Itulah yang dilakukan o l e h Somsong Saengtawan. Setiap musim berbuah pria 34 tahun itu membenamkan ganggang kering asal tambak garam. Ganggang diperoleh dari pe t ambak-p e t ambak garam di seputaran kebun. Setiap usai panen garam, para petambak mengeringkan kolam garam untuk beberapa saat. Ketika itulah ganggang yang hidup di tambak diambil.
Pemupukan pada pamelo dilakukan pada bulan ke-6 setelah bunga mekar. Dosis 1 kg per pohon dengan cara dibenamkan. “Alga ini berfungsi sebagai pupuk tambahan, jadi cukup diberikan sekali saat tanaman berbuah,” tutur Somsong.
Untuk pemupukan rutin, guru di sebuah sekolah dasar setempat itu menggunakan pupuk organik hasil fermentasi sisa makanan dan molase. Caranya 2 sendok teh pupuk diencerkan dalam 20 liter air. Dosis itu untuk disiramkan pada satu pohon, sekali setiap bulan. Pada bulan ke-8 setelah bunga mekar, buah yang dipanendijamin manis.
Air pasang
Bukan tanpa alasan ganggang kering dari tambak garam yang dibenamkan. Alga itu kaya kalium, potasium, dan fosfor. Ketiganya unsur hara yang berperan dalam memaniskan buah. Kunci rahasia itu bukan begitu saja ditemukan peraih penghargaan Pekebun Hortikultura Nasional se-Th ailand itu.
Itu bermula dari bencana banjir air asin yang kerap menyerbu kebunnya. Kebun Citrus grandis milik Somsong di daerah Amphur Bangkoti, Samut Songkhram, itu memang dekat dengan pantai. Elevasinya pun kurang dari 50 m dpl. Setiap penghujung April hingga Mei air laut mengalami pasang dan masuk ke parit-parit di kebun pamelo. Di kebun itu pamelo ditanam dengan jarak 6 m x 6 m. Setiap baris tanaman dipisahkan parit selebar 2 m dan sedalam 1 m, berfungsi sebagai drainase sekaligus sumber air penyiraman. Tak dinyana, gara-gara banjir air asin buah anggota famili Rutaceae itu bercitarasa manis tanpa getir.
Itu berkebalikan dengan yang terjadi setelah air laut dibendung dengan tanggultanggul. Rasa jeruk besar itu sedikit asor. Untuk kembali memaniskan buah, Somsong lantas mencoba berbagai cara. Ia sempat menggunakan sisa hasil fermentasi air ikan untuk memupuk. Pun menabur garam di sekitar tajuk tanaman. Sayang, hasilnya tidak memuaskan. Kunci rahasia terkuak ketika pria 34 tahun itu menggunakan ganggang kering asal tambak garam. Si jeruk besar kembali manis.
Diserap akar
Menurut Ir Yos Sutiyoso, pakar nutrisi di Jakarta, air laut dan ganggang serta plankton yang hidup di dalamnya memang mengandung unsur makro dan mikro seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), dan magnesium (Mg). Magnesium misalnya, merupakan inti dari klorofi l. “Bila kandungan magnesium dalam klorofi l memadai, proses fotosintesis jadi lebih baik,” kata Yos.
Akibatnya, tanaman menghasilkan cukup karbohidrat untuk pertumbuhan batang, daun, dan buah. Ketika buah telah mencapai ukuran maksimal, maka karbohidrat diubah menjadi gula yang disimpan di buah. Jadilah buah bercitarasa manis.
Saat dibenamkan di tanah di sekitar batang tanaman, ganggang dan plankton mengalami proses pelapukan alami. Ketika itu berubah menjadi partikelpartikel kecil yang nantinya menghasilkan anion dan kation yang dibutuhkan tanaman. Misal Ca++, Mg++, NH4+, dan SO4-. Ion-ion itu diserap akar tanaman untuk disintesis menjadi protein yang dibutuhkan untuk membentuk sel-sel tanaman.
Menurut Yos, peran ganggang dan plankton bakal terasa bila diaplikasikan secara rutin dengan jumlah memadai. “Kalau pemberian baru pada saat tanaman berbuah sebenarnya telat,” kata alumnus Institut Teknologi Bandung itu. Sebaiknya pemupukan dengan ganggang dan plankton sama seperti perlakuan dengan pupuk kandang. Misal diberikan setiap 3 atau 6 bulan. (Rosy Nur Apriyanti & Evy Syariefa)