Trubus.id — Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok sehari-hari. Namun, sering kali banyak permasalahan yang sering terjadi dalam usaha pemenuhan energi tersebut, seperti banyaknya kabel tembaga yang digunakan.
Pemakaian kabel tembaga sebagai penghantar energi listrik memiliki kekurangan. Di antaranya jarak penggunaan perangkat saat terhubung ke catu daya yang terbatas hanya sepanjang kabel, terdapat berbagai jenis soket yang berbeda untuk jenis perangkat yang berbeda, kabel yang dapat mengganggu kenyamanan serta instalasi yang kurang rapi.
Guna mendalami topik tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Elektronika menyelenggarakan webinar Sharing Ilmiah Sains dan Teknologi Elektronika serta Manfaatnya (SISTEM) Vol.#6.
Tema yang diangkat adalah “Wireless Power Transfer for Sustainable Humanosphere and Electromagnetic Environment Monitoring (EEM)”. Webinar itu menghadirkan Profesor Naoki Shinohara, Guru Besar dari Research Institute for Sustainable Humanosphere, Kyoto University, Jepang.
Dalam pemaparannya, Shinohara menjelaskan terkait penggunaan teknologi tanpa kabel (wireless) untuk memenuhi kebutuhan manusia akan energi listrik. Transfer energi listrik tanpa kabel adalah proses transmisi energi listrik dari satu tempat ke tempat lain melalui media udara tanpa menggunakan kabel.
Transfer energi listrik tanpa kabel memiliki prinsip yang hampir sama dengan komunikasi tanpa kabel, yaitu memanfaatkan dua buah antena di mana salah satu antena berperan sebagai pengirim (transmitter) dan antena lain sebagai penerima (receiver).
Perbedaannya, pada komunikasi tanpa kabel, yang dimanfaatkan adalah data yang ditumpangkan pada gelombang pembawa. Sementara itu, pada transfer energi listrik tanpa kabel, yang dimanfaatkan adalah besarnya kekuatan gelombang pembawa.
Shinohara menjelaskan, terkait tujuan dari penelitiannya adalah menjelaskan tentang prinsip kerja transfer energi listrik tanpa kabel (wireless transfer energy) berbasis teknik resonansi induktif medan elektromagnetik dengan beban listrik DC.
“Manfaat dari penelitian ini yaitu mengetahui prinsip kerja dari rangkaian pemancar (transmitter) dan rangkaian penerima (receiver) pada rancang bangun transfer energi listrik tanpa kabel (wireless transfer energy) berbasis teknik radiasi jarak jauh medan elektromagnetik dengan beban listrik DC,” jelas Shinohara, dilansir dari laman BRIN.
Salah satu fokus penelitian Shinohara untuk waktu yang akan datang adalah melakukan melakukan transfer energi listrik dari angkasa ke bumi. Prinsipnya, transmitter yang berupa satelit terhubung ke solar panel mengorbit di angkasa untuk mendapatkan energi dari matahari.
Selanjutnya, energi tersebut dikirimkan ke bumi menggunakan gelombang microwave dan diteruskan ke beban sebagai sumber catu daya. Sementara itu, Yusuf Nur Wijayanto, Kepala Pusat Riset Elektronika, mengatakan, transfer energi listrik merupakan salah satu isu yang menarik dalam mendukung pengembangan kendaraan listrik otonom saat ini.
Yusuf berharap di masa depan dapat berkolaborasi dalam riset ini dan dapat melakukan pengiriman periset muda BRIN untuk studi lanjut di Kyoto University.
“Webinar ini menjadi sarana dalam menambah wawasana tentang teknologi transfer energi listrik terkini serta pengaplikasiannya di masa depan,” papar Yusuf.