi meliputi persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemberian input, pemanenan, dan emisi lain.
Metode SRI menghasilkan jejak energi terendah (780,02 CO2 e/ha) dan hasil panen tertinggi (3.387,60 kg/ha) dibandingkan dengan metode lain. Pendapatan bersih dari metode SRI juga tertinggi (US$447,76).
SRI menghasilkan jejak energi rendah karena pengurangan unsur N hingga 80%. Tingginya jejak energi pada metode semai langsung dan pindah tanam karena emisi tak langsung dari tingginya unsur nitrogen dan pestisida.
Sementara itu, tidak ada input kimia sintetis pada SRI melainkan input kimia organik kompos dan kotoran hewan yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan energi. Alumnus University of The Philippines Los Banos itu menyarankan petani memelihara 2—3 sapi sebagai penghasil pupuk kandang.
Kompos dan pupuk kandang memberikan lebih banyak manfaat pada tanah dan hasil panen ketimbang pupuk anorganik. Metode SRI memperoleh pendapatan bersih tertinggi karena mampu mengurangi biaya input.
Metode SRI menggunakan tenaga kerja lebih intensif daripada dua metode lain. Riset lain juga menunjukkan SRI memberikan hasil panen tertinggi (41% lebih tinggi) dan pendapatan bersih tertinggi (74% lebih tinggi) daripada dua metode lain.