Alumnus salah satu akademi perhotelan di Munich, Jerman, itu telah menunggu paket itu selama 2 bulan. Dada Sofjan berdebar, khawatir periuk monyet yang dinanti rusak di perjalanan. Untung saja sang pitcher plant utuh dan selamat tiba di tangan. Ayah 4 anak itu jatuh cinta pada kantong semar sejak 1980. Lantaran masih pemula, waktu itu koleksinya banyak terbakar. Maklum jenis yang dikoleksi adalah nepenthes dataran tinggi. Pantas mogok hidup di Jakarta. Namun, itu tak menghentikan kegilaan Sofjan untuk tetap mengoleksi pitcher plant. Habis sudah telanjur jatuh cinta, ujar pria kelahiran 53 tahun silam itu.
Untuk melengkapi koleksi, Sofjan tak hanya berburu di dalam negeri, tapi juga luar negeri. Hasilnya, 6 nepenthes baru asal negeri jiran Malaysia menghiasi teras rumah. Kolektor lain, Endang Tri Hartati mengoleksi nepenthes asal Gunung Slamet, Jawa Tengah. Sementara M Apriza Suska di Bogor, memburu kantong semar dari Filipina dan Florida. Berikut kantong semar-kantong semar unik itu.
Nepenthes hirsuta
Sekilas Nepenthes hirsuta tidak menarik lantaran kantong bawah dominan berwarna hijau. Namun, coba perhatikan lebih seksama. Bintik-bintik merah menghiasi kantong bawah bagian dalam, tepatnya di bawah bibir. Kantong atas berwarna kekuning-kuningan dan jarang terdapat bintik merah. Penampilan kantong semar ini tambah istimewa dengan kehadiran bulu halus berwarna cokelat yang menyelimuti daun dan kantong. Panjang daun sekitar 20 cm dan lebar 4 cm. N. hirsuta dapat ditemui di lahan berpasir dan hutan kerangas dengan ketinggian 200-900 m dpl.
Nepenthes hookeriana
Nepenthes dataran rendah ini hasil persilangan alami antara N. ampullaria dengan N. rafflesiana. Tak heran jika penampilan kantong bawah mewakili bentuk kedua induknya: pendek, gemuk, dan besar. Bibir kantong dan tutup lebar. Sayap tumbuh pada kantong bawah. Kantong atas berbentuk seperti terompet, semakin ke bawah semakin runcing. Kehadiran sayap pada kantong atas semakin berkurang. Mulut kantong atas dan tutupnya besar dengan lebar sekitar 5 cm. N. hookeriana diambil dari nama salah satu ahli botani Inggris terkenal, Joseph Hooker.
Nepenthes truncata
Pitcher plant ini tampil dengan bentuk daun yang cukup unik. Daun Nepenthes truncata tebal dan bentuknya seperti hati, ujar Sofjan. Lazimnya daun kantong semar berbentuk lanset. Tak hanya daun, kantong pun menarik. Warna kantong bagian luar terkesan monoton, dominan hijau. Bagian dalam lebih berwarna, berbercak merah, merah muda, dan ungu. Penampilan N. truncata semakin mewah dengan bibir berwarna jingga keemasan.
Kantong bawah berbentuk silinder, gemuk, dan bersayap. Sayap muncul dari bagian atas sampai bawah kantong. Panjang kantong dapat mencapai 20 cm. Mulut kantong besar dengan diameter mencapai 5 cm. Tutup N. truncata menyerupai kubah. Ketakung itu Sofjan peroleh dari Malaysia. Sebenarnya ia asli Filipina, hanya saja dibudidayakan di Malaysia.
Nepenthes mira
Kantong bawah berwarna merah pekat atau krem dengan bintik-bintik merah. Warna bibir merah tua. Kantong atas, hijau-kuning terang. Nepenthes mira asli Pulau Palawan, Filipina. Namun, Sofjan memperolehnya dari Malaysia pada Agustus 2005. Kantong semar ini tumbuh di tempat berlumut dengan ketinggian sekitar 1.800 m dpl.
Nepenthes ventricosa
Jenis ini termasuk nepenthes dataran tinggi, hidup pada ketinggian di atas 1.000 m dari permukaan laut. Meski termasuk jenis dataran tinggi, tapi ia juga dapat tumbuh di dataran sedang dan rendah. Hanya saja kantong tidak muncul. Kantong berbentuk pendek, gemuk, dan bundar. Pinggang kantong mengerut dan tidak ada sayap. Kantong berwarna merah tua, krem, atau ungu kehitaman. Mulut N. ventricosa berbentuk oval. Bibir berwarna merah dengan bagian pinggir berlekuk-lekuk. Sama seperti 2 saudaranya di atas, ia berasal dari Filipina, tapi dibudidayakan di Malaysia.
Nepenthes bellii
Penampilan nepenthes ini lebih mempesona jika diletakkan pada pot gantung. N. bellii memiliki sulur yang panjang, mencapai 15 cm. Pitcher plant ini dapat dikategorikan sebagai nepenthes mini lantaran kantong kecil, tinggi kurang dari 5 cm. Berwarna merah kekuningan dan bibir kuning kehijauan. Si kerdil yang didapat dari Malaysia ini asli Pantai Timur Laut Mindanao, Filipina.
Nepenthes gymnamphora
Inilah nepenthes baru yang tak kalah cantik. N. gynamphora merupakan koleksi Endang Tri Hartati, kepala Kebun Bibit Hortikultura Baturaden, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah. Kantong semar ini hanya ditemukan di Pulau Jawa dan Sumatera. Ia tumbuh di hutan primer atau sekunder di hutan vulkanik .
Ketakung ini termasuk nepenthes dataran tinggi karena hidup pada ketinggian 900 m sampi 2.750 m dpl. Ia hidup epifit, menempel pada pohon lain, seperti paku resam Gleichenia linearis. Bentuk kantong atas seperti pinggang berwarna hijau, merah, atau hijau ke merah-merahan. Panjang kantong mencapai 20 cm, dan tahan 1-2 bulan. N. gynmphora diperoleh Endang dari hasil perburuan ke Gunung Slamet, Jawa Tengah.
Nepenthes x ventrata
Nun di Bogor juga ada nepenthes yang tak kalah memikat koleksi M Apriza Suska. Salah satunya nepenthes x ventrata. Ketakung ini merupakan hasil persilangan antara N. alata dan N. ventricosa, keduanya asli Filipina. Tanaman cantik ini memproduksi kantong berbentuk botol di ujung sulurnya. Tinggi kantong sekitar 15 cm. Bentuk kantong memikat laksana biola dengan bagian bawah lebih besar dibandingkan atas. Kantong N. x ventrata memiliki variasi warna, merah dan hijau. Perbedaan warna ini tergantung jumlah cahaya yang didapat.
Nepenthes x emmarene
Lainnya, Nepenthes x emmarene. Kantong semar ini diperoleh Apriza dari nurseri di Florida. Ia merupakan hasil persilangan N. khasiana-asli India- dengan N. ventricosa-asli Filipina. Kantong berbentuk silinder berwarna kuning kehijauan dengan tinggi sekitar 15 cm. Bibir berwarna merah kecokelatan dengan bagian pinggir bergelombang. Keunikan N. x emmarene terdapat pada bentuk tutup. Ujung tutup membentuk huruf V, ujar Apriza.
Sang periuk monyet memang selalu tampil memikat dengan beragam keunikannya. Tak heran bila kehadiran jenis baru selalu dinantikan para hobiis. Salah satunya, Sofjan di Pondok Indah, Jakarta. (Rosy Nur Apriyanti)