Trubus.id—“Hanya sekitar 20% dari jumlah permintaan yang baru terpenuhi. Panen alpukat pameling juga menggunakan sistem pre order (PO) karena kewalahan memenuhi permintaan,” kata Sanari.
Pekebun di Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, itu menanam sekitar 150 alpukat pameling di lahan 1 ha. Setiap tanaman menghasilkan sekitar 2 kuintal buah saat panen pada Maret dan November.
Secara keseluruhan Sanari menjual sekitar 1 ton pameling per bulan. Hasil panen tidak selalu sama karena tergantung musim. Jika tanaman berbuah lebat, hasil panen lebih banyak daripada jumlah itu.
Bahkan, “Satu pohon menghasilkan 1 ton buah pada 2022,” kata anggota Kelompok Tani Arjuno itu. Sanari menjual pameling berbobot 0,5—1 kg seharga Rp25.000—Rp30.000 per kg.
Alpukat unggul
Ia mengutip laba minimal 35% sehingga mendapatkan penghasilan sekitar Rp10juta per bulan. Sanari hanya memanen buah yang berwarna hijau dan berkulit bersih untuk menjaga kualitas. Pembeli bisa menyantap pameling 7—10 hari setelah panen.
![](https://trubus.id/wp-content/uploads/2023/12/Mimpi-Tinggi-Bersama-Pameling-2-683x1024.jpg)
Sasaran penjualan pameling yaitu perorangan dan para pengepul. Sanari tidak bekerja sendiri. Ia bersama anggota lain Kelompok Tani Arjuno tengah mengembangkan 1.200 pameling di Kabupaten Malang bagian selatan.
Mayoritas tanaman baru berumur setahun dan belum berproduksi. Tujuan penanaman untuk mencukupi permintaan pameling. Kebun yang terletak di Kecamatan Kalipare itu memiliki luas 60 ha dan kini masih dalam tahap perluasan.
Mengapa begitu banyak orang menggemari pameling? Daya tarik varietas itu terletak pada bentuk buah. Sebagian besar bentuk buah alpukat membulat, tetapi pameling lonjong dengan ujung buah yang lebih besar dan sedikit melengkung.
Pameling memiliki panjang buah 14,5—18,9 cm dan diameter 8,2—10,3 cm. Ukuran pameling juga lebih besar daripada alpukat lain. Bobot pameling mencapai 700 g—1,5 kg per buah.
“Bahkan ada yang berbobot 2 kg per buah,” kata Sanari. Alpukat itu juga memiliki serat yang lembut. Pameling yang berbuah pada musim kemarau bertekstur lebih pulen dan lebih manis dibandingkan dengan buah pada musim hujan.
![](https://trubus.id/wp-content/uploads/2023/12/Mimpi-Tinggi-Bersama-Pameling-3.jpg)
Bagian buah pameling yang dapat dikonsumsi (edible portion) mencapai 80,7—88% dengan kandungan air 89,31%. Pameling memiliki 1,8% gula, 4,35% lemak, 1,07% protein, dan 1,75% serat.
Pameling juga beradaptasi baik di dataran rendah hingga tinggi dan berbuah dua kali setahun. Masa berbunga pada Mei dan Oktober, sedangkan masa panen pada Maret dan November.
Pameling tumbuh dengan baik di dataran rendah berketinggian tempat 50—200 meter di atas permukaan laut (m dpl). Tidak mustahil penanaman di dataran tinggi lebih dari 700 m dpl. Konsekuensinya panen menjadi lebih lama.
Alpukat pameling menghasilkan buah pada umur 3 tahun pascagrafting. Pameling menghasilkan sekitar 10 kg per pohon saat panen perdana. Hasil panen meningkat sesuai umur tanaman. Pada usia 5 tahun, setiap pohon menghasilkan 50—100 kg buah per tahun.
Kontribusi BRI
Sementara tanaman berumur 24 tahun milik Sanari memproduksi 500—700 kg buah per pohon per tahun. “Kualitas alpukat sangat tergantung dari perawatan,” ucap pria berumur 52 tahun itu. Lazimnya ia mengaplikasikan sekitar 150 kg pupuk kandang kambing atau sapi per pohon sekali setahun.
Sanari juga rutin memberikan 2 kg NPK, 2 kg KCl, dan 2 kg SP-36 setiap 6 bulan. Untuk menjaga pH tanah menjadi masam saat musim hujan, ia memberikan 2 kg dolomit tiap pohon. Tak hanya buah, Sanari juga menjual bibit pameling.
Bibit berlabel biru atau bibit sebar berharga Rp50.000 per pohon. Bibit siap jual dengan minimal tinggi batang 50 cm. “Penjualan bibit lebih laris menjelang musim hujan,” kata ayah dua anak itu.
Bibit terjual hingga 500 pohon per bulan. Kabupaten Malang khususnya Kecamatan Lawang menjadi sentra alpukat terbesar di Provinsi Jawa Timur. Banyak pengepul besar yang menekuni penjualan buah dan bibit pameling.
![](https://trubus.id/wp-content/uploads/2023/12/Mimpi-Tinggi-Bersama-Pameling-4-683x1024.jpg)
Selain kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Timur, permintaan bibit pameling juga berasal dari Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, Bekasi (Provinsi Jawa Barat), Tangerang (Provinsi Banten), Boyolali (Provinsi Jawa Tengah), dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kesuksesan Kelompok Tani Arjuno mengembangkan pameling tidak terlepas dari kontribusi BRI. Para anggota Kelompok Tani Arjuno mendapatkan kredit usaha rakyat (KUR) dari BRI. Sanari mengambil KUR BRI 2 kali sejak 2020.
“Program itu sangat membantu pelaku usaha rintisan untuk pendanaan bisnis,” ucap Sanari. Alasannya KUR BRI untuk petani alpukat dapat dibayar musiman setelah panen.
Hal itu memudahkan petani yang membayar pinjaman setelah menjual hasil panen. Selain itu bunga KUR BRI relatif rendah dibandingkan dengan program lainnya sehingga meringankan petani.
Selain KUR BRI, BRI juga memberikan bantuan lain berupa seperangkat komputer lengkap, satu rol jaring peneduh, dan satu rol tali tambang pada Kelompok Tani Arjuno.
![](https://trubus.id/wp-content/uploads/2023/12/Mimpi-Tinggi-Bersama-Pameling-5.jpg)
Pencatatan bibit lebih rapi dan terdata berkat seperangkat komputer bantuan BRI itu. Manfaat lain seperangkat komputer itu yakni memudahkan urusan administrasi kelompok.
Adapun jaring peneduh berguna untuk menaungi bibit pameling sehingga dapat tumbuh dengan baik.
Tanpa jaring penaung bibit bisa terpapar panas berlebih sehingga pertumbuhannya kurang baik. Sanari berharap masyarakat luas lebih mengenal sosok dan rasa pameling di masa mendatang.
![](https://trubus.id/wp-content/uploads/2023/12/Mimpi-Tinggi-Bersama-Pameling-6.jpg)
Sejarah pameling
Siapa sangka pohon alpukat di pekarangan milik Sanari mengukir cerita baru sebagai pelengkap sumber daya genetik di Indonesia. Ia menyambung (grafting) batang bawah alpukat lokal dan batang atas alpukat lokal asal Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, pada Januari 1999.
Dari 5 bibit hasil grafting, hanya 3 bibit yang tumbuh dan berkembang. Salah satu dari 3 bibit hidup itulah yang menjadi pohon induk tunggal (PIT) alpukat pameling.
![](https://trubus.id/wp-content/uploads/2023/12/Mimpi-Tinggi-Bersama-Pameling-7.jpg)
Penyematan nama pameling juga cukup bersejarah. Mantan pejabat daerah menjadi pencetus nama alpukat itu. Pameling artinya eling-eling yang dalam bahasa Jawa berarti ingat.
Dengan nama itu mantan pejabat daerah itu berharap alpukat pameling mudah diingat masyarakat sebagai buah unggulan dari Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
Pameling mulai naik daun pada 2017. Saat itu Sanari mendaftarkan pameling pada ajang Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (Penas KTNA) XV di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Upaya Sanari mengikut sertakan buah unggulan asli Kabupaten Malang itu berbuah manis. Alasannya pameling menjadi juara kedua buah unggulan nasional.
Setelah kontes itu, pemerintah Kabupaten Malang mengajukan pameling sebagai alpukat unggulan dalam negeri.
Akhirnya pada 2019, pameling terdaftar sebagai varietas alpukat oleh Kementerian Pertanian dengan nomor pendaftaran Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) 1040/PVL/2019. (Nadya Muliandari/Peliput: Bondan Setyawan)