Trubus.id— Sanitasi buruk pada rumah burung walet amat berkaitan dengan aroma. Pasalnya, sanitasi buruk menyebabkan aroma rumah burung tidak disenangi walet. Imbasnya si liur emas pun tidak nyaman menginap.
Menurut praktikus walet di Kota Jambi, L. Eddyson, kotoran walet menumpuk menyebabkan kualitas sarang turun. Selain itu, pada kotoran menumpuk pun bisa menjadi sarana berkembang biak serangga yang berpotensi menjadi hama.
Eddyson menyarankan melakukan sanitasi rutin selang 1,5 bulan agar mutu sarang optimal. “Membersihkan kotoran rutin, sekaligus mengecek kondisi gedung,” kata praktikus walet sejak 2009 itu.
Menurut praktikus walet di Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur, Bangka Belitung, Willy, kotoran yang membubung itu membuat mata pedih ketika meninjau langsung ke rumah burung walet.
“Apalagi jika terkena air, kotoran yang kaya amonia membuat makin pedih di mata,” kata Willy. Kejadian itu terjadi terutama ketika ada kebocoran rumah walet dan menetes ke kotoran. Amonia yang menguap itu bisa mencemari sarang sehingga menjadi berwarna kuning.
Segera Willy menginstruksikan pekerja untuk membersihkan kotoran yang menumpuk itu. “Idealnya pemilik rumah burung walet rutin membersihkan kotoran walet sekali tiap pekan,” kata Willy.
Setelah rutin melakukan sanitasi mutu sarang pun berangsur baik. Warna yang semula kuning berubah menjadi putih. “Sanitasi amat berpengaruh terhadap mutu sarang,” kata pria 46 tahun itu.
Sanitasi buruk pada rumah burung walet pun amat berkaitan dengan aroma. Pasalnya, sanitasi buruk menyebabkan aroma rumah burung tidak disenangi walet. Imbasnya si liur emas pun tidak nyaman menginap.
Willy menambahkan solusi agar walet kembali betah menginap dengan menerapkan kombinasi antara sanitasi rutin dan memodifikasi aroma di rumah burung walet. Salah satu pilihan memperbaiki aroma gedung dengan menggunakan dupa pemikat walet.
“Saya meracik sendiri dupa untuk membuat walet nyaman,” kata Willy. Aroma tepat berperan menjaga koloni sehingga tidak mudah pindah. Willy menyarankan menggunakan dupa pada ruang putar dan ruang inap setiap hari agar hasil optimal. Sekali aplikasi cukup 3 batang dupa.
Adapun waktu optimal lazimnya pada pukul 15:00—17:00. Waktu itu berkaitan dengan saat walet kembali ke rumah. Namun, Willy menyarankan tidak mengaplikasikan dupa ketika hujan.
Pasalnya, aplikasi akan kurang optimal karena aroma dari dupa kurang tersebar merata. “Aplikasi dupa juga bisa dilakukan ketika setelah panen sarang,” katanya. Menerapkan sanitasi rutin dan mengetur aroma pas di gedung walet terbukti bisa meningkatkan mutu sarang menjadi kian baik.
“Semenjak rutin sanitasi dan aplikasi dupa, sarang di gedung tidak lagi kuning, dan populasi walet pun meningkat,” kata Willy. Lantas apakah aroma tepat itu berbeda tergantung wilayah? Menurut Willy, aroma yang disenangi walet tidak berpengaruh pada wilayah. Jika aroma rumah walet tepat si liur emas pasti betah menginap.